Tim Ilmuwan Domba Dolly Kembali Beraksi, Kini Ciptakan Pejantan Pengganti

Reporter

Terjemahan

Rabu, 16 September 2020 21:58 WIB

Jon Oatley, kepala WSU's Center for Reproductive Biology, memberi makan kambing surrogate di kampus Washington State University, 7 Agustus 2020. Bob Hubner/Washington State University via Reuters

JAKARTA - Tim ilmuwan dari Washington University dan Roslin Institute Edinburgh University menciptakan hewan ternak pertama yang direkayasa genetiknya untuk diplot sebagai pejantan pengganti. Alasannya adalah untuk peningkatan dan perbaikan produksi pangan di mana hewan-hewan itu akan digunakan untuk menghasilkan keturunannya yang 'elite', yang lebih besar, sehat dan gemuk.

Sang induk disebut pejantan pengganti karena sejak embrio gen spesifik yang bertanggung jawab untuk kesuburan hewan itu telah dilumpuhkan. Hewan itu dibiarkan tumbuh steril dan karenanya bertubuh sehat.

Dia baru akan bisa mulai produksi sperma setelah ditanamkan pada testisnya sel induk (stem cell) dari pejantan donor yang secara genetik juga sudah terseleksi. Disinilah awal peran hewan itu menjadi pejantan pengganti.

Diharapkan keturunan yang dihasilkan oleh sperma itu bisa tahan penyakit atau dagingnya berkualitas lebih baik. Selain juga postur yang lebih ideal. Terobosan berupa editing gen induk hewan tersebut juga dianggap potensial menyelamatkan spesies tertentu dari kepunahan.

“Dengan teknologi ini, kita bisa menghasilkan penyebaran produk yang lebih baik sesuai kriteria yang diinginkan dan efisiensi produk makanan juga akan meningkat,” kata Jon Oatley, ahli biologi reproduksi di Washington State University, Amerika Serikat, yang juga kepala penelitian tersebut.

Advertising
Advertising

Dalam penelitiannya, tim menggunakan beberapa hewan meliputi babi, kambing, sapi, dan tikus untuk dijadikan pejantan pengganti saat dewasa. Mereka menggunakan alat yang disebut sepasang gunting molekuler, CRISPR-Cas9, memotong DNA menggunakan virus yang tidak berbahaya, untuk melumpuhkan gen kesuburan jantan dalam embrio hewan-hewan tersebut.

<!--more-->

Teknologi edit gen masih diperdebatkan oleh banyak kalangan. Teknik ini dianggap berbahaya dan merusak alam. Regulasi yang ada di dunia juga melarang induk pejantan hasil rekayasa genetika digunakan dalam rantai makanan. Ini sekalipun keturunan yang yang dihasilkan tidak akan diperlakukan sama (rekayasa gen).

Meskipun demikian, Oatley dkk menegaskan edit gen yang mereka lakukan sebatas pada spesies hewan yang sama, yang menurut mereka, "Di mana perubahan tersebut juga bisa terjadi secara alami."

Lebih jauh, Bruce Whitelaw dari Roslin Institue di Universitas Edinburgh, Inggris, mengatakan kalau apa yang mereka lakukan adalah bukti konsep. "Keberhasilan kami menunjukkan bahwa teknologi tersebut nyata dan bisa diterapkan,” ujarnya.

Dia juga menambahkan, institutnya yang pernah dikenal menciptakan kloning mamalia pertama yakni si domba Dolly pada 1996 lalu harus mengembangkan teknologi tersebut. Alasannya, agar bisa diterapkan untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan yang terus bertambah.

Domba-domba kloning keturunan Dolly yang hidup tujuh tahun lalu. (Daily Mail)

"Jika kita bisa melakukannya lewat rekayasa genetik, itu artinya pula mengurangi kebutuhan air, mengurangi pakan, dan lebih sedikit antibiotik yang dibutuhkan untuk ternak," katanya.

Baca juga:
Sejumlah Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 di Spanyol Mundur

Harry Leitch, pakar genetika dan reproduksi dari Imperial College London, menilai riset ini sebagai langkah maju yang penting. Langkah berikutnya, menurutnya, membuktikan pada babi dan kambing itu apakah sperma pada para pejantan substitusi bisa berfungsi. "Artinya bisa membuahi sel telur dan melahirkan anak-anak yang sehat?" katanya.

MUHAMMAD AMINULLAH | ZW | REUTERS | DAILY MAIL

Berita terkait

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

17 jam lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

7 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Pasangan Lansia di Selandia Baru Tewas Diseruduk Domba

10 hari lalu

Pasangan Lansia di Selandia Baru Tewas Diseruduk Domba

Pasangan suami istri lanjut usia di Selandia Baru tewas setelah diseruduk domba jantan di sebuah peternakan. Oleh polisi, domba itu ditembak mati.

Baca Selengkapnya

Bikin Turis Indonesia Dikecam, Ini yang Perlu Diketahui dari Pohon Sakura di Jepang

10 hari lalu

Bikin Turis Indonesia Dikecam, Ini yang Perlu Diketahui dari Pohon Sakura di Jepang

Perilaku sekelompok turis asal Indonesia di Jepang mengundang kecaman luas gara-gara perilakunya terhadap bunga sakura yang sedang bermekaran.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

15 hari lalu

Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

OJ Simpson meninggal setelah melawan kanker prostat. Lantas, apa jenis kanker tersebut dan siapa yang berpotensi mengalaminya?

Baca Selengkapnya

Babe Cabita Belum Sempat Transplantasi Stem Cell, Begini Perjuangannya Lawan Anemia Aplastik

18 hari lalu

Babe Cabita Belum Sempat Transplantasi Stem Cell, Begini Perjuangannya Lawan Anemia Aplastik

Mendiang Babe Cabita sebenarnya berencana untuk melakukan transplantasi stem cell untuk sembuh dari Anemia Aplastik, namun kondisinya menurun.

Baca Selengkapnya

Guru Besar IPB Bicara Domba, dari Evolusi dan Ras hingga Kondom dan Kloning

20 hari lalu

Guru Besar IPB Bicara Domba, dari Evolusi dan Ras hingga Kondom dan Kloning

Domba disebut pakar ekologi dari IPB ini sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sekaligus salah satu hewan ternak yang unik.

Baca Selengkapnya

Jokowi Batal Hadiri Acara Silaturahmi dengan Pimpinan Nasional KAHMI, Mengapa?

28 hari lalu

Jokowi Batal Hadiri Acara Silaturahmi dengan Pimpinan Nasional KAHMI, Mengapa?

Kehadiran Jokowi di acara itu sebelumnya dikonfirmasi oleh Ketua Nasional KAHMI Ahmad Doli Kurnia.

Baca Selengkapnya

Xenotransplantasi Lagi, Ginjal Babi Dicangkokkan ke Pasien yang Masih Hidup di Amerika

33 hari lalu

Xenotransplantasi Lagi, Ginjal Babi Dicangkokkan ke Pasien yang Masih Hidup di Amerika

Prosedur cangkok ginjal babi ke pasien telah sebelumnya dilakukan, namun seluruhnya melibatkan orang-orang yang telah divonis mati batang otak.

Baca Selengkapnya

Ramadan di Yogyakarta Diwarnai Kasus Antraks, Tradisi Berbahaya Ini Diminta Dihilangkan

44 hari lalu

Ramadan di Yogyakarta Diwarnai Kasus Antraks, Tradisi Berbahaya Ini Diminta Dihilangkan

Kasus suspek antraks di Sleman dan Gunungkidul, Yogyakarta, itu diduga kembali terjadi karena adanya tradisi purak atau brandu yang berbahaya.

Baca Selengkapnya