WHO Coret Rekomendasi Obat Covid-19 Remdesivir Mulai Hari Ini

Reporter

Antara

Jumat, 20 November 2020 17:35 WIB

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]

TEMPO.CO, London - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya merilis pedoman terbarunya tentang penggunaan remdesivir sebagai obat Covid-19 untuk pasien di rumah sakit. Dalam pedomannya itu, WHO menegaskan tidak merekomendasikannya lagi karena ternyata tidak ada bukti bahwa obat produksi Gilead, Amerika Serikat, itu mampu memperpendek masa perawatan atau mengurangi kebutuhan penggunaan ventilator.

"Panel menemukan kurangnya bukti bahwa remdesivir meningkatkan hasil yang penting bagi para pasien, seperti penurunan angka kematian, kebutuhan menggunakan ventilator, waktu untuk perbaikan klinis, dan lain-lain," menurut pedoman yang dirilis WHO pada Jumat 20 November 2020.

Anjuran itu adalah kemunduran untuk remdesivir yang pada musim panas lalu menarik perhatian dunia sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19 setelah beberapa uji coba sebelumnya tampak menjanjikan. Sejak itu remdesivir diizinkan atau disetujui untuk digunakan sebagai obat Covid-19 di lebih dari 50 negara.

Termasuk digunakan dalam pengobatan Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengaku terinfeksi positif Covid-19 di tengah masa kampanye Pemilu Amerika yang lalu. Satu obat lainnya yang diakui luas bisa untuk mengobati infeksi virus corona baru adalah jenis steroid dexamethasone.

Belakangan uji coba obat skala besar yang disponsori WHO, Solidarity Trial, berujung pada kesimpulan yang berbeda. Hasil uji pada Oktober lalu menunjukkan bahwa antivirus itu hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak berpengaruh pada tingkat kematian atau lamanya masa rawat inap 28 hari pasien Covid-19 di rumah sakit.

Advertising
Advertising

Botol obat remdesivir untuk virus corona di fasilitas Gilead Sciences di La Verne, California, AS 18 Maret 2020. [Gilead Sciences Inc / Handout via REUTERS.]

Panel Kelompok Pengembangan Pedoman WHO mengatakan rekomendasinya didasarkan pada tinjauan bukti, yang mencakup data dari empat uji coba acak internasional dengan melibatkan lebih dari 7.000 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Baca juga:
WHO Sebut Remdesivir Kemungkinan Efektif Melawan Virus Corona

Setelah meninjau bukti, panel menyimpulkan bahwa remdesivir tidak memiliki efek yang berarti pada tingkat kematian atau hasil penting lainnya bagi pasien. Terlebih obat ini harus diberikan secara intravena (injeksi) dan oleh karena itu mahal.

<!--more-->

"Terutama mengingat implikasi biaya dan sumber daya yang terkait dengan remdesivir, panel merasa bertanggung jawab harus menunjukkan bukti kemanjuran, yang tidak ditetapkan oleh data yang tersedia saat ini," bunyi pedoman WHO.

WHO merilisnya setelah salah satu badan utama dunia yang mewakili dokter perawatan intensif juga mengatakan obat antivirus itu tidak boleh digunakan untuk pasien Covid-19 di bangsal perawatan kritis.

Rekomendasi atau Pedoman WHO itu adalah bagian dari apa yang disebut proyek "pedoman hidup", yang dirancang untuk menawarkan panduan bagi para dokter untuk membantu mereka membuat keputusan klinis tentang pasien dalam situasi yang dinamis seperti pandemi saat ini ini. "Panduan tersebut dapat diperbarui dan ditinjau kembali saat bukti dan informasi baru muncul.

Pada akhir Oktober, Gilead sebenarnya memangkas perkiraan pendapatan 2020. Alasannya, permintaan lebih rendah daripada perkiraan dan kesulitan dalam memprediksi penjualan remdesivir.

Gilead kini mempertanyakan hasil Uji Solidaritas WHO tersebut. Menurut Gilead, obat antivirus yang diproduksinya dengan merek Veklury itu telah mendapat pengakuan sebagai standar perawatan untuk perawatan pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dari berbagai organisasi nasional yang kredibel.

Baca juga:
Inggris Masukkan Aspirin dalam Daftar Uji Coba Obat Covid-19

"Kami kecewa pedoman WHO tampaknya mengabaikan bukti ini pada saat kasus meningkat secara dramatis di seluruh dunia dan dokter mengandalkan Veklury sebagai pengobatan antivirus pertama dan satu-satunya yang disetujui bagi pasien Covid-19."

Berita terkait

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

15 jam lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

2 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

3 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

7 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

11 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

25 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

28 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

29 hari lalu

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO

Baca Selengkapnya