Covid-19, Cara Unik Jepang Tentukan Pasien Harus Rawat Inap atau Tidak

Reporter

Antara

Sabtu, 26 September 2020 15:40 WIB

Orang-orang yang mengenakan masker berjalan di Shinjuku di Tokyo, Jepang, 25 Mei 2020. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada mencabut status darurat COVID-19 di lima prefektur tersisa yang masih berada di bawah pembatasan, termasuk Tokyo, seiring dengan telah terkendalinya sebagian besar penyebaran virus tersebut. Xinhua/Du Xiaoyi

TEMPO.CO, Tokyo - Tim peneliti di Pusat Nasional Medis dan Kesehatan Global, Jepang, mengembangkan tes darah yang bisa dijadikan sebagai peringatan dini kasus parah Covid-19. Cara ini sangat membantu di daerah atau negara yang kapasitas rumah sakitnya sudah sangat terbatas, sehingga harus ada prioritas penanganan pasien berdasarkan tingkat infeksi.

Mereka awalnya menguji lima senyawa dalam darah 28 pasien dan menemukan bahwa pembacaan serum CCL17 yang rendah menjadi prediksi dari infeksi serius virus corona Covid-19. Hasil bacaan serum itu dapat membantu menentukan pasien mana yang memerlukan rawat inap rumah sakit.

"Jika CCL17 lebih kecil dari 100 pikogram per milimeter, kami meminta mereka untuk dirawat inap. Namun jika di atas 400, pasien dapat tinggal di hotel atau rumah mereka dan diperiksa setiap tiga hari," kata ketua tim peneliti, Masaya Sugiyama, kepada Reuters, Jumat.

Sugiyama menambahkan, data lain diperlukan guna memastikan hasil dari apa yang disebutnya riset mikro itu. Namun sejak uji coba 28 pasien, kelompok tersebut telah bermitra dengan sebuah perusahaan Jepang untuk mengembangkan mesin uji prototipe untuk serum.

Saat ini, dia mengungkapkan, hampir 500 mesin prototipe digunakan untuk menguji keampuhan tes darah itu secara nasional. Masing-masing memiliki kemampuan memberikan hasil setiap tes dalam 20 menit. Kelompok peneliti juga bersiap mendapatkan izin regulasi dan mempertimbangkan opsi lisensi dan ekspor untuk pasar di luar negeri.

Advertising
Advertising

Baca juga:
Rakyat Voting Pilih Pesawat Tempur dan Cerita Netralitas Swiss

"Siapa yang akan berkembang menjadi (potensi) kasus kematian atau mereka yang tanpa gejala (OTG) sangat penting untuk diklarifikasi," kata Sugiyama. "Metode ini akan tersedia di seluruh dunia, dan jika mereka mengujinya, maka (penentuan) akan sangat mudah dipahami."

Sumber: Reuters

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

48 menit lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

11 jam lalu

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi meresmikan pesantren pertama Nahdlatul Ulama (NU)

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

21 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

1 hari lalu

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

Mulai dari lokasi pembangunannya di pulau buatan sampai ancaman tenggelam, simak informasi menarik tentang Bandara Internasional Kansai Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

1 hari lalu

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

Bandara Internasional Kansai Jepang pertama kali dibuka pada 1994, dan diperkirakan melayani 28 juta penumpang per tahun.

Baca Selengkapnya

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

1 hari lalu

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

Timnas U-23 Jepang keluar sebagai juara Piala Asia U-23 2024 setelah mengalahkan Uzbekistan pada partai final. Rekor sempurna Uzbekistan runtuh.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

2 hari lalu

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

Kento Momota ingin membuat lebih banyak orang mencintai bulu tangkis lebih dari dia mencitainya usai resmi pensiun.

Baca Selengkapnya

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

2 hari lalu

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad. Bagaimana perjalanan kedua tim?

Baca Selengkapnya