Ahli: PPKM Tak Bisa Bendung Lonjakan Covid-19 di Jawa-Bali

Reporter

Antara

Jumat, 8 Januari 2021 18:22 WIB

Penumpang menaiki Bus Transjakarta saat melintasi kawasan Patung Arjuna Wiwaha, Jakarta, Rabu, 6 Januari 2021. Pengetatan pembatasan pergerakan di Jawa dan Bali selama dua pekan bertujuan untuk menekan penyebaran Covid-19. ANTARA/Wahyu Putro A

TEMPO.CO, Banjarmasin - Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hanya efektif justru untuk daerah yang pandeminya terkendali. Sedang daerah seperti Jawa dan Bali memiliki lonjakan kasus Covid-19 terbilang tinggi, pemerintah seharusnya mempertimbangkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai kebijakan lebih ketat.

Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat untuk Percepatan Penanganan Covid-19, Hidayatullah Muttaqin, memberi penilaian itu, Jumat 8 Januari 2021. Dia menjelaskan, hanya dengan PSBB pemerintah dapat mengendalian mobilitas penduduk secara lebih ketat dan menyeluruh.

Baca juga:
Laporan Kedua, Tim Riset Unpad Kirim Laporan 20 Halaman Uji Vaksin Sinovac

"PPKM hanya pembatasan tempat kerja dengan bekerja dari rumah, kegiatan sekolah dan perkuliahan dilakukan daring, pembatasan jam operasional dunia usaha, dan beberapa pembatasan lainnya," katanya menguraikan.

Menurut Hidayatullah, dalam situasi pandemi tidak terkendali yang ditandai dengan ledakan kasus baru, yang dibutuhkan adalah pembatasan total mobilitas penduduk secara ketat. PSBB seraya disertai peningkatan penerapan protokol kesehatan dan strategi 3T (testing, tracing, dan treatment).

"Hal ini penting untuk secepatnya memutus mata rantai penularan, merawat pasien dan memisahkannya dengan penduduk yang tidak terinfeksi," katanya.

Jika masih ada mobilitas penduduk di daerah yang belum terkendali, Hidayatullah menambahkan, penularan Covid-19 dari orang ke orang lain diyakininya tak akan terbendung. Itu artinya, PPKM tak akan bisa maksimal memutus rantai penyebaran.

"Jika pandemi tetap tidak terkendali, maka ekonomi juga tidak dapat bergerak sesuai harapan," katanya sambil menambahkan, "Agar Indonesia dapat melakukan pemulihan dengan cepat, maka strategi yang diterapkan mempercepat pengendalian pandemi terlebih dahulu."

Terpisah, dokter yang juga pendiri Pandemic Talks, Muhammad Kamil, juga memperingatkan bahwa memaksakan pembukaan sekolah berpotensi semakin “menggerakkan” virus corona Covid-19. "Karena akan menimbulkan mobilisasi yang masif," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Baca juga:
Reaksi Anaphylaxys Usai Disuntik Vaksin Covid-19, Temuan CDC: Ada tapi Jarang

Kamil menegaskan, vektor penularan Covid-19 adalah manusia. "Jadi manusia yang ‘mengoper’ penyakit, bukan nyamuk, seperti penyakit demam berdarah. Kenapa sekolah berpotensi meningkatkan transmisi? Karena ada mobilitas yang serentak,” ujar Kamil lagi.

Berita terkait

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

16 jam lalu

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

Perubahan iklim telah berkontribusi pada gelombang panas yang semakin sering, semakin buruk dan semakin panjang selama musim panas di Bangladesh.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

2 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

2 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

3 hari lalu

Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

Gibran mengatakan para penerima sepatu gratis itu sebagian besar memang penerima program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

4 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Kedutaan Besar Jepang Buka Beasiswa untuk Lulusan SMA dan SMK

7 hari lalu

Kedutaan Besar Jepang Buka Beasiswa untuk Lulusan SMA dan SMK

Beasiswa yang ditawarkan Kedutaan Besar Jepang ini bagian dalam Program Beasiswa Pemerintah Jepang Monbukagakusho.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

7 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

11 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

11 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya