TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak ribuan pasien Covid-19 di Inggris akan diberikan aspirin sebagai bagian dari eksperimen untuk meneliti apakah obat pereda nyeri itu mampu mengurangi risiko penggumpalan darah. Obat yang sudah banyak tersedia di apotek dan relatif murah ini ditambahkan dalam daftar obat yang akan diuji dalam terapi Randomised Evaluation of Covid-19 (Recovery) terbesar di Inggris.
Para peneliti telah mengetahui bahwa setiap pasien Covid-19 sangat reaktif terhadap platelet, fragmen sel yang membantu menghentikan pendarahan. Itu artinya para pasien itu berisiko lebih tinggi daripada yang lainnya untuk potensi penggumpalan darah yang mematikan.
Mereka berharap aspirin, sebuah agen anti-platelet yang biasa digunakan sebagai pengencer darah, dapat mereduksi potensi implikasi penggumpalan darah itu. "Aspirin sudah luas digunakan untuk mencegah penggumpalan darah di banyak kondisi seperti serangan jantung, stroke, dan pre-eclampsia pada perempuan hamil,” kata Martin Landray, ketua bersama tim Recovery.
Menurutnya, hanya dengan uji acak pada pasien berskala besar seperti yang dilakukan dalam Recovery bisa diperkirakan apakah benar aspirin bisa memberi manfaat, dan apakah manfaat itu melampaui potensi efek sampingnya seperti risiko pendarahan.
Sedikitnya 2.000 pasien Covid-19 diharap mendapatkan asupan 150 mg aspirin setiap hari yang ditambahkan ke dalam pengobatan lain yang biasa diberikan. Data yang didapat nanti akan saling diperbandingkan dengan setidaknya 2.000 pasien lain yang tak mendapatkan tambahan aspirin.
Sebelumnya, dosis kecil aspirin setiap hari telah ditemukan bisa mengurangi risiko beberapa jenis kanker. Sebagai pengencer darah, aspirin juga meningkatkan risiko pendarahan internal, dan mengkonsumsinya terlalu banyak dan dalam periode terlalu panjang telah diketahui berasosiasi dengan kerusakan ginjal.
Terapi lain dalam eksperimen Recovery adalah melibatkan plasma konvalesen atau plasma darah dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh dan obat racikan antibodi Regeneron. Yang terakhir sudah digunakan dalam pengobatan Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menyatakan diri positif Covid-19.
Aspirin ditambahkan belakangan dalam eksperimen tersebut berdasarkan rekomendasi yang datang dari UK Covid-19 Therapeutics Advisory Panel. Pertimbangannya adalah aspirin--tidak seperti remdesivir dari Gilead yang telah diapruf sebagai obat Covid-19 di Amerika Serikat meski efikasinya masih dipertanyakan--adalah obat generik sehingga jauh lebih murah.
Baca juga:
Tak Seperti Amerika, Studi WHO Ragukan Kemampuan Antivirus Remdesivir
Uji coba Recovery sebelumnya justru melahirkan dexamethasone sebagai potensi obat Covid-19. Obat jenis steroid yang juga sudah banyak tersedia di tengah masyarakat ini terbukti mampu mengurangi periode rawat inap pasien parah Covid-19. Di bagian lain, Recovery mematahkan harapan obat anti-malaria hydroxychloroquine untuk bisa menolong pasien Covid-19.
GUARDIAN | REUTERS