Septic Tank, Tanah Menyaring 38 Juta Ton Limbah Manusia Setiap Tahun
Reporter
Terjemahan
Editor
Zacharias Wuragil
Senin, 22 Februari 2021 12:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Alam men-sanitasi sekitar 38 juta ton limbah yang dihasilkan manusia setiap tahunnya lewat septic tank maupun lubang buangan yang terbuka. Itu ekuivalen dengan pengolahan limbah komersial senilai sekitar 3,2 miliar Poundsterling atau lebih dari Rp 63 triliun.
Alison Parker dari Cranfield University, Inggris, dan koleganya meneliti di 48 kota di Afrika, Asia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Mereka menganalisa berapa banyak limbah yang diproduksi dan di mana limbah itu berujung.
Baca juga:
Septic Tank Meledak Tewaskan Sopir Mobil Tinja, Ini Kata LIPI
Tim peneliti itu mengkaji data yang ada dari wawancara-wawancara, observasi, dan pengukuran langsung di lapangan. Mereka menyorot ke manajemen sampah yang tidak terkoneksi ke drainase. Ini termasuk pit latrines (lubang toilet kering) dan septic tank di mana limbah di lokasi ditampung di dalam tanah.
Limbah cair dari pit latrines dan limpasan air dari septic tank bisa secara bertahap disaring oleh lapisan-lapisan tanah--sebuah proses yang membersihkannya sebelum mencapai aliran air bawah tanah.
Meski begitu, ini tidak terjadi di kota-kota dimana muka air tanahnya terlalu dangkal atau area yang sangat padat penduduk. Kalau batasan itu diterabas, air limbah malah bisa mencemari air tanah dan memberi risiko kesehatan.
Jenis manajemen limbah lewat penyaringan alami dalam tanah ini digunakan dalam populasi 892 juta orang, sebagian besar di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Tim peneliti memperkirakan alam secara keseluruhan mengolah dengan aman sekitar 38 juta ton limbah cair yang diproduksi populasi itu setiap tahunnya. Tim tidak meneliti berapa besar bagian limbah yang tidak terkelola dengan aman.
"Sanitasi alami melibatkan lapisan tanah mengolah limbah bisa jadi bagian dari solusi," kata Parker sambil menunjuk lebih dari 4 miliar orang tidak memiliki akses ke layanan sanitasi yang aman. Sepertiganya hidup di negara-negara pendapatan rendah. Di sisi lain sanitasi yang tidak aman bertanggung jawab untuk 775 ribu kematian setiap tahunnya.
Meski begitu, Parker dkk memberi catatan khusus. Mereka menyatakan, lubang toilet, septic tank dan opsi-opsi manajemen sampah alami lainnya hanya bekerja jika tanah bisa menyaringnya. Atau, jika limbah yang terbuang ke sungai bisa larut secara aman tanpa menyebabkan bahaya untuk lingkungan.
Baca juga:
Temuan Candi di Kebun Kentang di Dieng, Awalnya Gali Septic Tank
Catatan berbeda diberikan Duncan Mara dari University of Leeds, Inggris. Dia mengatakan pendekatan-pendekatan pengolahan limbah seperti pit latrine dan septic tank itu tidak dapat menjadi pilihan pertama dan utama. Menurutnya, setiap orang di muka planet ini seharusnya diberikan akses kepada sanitasi yang aman untuk lingkungan dan melindungi kesehatan manusia.
NEWSCIENTIST