Amerika Pilih Tes Covid-19 Deteksi Antigen, Ini Bedanya dari Antibodi dan PCR

Reporter

Terjemahan

Sabtu, 26 September 2020 23:30 WIB

Perawat Tina Nguyen, melakukan swab test pada warga yanh berada dalam mobil saat tes virus corona atau Covid-19 di Chinatown-Internatiomnal di Seattle, Washington, 26 Maret 2020. Amerika Serika kini memiliki kasus positif virus corona terkonfirmasi tertinggi di dunia melebihi China dan Italia. REUTERS/Lindsey Wasson

TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini, Amerika Serikat masih yang terdepan dalam hal jumlah kematian Covid-19 dan terbelakang dalam hal kapasitas tes sampel untuk memetakan dan mengurangi tingkat penularan. Tapi itu mungkin akan segera berubah. Pada akhir Agustus lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS telah mengizinkan penggunaan alat tes Covid-19 seukuran kartu kredit.

Alat seharga $ 5 itu bisa mengeluarkan hasil tes hanya dalam 15 menit dan tidak perlu laboratorium ataupun mesin untuk pemrosesan sampelnya. Amerika Serikat membelanjakan uangnya senilai $ 760 juta untuk pengadaan 150 juta alat tes ini dari perusahaan kesehatan Abbott Laboratories yang bermarkas di Abbott Park, Illinois. Abbott, berdasarkan kontrak, sudah harus menyediakan 50 juta pertama dari alat itu per Oktober nanti.

Alat tes itu bekerja dengan cara mendeteksi keberadaan protein spesifik--yang disebut antigen--asal permukaan virus corona Covid-19. Alat ini juga bisa mengidentifikasi bila seseorang sedang di fase puncak infeksi, yakni ketika virus di dalam tubuhnya berada dalam jumlahnya yang tertinggi.

Sebagian kalangan meyakini penggunaan alat tes ini secara massif bisa mengubah takdir AS dalam pandemi Covid-19. Rapid test antigen telah berperan kunci dalam strategi menahan penularan Covid-19 di negara lain seperti Italia dan India.

“Membuat tes lebih cepat, murah, mudah adalah tujuan saat ini--dan saya kira tes antigen adalah cara menuju ke sana," kata Martin Burke, seorang kimiawan di University of Illinois, Urbana-Champaign, yang juga mengembangkan rapid test. Dia menambahkan, “Ini memang bukan solusi yang sempurna, tapi ini yang tercepat yang kita dapatkan saat ini."

Advertising
Advertising

Pemeriksaan antigen memang jauh lebih cepat dan murah daripada tes paling sempurna dengan cara deteksi RNA virus langsung menggunakan teknik yang disebut reaksi rantai polimerase (PCR). Kelemahannya, tes antigen tak se-sensitif PCR yang mampu mendeteksi jumlah SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, dalam jumlah yang sangat kecil.

Tenaga medis di Laboratrium tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di Tower 4 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Jumat 15 Mei 2020. Dokter dan tenaga medis harus dipastikan keamanan APD, mulai dari memakai hingga melepas melalui prosedur yang ketat untuk menghindari tertular virus Covid-19, selain itu petugas medis juga memerlukan usaha yang besar karena harus menahan panas hingga buang air kecil selama kurang lebih 8 jam lamanya. TEMPO/Nurdiansah

Perbedaan di antara keduanya menerbitkan peringatan dari sebagian ahli yang khawatir tes antigen tak akan banyak membantu di banyak negara di mana penularan telah terjadi luas. Tapi yang lain memandang sensitivitas yang lebih rendah bisa digunakan sebagai pelengkap.

Baca juga:
Hasil Uji Awal Vaksin Covid-19 Novavax Paling Dipuji Ilmuwan

Selama ini, beberapa orang yang terkonfirmasi positif terinfeksi Covid-19 melalui tes PCR diketahui tidak lagi mampu menularkan virusnya kepada orang lain. Jadi, tes antigen dianggap bisa menggeser fokus untuk mengidentifikasi orang-orang yang mampu menulari yang lain (infectious).

<!--more-->

Hingga saat ini, metode tes Covid-19 dibagi menjadi dua kategori. Pertama, tes diagnostik seperti PCR dan antigen. Keduanya bekerja dengan mendeteksi bagian-bagian dari virus.

Kedua, tes antibodi. Tes ini mencari molekul yang biasa dihasilkan tubuh ketika ada infeksi virus. Banyak antibodi butuh beberapa hari berselang dari kedatangan infeksi untuk terbentuk dan sering sekali masih tinggal dalam darah selama beminggu-minggu setelah infeksi berlalu atau sembuh. Jadi tingkat akurasi tes ini terbatas.

Sebaliknya dengan tes PCR sensitivitas tinggi yang hampir 100 persen akurat dalam mendeteksi seseorang terinfeksi virus corona Covid-19 atau tidak. Tapi tes dengan alat ini membutuhkan profesional, reagen yang spesifik, dan mesin mahal yang butuh berjam-jam untuk mengeluarkan hasilnya.

Tes antigen bisa memberi hasil kurang dari 30 menit, tak butuh laboratorium, dan murah. Sama seperti tes PCR, sampelnya diambil dari swab atau usap lendir di hidung maupun tenggorokan. Beberapa perusahaan bahkan mengembangkan cara untuk bisa memeriksa sampel dari air ludah yang lebih memudahkan.

Sampel lalu dicampur dengan larutan yang berfungsi memecah virus dan membuat protein spesifiknya terlepas. Campuran larutan dan sampel lalu diteteskan ke atas kertas berisi antibodi yang telah didesain akan mengikatkan diri ke protein-protein itu--jika ada di sana. Hasil tes positif bisa dideteksi dari ikatan yang terbentuk yang biasa ditandai dengan kemunculan warna fluoresens ataupun pita gelap pada kertas.

Calon penumpang kereta api jarak jauh mengikuti Rapid Tes Covid-19 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin, 27 Juli 2020. PT KAI bekerjasama dengan PT Rajawali Nusindo untuk penyediaan fasilitas Rapid Tes Covid-19 untuk pengguna jasa kereta api jarak jauh. TEMPO/Muhammad Hidayat

Tapi kecepatan mengorbankan sensitivitas. Kalau tes PCR dapat mendeteksi satu molekul RNA dalam setiap mikroliter larutan, tes antigen butuh satu sampel mengandung ribuan, bahkan puluhan ribu, partikel virus per mikroliter larutan untuk bisa menyatakan hasil positif. Jadi, jika seseorang memiliki virus dalam jumlah sedikit dalam tubuhnya, hasil tes negatif yang diberikan bisa saja palsu.

Baca juga:
UGM Kembangkan Alat Tes Covid-19 Lewat Napas, Akurasi Uji 97 Persen

Sebagai ilustrasi, ketika digunakan pada sampel dari orang-orang yang sudah terkonfirmasi positif menggunakan tes PCR, alat tes antigen Abbott bisa sesuai 95-100 persen jika sampel diambil dalam seminggu sejak gejala muncul. Tapi jika sampel diambil lebih dari seminggu, hasil positif yang diberikan turun ke 75 persen. Itu sebabnya deteksi antigen bisa memberi hasil negatif palsu tapi bisa cukup bisa digunakan untuk identifikasi masa puncak infeksi.

MUHAMMAD AMINULLAH | ZW | NATURE | FDA

Berita terkait

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

6 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

19 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

20 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

20 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

24 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

26 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

27 hari lalu

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

28 hari lalu

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

28 hari lalu

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.

Baca Selengkapnya

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

30 hari lalu

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.

Baca Selengkapnya