Vaksin Covid-19, Jutaan Warga Amerika Lewatkan Suntikan yang Kedua

Reporter

Terjemahan

Kamis, 29 April 2021 04:00 WIB

Anggota menunggu dalam antrean untuk mendapatkan vaksin COVID-19 di Rumah Sakit Komunitas Angkatan Darat Allgood yang terletak di dalam Garnisun Humphreys Angkatan Darat A.S. di Pyeongtaek, Korea Selatan, 29 Desember 2020. Militer Amerika Serikat memulai gelombang pertama vaksinasi Covid-19 untuk pasukan luar negerinya di Pangkalan Udara Yokota Jepang pada Senin. Spc. Erin Conway / AS. Army / DVIDS / Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Data terbaru Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menunjukkan sekitar 8 persen warga yang telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19 dari Pfizer maupun Moderna tak muncul untuk mendapatkan dosisnya yang kedua. Vaksin Pfizer maupun Moderna menetapkan dua dosis untuk imunisasi penuh berdasarkan uji klinis yang telah dilaluinya.

Sebanyak delapan persen itu setara lebih dari lima juta warga. Mereka tidak hadir di lokasi vaksinasi meski tenggat untuk mendapatkan dosis yang kedua telah terlewati sejak mereka menerima dosis yang pertama pada Maret lalu.

Menurut data CDC, jumlah delapan persen itu juga meningkat lebih dari dua kali lipat dari jadwal suntikan kedua pertengahan Februari lalu. Saat itu, sebanyak 3,4 persen yang tidak datang kembali.

"Saya sangat khawatir dengan tren ini, karena dosis kedua sangat dibutuhkan," kata Paul Offit, professor di University of Pennsylvania dan anggota panel penasihat vaksin di Food and Drug Administration (FDA) AS.

Epidemiolog di Boston Children's Hospital, John Brownstein, menyatakan belum jelas kenapa banyak warga Amerika yang melewatkan dosis kedua vaksin Covid-19. Beberapa faktor, menurut dia, bisa menjadi penyebabnya.

Advertising
Advertising

Mulai dari jeri atas efek samping yang dirasa, sibuk oleh pekerjaan, hingga misinformasi atau sekadar isu teknis. Brownstein juga menunjuk kemungkinan lain, suntikan dosis kedua yang diterima di lokasi berbeda dari yang pertama sehingga data tidak sinkron.

Banoune Lapoint adalah satu di antara warga Amerika yang terdata tak datang untuk menerima suntikan vaksin yang kedua. Dia telah menerima suntikan pertama pada Januari lalu, "Dan saya langsung mengalami reaksi alergi."

Preeti Malani, dokter dari University of Michigan, menyesalkan keputusan Lapoint. Jika alasannya adalah takut efek samping, dia mengingatkan, kebanyakan sifatnya ringan dan jangka pendek alias cepat berlalu. Efek samping vaksin Covid-19 rata-rata adalah pegal di lengan bekas disuntik, sakit kepala, dan lemas.

Baca juga:
CDC: Penerima Vaksinasi Penuh Tak Perlu Karantina lagi Jika Kembali Terinfeksi

<!--more-->

"Orang yang lainnya mungkin berpikir sekali suntik Vaksin Covid-19 sudah cukup. Ini tidak benar, Anda butuh dosis kedua untuk dapatkan imunitas," katanya.

CDC mengatakan, seseorang yang menerima suntikan pertama vaksin Pfizer seharusnya datang kembali untuk suntikan dosis kedua tiga minggu kemudian. Untuk vaksin Moderna, mereka diminta datang kembali untuk suntikan yang kedua berselang empat minggu dari suntikan pertama.

"Faktanya, seseorang belum akan dianggap menerima vaksinasi penuh hingga dua minggu setelah suntikan dosis kedua, baik Pfizer maupun Moderna," bunyi pernyataan CDC.

Sejumlah petugas kesehatan mengatakan kalau pemberian suntikan dosis kedua masih bisa menunggu sampai enam minggu sejak suntikan yang pertama. Tapi ini hanya untuk kasus yang mendesak.

"Sangat terbatas informasi tentang efektivitas menerima suntikan kedua yang lebih awal dari yang direkomendasikan atau lebih lama dari enam minggu sejak suntikan pertama," kata CDC.

Data CDC menyebut 141 juta atau 43 persen dari orang dewasa di Amerika Serikat telah satu kali disuntik vaksin Covid-19. Sebanyak 29 persen yang sudah dinyatakan menjalani vaksinasi secara penuh.

Angka 43 persen itu termasuk yang menerima vaksin Johnson & Johnson yang memang hanya satu dosis atau satu kali suntikan. Vaksin yang terakhir ini telah diizinkan digunakan kembali per akhir pekan lalu setelah melalui evaluasi pascakasus efek samping langka penggumpalan darah.

Penyakit infeksi virus corona 2019 atau Covid-19 telah sejauh ini merenggut lebih dari 572 ribu jiwa di Amerika Serikat. Di dunia, lebih dari 3,1 juta.

KING5 | NYTIMES |CONCHOVALLEY

Berita terkait

Pengunjuk Rasa Pro-Israel Provokasi Kubu Pro-Palestina, Bentrok Pecah di Universitas California Los Angeles

2 jam lalu

Pengunjuk Rasa Pro-Israel Provokasi Kubu Pro-Palestina, Bentrok Pecah di Universitas California Los Angeles

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan pro-Israel saling bentrok di kampus Universitas California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Protes Pro-Palestina Meluas di Kampus Amerika Serikat, Hampir 900 Orang Ditangkap Sejak 18 April

3 jam lalu

Protes Pro-Palestina Meluas di Kampus Amerika Serikat, Hampir 900 Orang Ditangkap Sejak 18 April

Hampir 900 orang telah ditangkap di kampus-kampus Amerika Serikat karena demo pro-Palestina

Baca Selengkapnya

AS Dilaporkan Turun Tangan Cegah ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

3 jam lalu

AS Dilaporkan Turun Tangan Cegah ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Amerika Serikat berupaya mencegah dikeluarkannya surat perintah penangkapan ICC terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu atas serangan di Gaza

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

16 jam lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Virus Flu Burung di AS, Para Pakar: Epidemi Telah Berlangsung Lama

17 jam lalu

Virus Flu Burung di AS, Para Pakar: Epidemi Telah Berlangsung Lama

FDA memergoki temuan satu dari lima sampel susu komersial yang diuji dalam survei nasional mengandung partikel virus H5N1atau virus Flu Burung

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta TikTok Dilarang di Amerika Serikat

17 jam lalu

Fakta-fakta TikTok Dilarang di Amerika Serikat

ByteDance selaku perusahaan pemilik TikTok memilih untuk menutup aplikasinya di Amerika yang merugi.

Baca Selengkapnya

Mahmoud Abbas; Hanya Amerika Serikat yang Bisa Hentikan Israel

18 jam lalu

Mahmoud Abbas; Hanya Amerika Serikat yang Bisa Hentikan Israel

Mahmoud Abbas dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia menyatakan hanya Amerika Serikat yang mampu menghentikan Israel

Baca Selengkapnya

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

19 jam lalu

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

Biro-biro di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat tidak percaya Israel gunakan senjata dari Washington tanpa melanggar hukum internasional

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

19 jam lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Temuan Virus Flu Burung di Produk Susu, AS Cek Sapi Perah Hingga Bentuk Tim Tanggap Darurat

1 hari lalu

Temuan Virus Flu Burung di Produk Susu, AS Cek Sapi Perah Hingga Bentuk Tim Tanggap Darurat

Peternakan sapi perah di 9 negara bagian di Amerika Serikat diserang virus Flu Burung. Colorado menjadi negara kesembilan yang mengonfirmasi temuan tersebut.

Baca Selengkapnya