Petugas dengan alat berat memasukkan bangkai babi ke lubang saat akan dikuburkan, di tepi Sungai Bederah, Kelurahan Terjun, Medan, Sumatera Utara, Selasa, 12 November 2019. Sebanyak 366 dari 5.800 babi yang mati diduga akibat wabah virus Hog Kolera dan African Swine Fever atau demam babi Afrika dikuburkan di beberapa titik. ANTARA
TEMPO.CO, Hamburg - Dua lagi kasus demam babi Afrika (ASF) terkonfirmasi pada babi hutan di negara bagian Brandenburg, Jerman sebelah timur, Jumat 25 September 2020. Temuan baru itu menambah jumlah total menjadi 34 kasus sejak 10 September yang ditemukan pada satwa liar. Seluruh kasus ditemukan di Brandenburg.
Lembaga sains Friedrich-Loeffler Jerman membenarkan bahwa kasus terbaru itu mengidap ASF. Ini memperparah lonjakan harga daging babi sejak kemunculan kasus yang pertama. Harga naik karena Cina dan sejumlah negara konsumen daging babi lainnya langsung melarang impor asal Jerman.
Penyakit tersebut tidak berbahaya bagi manusia namun cukup fatal bagi hewan babi dan menjadi wabah besar di Cina, konsumen daging babi terbesar dunia, yang mengakibatkan ratusan juta babi dimusnahkan.
Pemerintah Jerman sedang mempertimbangkan bantuan bagi para peternaknya. Di Jerman, menurut Menteri Pertanian Federal Julia Kloeckner, harga daging babi langsung ambruk. Pemerintah negara bagian Brandenburg juga mengatakan akan melonggarkan beberapa panen dan pembatasan di area terdampak, asalkan ladang telah diperiksa.
Pelonggaran itu mencakup kegiatan panen gula, kentang dan buah-buahan serta penaburan biji-bijian. Kegiatan panen dihentikan lantaran khawatir babi hutan yang bersembunyi di ladang akan kabur dan menyebarkan bencana wabah virus lebih cepat.