Mutasi Virus Corona Bikin Cepat Menyebar, Pakar: Bukan Lebih Ganas

Rabu, 2 September 2020 20:59 WIB

Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar Mikrobiologi dari Universitas Indonesia Pratiwi Sudarmono menerangkan mengenai mutasi virus corona Covid-19 menjadi lebih cepat menyebar. Menurutnya, mutasi sangat lumrah dan bisa dilakukan setiap waktu karena SARS-CoV-2 termasuk jenis virus RNA.

“Mutasi bisa terjadi setiap menit, setiap hari, tapi belum ada yang mendeteksi virus yang berbeda. Ini masih virus yang sama, karakternya pun masih sama,” ujar Pratiwi melalui video konferensi yang digelar Genomik Solidaritas Indonesia (GSI), Rabu 2 September 2020.

Sebelumnya, mutasi yang membuat virus itu sepuluh kali lebih mudah menginfeksi sel dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Bukan hanya di Indonesia, mutasi itu diketahui sudah mendominasi kasus infeksi virus itu di dunia dan diduga berada di balik pandemi yang belum juga terbendung hingga kini.

Sebelum di Indonesia, otoritas kesehatan di Malaysia, lalu Filipina, juga mengkonfirmasi keberadaan mutasi menjadi varian G dari SARS-CoV-2 ini. Seperti yang diberitakan, mutasi D614G terjadi pada bagian protein sel paku yang menjadikannya lebih stabil. Padahal bagian itulah yang berperan penting bagi infeksi virus ke sel sehingga diduga pula menjadikannya lebih mudah menular.

Advertising
Advertising

Pratiwi, peraih Ph.D bidang biologi mulekuler dari Osaka University itu menerangkan, mutasi itu bisa terdeteksi melalui teknik sekuensing PCR. Beberapa publikasi, kata dia, meskipun karakteristik virus tidak berubah, tapi beberapa mutan membuat penyebarannya semakin cepat.

“Bukan lebih ganas ya, banyak yang salah, karena itu (ganas) biasanya terkait dengan perjalanan sakit pasien,” kata dia.

Menurut Pratiwi, saat ini Indonesia sudah melaporkan 22 urutan genom lengkap SARS-CoV-2 ke situs Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID). Dari jumlah tersebut, Pratiwi menyebutkan ada enam mutasi yang disebut D614G—mutasi pada protein spike virus yang disebabkan oleh pergantian basa nukleotida A ke G pada posisi ke 23.402, yang menyebabkan pergantian asam amino D (asam aspartat) pada posisi 614 menjadi asam amino G (glisin).

Baca juga:
Studi Terbaru: Tidur Siang Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Dini 19 Persen

“Ada satu lagi dari Surabaya yang dilaporkan bermutasi berbeda. Jadi mutasi virus yang bisa menyebar cepat ini bukan hanya terjadi di Malaysia atau pun di Singapura saja, tapi sudah beredar di Asia Tenggara,” kata penerima beasiswa WHO untuk meneliti biologi molekuler Salmonella typhi itu.

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

8 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Keterbatasan Tak Jadi Penghalang, 120 Peserta Difabel Ikuti UTBK SNBT 2024 di UI

19 jam lalu

Keterbatasan Tak Jadi Penghalang, 120 Peserta Difabel Ikuti UTBK SNBT 2024 di UI

UI menyiapkan berbagai fasilitas khusus bagi para peserta difabel, terutama untuk peserta tunanetra dalam UTBK SNBT 2024.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

19 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Malaysia dan Jermat Minat Investasi di IKN, OIKN Sebut 3 LoI, Rencana Kantor Kedubes Pindah hingga..

1 hari lalu

Perusahaan Malaysia dan Jermat Minat Investasi di IKN, OIKN Sebut 3 LoI, Rencana Kantor Kedubes Pindah hingga..

Deputi Otorita IKN Agung Wicaksono menyatakan beberapa perusahaan dari Malaysia dan Jerman telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di IKN.

Baca Selengkapnya

Gagas Pengungsian Ramah Lingkungan, Mahasiswa UI Pertahankan Juara CIOB

2 hari lalu

Gagas Pengungsian Ramah Lingkungan, Mahasiswa UI Pertahankan Juara CIOB

Mahasiswa FTUI kembali memenangkan kompetisi proyek konstruksi inovatif yang diadakan CIOB. Tim UI mencetuskan shelter ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Tinjau UTBK di UI, Ketua Umum SNPMB Sebut Proses Berjalan Sesuai Prosedur

2 hari lalu

Tinjau UTBK di UI, Ketua Umum SNPMB Sebut Proses Berjalan Sesuai Prosedur

Ketua Umum Tim Penanggungjawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB), Ganefri, mengatakan pelaksanaan UTBK SNBT tahun 2024 hari pertama berjalan lancar.

Baca Selengkapnya

KFC Malaysia Tutup 100 Gerai di Tengah Marak Aksi Boikot Pro-Israel

3 hari lalu

KFC Malaysia Tutup 100 Gerai di Tengah Marak Aksi Boikot Pro-Israel

KFC menutup 100 gerainya di Malaysia. Perusahaan mengaku karena ekonomi sulit. Media lokal menyebut karena terdampak boikot pro-Israel.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya