Virus Corona Covid-19 di Eropa Kini Tak Se-Mematikan di Awal Pandemi

Reporter

Terjemahan

Sabtu, 29 Agustus 2020 20:34 WIB

Staf medis menangani pasien di ambulans di RS St Thomas's, saat wabah virus corona Covid-19 di London, Inggris, 26 Maret 2020. REUTERS/Hannah McKay

TEMPO.CO, Jakarta - Kecenderungan orang-orang meninggal karena Covid-19 pada masa kini berkurang dibandingkan pada awal masa pandemi. Seorang dokter di Inggris menggunakan istilahnya bahwa virus corona, "berkurang kemarahannya", sedang seorang pakar penyakit menular di Singapura menyatakan kalau mutasi virus corona, D614G, "membuat penyakit yang disebabkannya tak lagi se-mematikan dulu."

Di Inggris, proporsi orang yang terinfeksi virus corona lalu meninggal jelas terlihat penurunannya pada awal Agustus dibandingkan akhir Juni. Sepanjang periode itu, Jason Oke dari Oxford University dan koleganya menemukan tingkat fatalitas infeksi drop 55-80 persen, bergantung data yang digunakan.

"Ini memang tidak seperti penyakit yang sama di awal pandemi lalu saat kita melihat begitu besar jumlah korban meninggal," kata Oke.

Dia menyodorkan contoh pekan 17 Agustus lalu. Dia mendata, 95 orang meninggal dari 7.000 kasus infeksi Covid-19 di seluruh Inggris sepanjang pekan itu. Sedang pada pekan pertama April lalu, korban meninggal sebanyak 7.164 orang dari total hampir 40 ribu orang yang terkonfirmasi positif terinfeksi virus penyebab reaksi berlebih imun tubuh (badai sitokin) di paru-paru itu.

Oke mengkalkulasi tingkat fatalitas infeksi pada Agustus itu sebesar sekitar satu persen, bandingkan dengan pada April yang hampir 18 persen. Angka IFR itu, meski tak menunjuk angka yang real time karena kematian yang terjadi beberapa minggu setelah infeksi dan rezim pengujian yang berubah seiring waktu, dianggap sebagai indikasi telah terjadinya perubahan. Oke dan timnya menggunakan metode yang lebih kompleks untuk memperkirakan perubahan itu.

Advertising
Advertising

Baca juga:
6 Faktor Kenapa Covid-19 Lebih Mematikan di Amerika dan Eropa

"Situasi ini tidak unik di Inggris dan Inggris Raya saja," kata Oke sambil menambahkan, "Kecenderungan yang sama terjadi di seluruh Eropa." Meski begitu, Oke dan tim tak sampai kepada kesimpulan kenapa perubahan itu bisa terjadi.

<!--more-->

Berdasarkan data di Inggris, semakin banyak orang muda yang terinfeksi Covid-19 daripada di awal pandemi. Kasus terbanyak sepanjang 10-16 Agustus misalnya, tertinggi dialami mereka yang berusia 15-44 tahun.

Seperti diketahui, semakin muda usia, semakin risiko Covid-19 berkurang. Jadi, Oke mengatakan, perubahan demografi pasien bisa jadi satu alasan kenapa penyakit seperti tak lagi se-mematikan dulu. Namun Oke dan timnya itu bukan satu-satunya faktor. "Karena masih banyak orang tua yang saat ini teruji positif Covid-19 juga," katanya.

Beberapa ahli yang lain, seperti halnya peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wien Kusharyoto melihat kemungkinan faktor yang paling mungkin adalah perawatan yang lebih efektif saat ini. "Itu juga sangat mungkin karena riset obat antivirus pun sudah semakin terarah," kata Wien kepada Tempo.co, Jumat 28 Agustus 2020.

Paul Tambyah dari National University of Singapore kepada Reuters lebih menyoroti berkembangnya mutasi D614G pada virus corona Covid-19 yang bersamaan dengan turunnya angka kasus kematian di beberapa negara. Mutasi itu telah dketahui menyebabkan virus lebih stabil dan mudah menginfeksi sel hingga sepuluh kali lipat.

"Bisa jadi mutasi itu menyebabkan virus lebih mudah menular tapi berkurang mematikannya," kata Tambyah.

Baca juga:
Balas Diintai Amerika, Dua Rudal Dongfeng Meluncur ke Laut Cina Selatan

Baru Tambyah yang berani menyimpulkan itu. Studi yang dipimpin Erik Volz di Imperial College London meneliti sampel genom virus yang diambil dari 19 ribu pasien Covid-19 di Inggris yang akhirnya meninggal. "Kami tidak melihat risiko kematian yang berkurang karena adanya varian dari mutasi D614G itu," kata Volz dalam hasil studinya yang telah dipublikasikan namun belum peer-reviewed itu.

NEW SCIENTIST

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

6 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

10 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

13 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

14 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

18 hari lalu

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

Ada empat akar masalah Papua, yakni sejarah dan status politik, diskriminiasi, kekerasan dan pelanggaran HAM berat, dan kegagalan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

20 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

21 hari lalu

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

24 hari lalu

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.

Baca Selengkapnya