Studi Obat Covid-19: Lopinavir-Ritonavir Susul Hydroxychloroquine Masuk Laci

Reporter

Antara

Selasa, 6 Oktober 2020 20:19 WIB

Ilustrasi obat ilegal. Pixabay

TEMPO.CO, London - Lopinavir dan ritonavir, obat antivirus yang biasa digunakan untuk pasien HIV terbukti tak menolong pasien Covid-19 di rumah sakit. Uji coba acak berskala besar, melibatkan ribuan pasien di Inggris, mendapatkan hasil yang tak sejalan dengan saat uji obat itu secara in vitro di laboratorium maupun observasi pra-klinis.

Hasil uji yang telah dipublikasikan dalam jurnal medis The Lancet itu menyebut angka kematian dari pasien yang diberi campuran dua obat tersebut setelah 28 hari pengobatan sebesar 23 persen. Angka kematian itu tak berbeda, bahkan lebih besar, dibandingkan pasien yang hanya diberikan pengobatan atau terapi biasa, yakni 22 persen, dalam periode yang sama.

"Hasil dari uji coba ini membuktikan bahwa keduanya bukanlah obat manjur untuk pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit," kata Martin Landray, Profesor di Nuffield Department of Population Health, University of Oxford, Inggris.

Landray adalah ketua tim yang menguji lewat pemberian Kaletra, campuran obat lopinavir dan ritonavir. Selain angka kematian tak berbeda, mereka juga mendapati pemberian obat tersebut tidak mengurangi durasi rawat inap pasien di rumah sakit atau kemungkinan mereka untuk menggunakan ventilator.

Penelitian berlabel RECOVERY itu telah dilakukan sejak Juni lalu. Mereka melakukan studi terhadap 1.616 pasien Covid-19 lalu membandingkan hasilnya dengan 3.424 pasien yang menerima perawatan atau perlakuan biasa.

Advertising
Advertising

Hasil yang didapat mengukuhkan keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghentikan uji coba lopinavir-ritonavir per Juli lalu. Saat itu memang sudah tak didapati hasil atau manfaat dalam mengurangi angka kematian.

Penelitian RECOVERY yang bermarkas di Oxford telah menguji keampuhan berbagai calon obat Covid-19, yang melibatkan 13 ribu pasien secara keseluruhan. Dari penelitian inilah telah disimpulkan kalau dexamethasone, obat golongan steroid, mampu mengurangi tingkat kematian pasien yang membutuhkan oksigen.

Baca juga:
Obat Covid-19, Ilmuwan WHO Bandingkan Dexamethasone dan Remdesivir

Penelitian RECOVERY telah lebih dulu mengesampingkan obat malaria hydroxychloroquine. Obat yang satu ini dicoret karena malah memberi efek samping berbahaya. Bedanya, uji klinis WHO masih mempertahankan uji klinis jenis obat ini saat yang sama menghentikan lopinavor-ritonavir.

Sumber: Reuters | The Lancet

Berita terkait

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

8 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya