Varian Baru Virus Corona Inggris 30 Persen Lebih Mematikan, Apa Kata WHO?

Reporter

Terjemahan

Selasa, 26 Januari 2021 19:11 WIB

Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Bukti awal mengindikasikan varian baru virus corona yang teridentifikasi pertama di Inggris, B.1.1.7, ternyata bukan cuma lebih menular, tapi juga lebih mematikan. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah mengumumkan itu pada Jumat pekan lalu.

Bukti itu datang dari dua analisis yang dikaji oleh komite bentukan pemerintah Inggris yang disebut New and Emerging Respiratory Virus Threats Group (NERVTAG). Komite menyebut varian baru virus corona yang muncul sejak September lalu tersebut sekitar 30 persen lebih mematikan. Sebelumnya, varian baru yang mengandung sejumlah mutasi itu telah diketahui memiliki kemampuan menginfeksi 70 persen lebih tinggi.

Baca juga:
Sejuta Kasus Covid-19 di Indonesia, FKUI Beri 5 Catatan Ini

NERVTAG mengkaji data analisis dari tim peneliti di London School of Hygiene and Tropical Medicine dan Imperial College London yang menyimpulkan varian baru virus corona itu 29 sampai 36 persen lebih mematikan daripada galur yang ada sebelumnya. Ada pula analisis dari tim peneliti di University of Exeter yang menempatkan angka hingga 91 persen lebih mematikan.

Kepala Ilmuwan Penasihat Pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson, Patrick Vallance, mengatakan bukti soal kemampuan membunuh varian baru virus corona Covid-19 ini belum kuat, namun dia juga menambahkan, "tetap harus menjadi perhatian." Dia menerangkan, 30 persen lebih mematikan berarti, jika biasanya 10 dari seribu lansia yang terinfeksi Covid-19 akan meninggal, angkanya akan bertambah menjadi 13 sampai 14 kematian per jumlah yang sama.

Advertising
Advertising

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada awal bulan ini telah memprediksi kalau B.1.1.7 bakal sampai dan menjadi varian dominan yang menyebar di negara itu pada Maret mendatang. "Meningkatnya penularan SARS-CoV-2 mungkin akan mengancam sumber daya layanan kesehatan yang sudah kepayahan, butuh implementasi strategi kesehatan publik yang lebih ketat dan luas, dan meningkatkan persentase kekebalan populasi untuk mengendalikan pandemi," bunyi peringatan CDC.

Maria Van Kerkhove, ketua tim ilmuwan untuk teknis penanggulangan pandemi Covid-19 di Badan Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan tingkat infeksi dan kematian yang disebabkan varian baru virus corona masih dipelajari. Sejauh ini, tim di WHO belum menemukan kalau virus-virus itu menyebabkan infeksi yang lebih parah.

Baca juga:
3 Varian Baru Virus Corona Covid-19 yang Bikin Pusing Ilmuwan Dunia

Tapi diakuinya, varian baru virus corona yang lebih mudah menular bisa membimbing kepada kondisi sistem layanan kesehatan yang tak terkendali, "dan karenanya, secara tidak langsung, kepada kematian lebih banyak orang."

NEWSCIENTIST | THE-SCIENTIST

Berita terkait

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

15 jam lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

22 jam lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

1 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Soal Sidang Etik Digelar pada 2 Mei, Nurul Ghufron Tuding Dewas KPK Tak Menghormati Hukum

1 hari lalu

Soal Sidang Etik Digelar pada 2 Mei, Nurul Ghufron Tuding Dewas KPK Tak Menghormati Hukum

Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, mengatakan telah melaporkan dugaan pelanggaran etik anggota Dewas KPK Albertina Ho sejak bulan lalu.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Mulai Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei Mendatang karena Alat Bukti Sudah Cukup

1 hari lalu

Dewas KPK Mulai Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei Mendatang karena Alat Bukti Sudah Cukup

Dewas KPK akan memulai sidang dugaan pelanggaran etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron soal penyalahgunaan wewenang dalam kasus korupsi di Kementan.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Boyamin Saiman Sambangi KPK Minta Bantuan Mutasi PNS ke Nurul Ghufron

1 hari lalu

Boyamin Saiman Sambangi KPK Minta Bantuan Mutasi PNS ke Nurul Ghufron

Boyamin Saiman menyambangi KPK hari ini untuk menyampaikan surat permohonan bantuan kepada Nurul Ghufron. Satire minta dibantu mutasi PNS.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

2 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

3 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

4 hari lalu

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

The Black Dog, pub di London mendadak ramai dikunjungi Swifties, setelah Taylor Swift merilis album barunya

Baca Selengkapnya