Twitter Perketat Aturan Global Menjelang Pemilihan Presiden Amerika

Jumat, 11 September 2020 15:12 WIB

Presiden AS Donald Trump menyentuh layar ponsel selama diskusi meja bundar tentang pembukaan kembali usaha kecil State Dining Room di Gedung Putih di Gedung Putih di Washington, AS, 18 Juni , 2020. [REUTERS / Leah Millis]

TEMPO.CO, Jakarta - Twitter mengatakan akan memberi label atau malah menghapus informasi yang dianggap sesat dan bertujuan merusak kepercayaan publik kepada proses pemilu Amerika Serikat. Termasuk yang diawasi adalah unggahan yang mengklaim kemenangan sebelum ada hasil yang sah atau yang menghasut tindakan melanggar hukum.

Melalui blog resminya, Kamis, 10 September 2020, Twitter menulis telah memperbarui aturannya untuk mengenali perubahan cara orang yang akan memberikan suara dalam pemilu pemilihan presiden 3 November mendatang. "Dan mencoba melindungi dari penindasan pemilih dan konten yang menyesatkan," tulis Twitter,

Penggunaan surat suara yang meluas dalam pemilihan presiden Amerika karena pandemi Covid-19 kemungkinan akan memperpanjang proses penghitungan hasil suara nanti. Ini dikhawatirkan beberapa ahli menambah besar peluang informasi sesat mendapat perhatian dari masyarakat.

Presiden Amerika Donald Trump, misalnya, telah berulang kali mengatakan tanpa disertai bukti bahwa pemungutan melalui surat suara rentan terhadap penipuan skala besar. Sejak Mei lalu, Twitter telah melampirkan peringatan dan label (perlu) cek fakta terhadap tweet Trump tentang surat suara.

"Aturannya akan diterapkan secara adil dan bijaksana untuk semua orang. Kebijakan baru, yang bersifat global, akan berlaku pada 17 September," tulis Twitter.

Aplkasi media sosial berlogo burung biru itu juga akan melabeli atau menghapus informasi yang menciptakan kebingungan tentang undang-undang, aturan, dan pejabat yang terlibat dalam proses pemilu. Serta klaim-klaim yang disengketakan yang dipandang merusak kepercayaan kepada proses, seperti informasi yang belum diverifikasi tentang penghitungan suara atau kecurangan pemilu.

Seorang juru bicara Twitter yang tidak menyebutkan namanya mengatakan unsur kepalsuan atau dampak kerusakan yang akan menentukan apakah konten itu akan dihapus atau tidak. "Atau diberi label dan jangkauannya dikurangi," katanya.

Perusahaan media sosial telah lama berada di bawah tekanan untuk memerangi kesalahan informasi setelah badan intelijen Amerika Serikat menyatakan Rusia menggunakan platformnya untuk ikut campur dalam pilpres empat tahun lalu. Moscow sendiri telah membantah tuduhan itu.

Baca juga:
Microsoft Kembangkan Kemampuan Cegah Deepfake Seperti yang Serang Pelosi

Sedang Facebook, minggu lalu, mengatakan sedang membuat label untuk unggahan oleh kandidat atau kampanye yang membuat klaim kemenangan prematur. Facebook juga mengungkap komitmennya berhenti menerima iklan politik baru seminggu sebelum hari pemilihan.

REUTERS | TWITTER | CNN


Berita terkait

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

7 jam lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Modus Penyelewengan Dana BOS

22 jam lalu

Modus Penyelewengan Dana BOS

Penyelewengan dana bantuan operasional sekolah atau dana BOS diduga masih terus terjadi di banyak satuan pendidikan secara nasional.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bersyukur Capres Penolak IKN Kalah Pilpres, Sindir Anies Baswedan?

1 hari lalu

Bahlil Bersyukur Capres Penolak IKN Kalah Pilpres, Sindir Anies Baswedan?

Bahlil menyebut calon presiden yang menolak IKN sama dengan tidak setuju upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia timur. Sindir Anies Baswedan?

Baca Selengkapnya

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

1 hari lalu

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

Hakim MK Arief Hidayat menegur komisioner KPU yang tak hadir dalam sidang PHPU Pileg Panel III. Arief menilai KPU tak menganggap serius sidang itu.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

2 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Kegiatan Setelah Kalah Pilpres: Anies Jeda Politik, Mahfud Md Kembali ke Kampus, Ganjar Aktif Lagi di Kagama

3 hari lalu

Kegiatan Setelah Kalah Pilpres: Anies Jeda Politik, Mahfud Md Kembali ke Kampus, Ganjar Aktif Lagi di Kagama

Anies Baswedan mengatakan bakal jeda sebentar dari urusan politik setelah Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin (Timnas AMIN) dibubarkan.

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

6 hari lalu

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

Jauh sebelum wacana kereta cepat Jakarta-Surabaya, ada komikus yang pernah sindir Indonesia lebih pilih Cina dari pada Jepang.

Baca Selengkapnya

Total Aset BFI Finance Indonesia Rp 24,2 Triliun per Kuartal I 2024

7 hari lalu

Total Aset BFI Finance Indonesia Rp 24,2 Triliun per Kuartal I 2024

BFI Finance mencatat laba bersih terkumpul pada kuartal I sebesar Rp 361,4 miliar.

Baca Selengkapnya

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

8 hari lalu

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

Chatbot Meta AI dapat melakukan sejumlah tugas seperti percakapan teks, memberi informasi terbaru dari internet, menghubungkan sumber, hingga menghasilkan gambar dari perintah teks.

Baca Selengkapnya

KPU Launching Pendaftaran PPK, Ternyata Segini Gajinya dan Ada Santunan

10 hari lalu

KPU Launching Pendaftaran PPK, Ternyata Segini Gajinya dan Ada Santunan

Ketua KPU Depok, Wili Sumarlin mengatakan Depok memiliki 11 kecamatan, sehingga kebutuhan PPK 55 anggota. Tiap kecamatan 5 orang.

Baca Selengkapnya