Percobaan Ini Tunjukkan Bagaimana Vaksin AstraZeneca Bisa Gumpalkan Darah

Senin, 17 Mei 2021 17:22 WIB

Petugas medis mempersiapkan vaksin COVID-19 AstraZeneca saat vaksinasi masal di kawasan Sanur, Denpasar, Bali, Senin, 22 Maret 2021. Vaksin tersebut diberikan kepada semua kalangan masyarakat di tiga zona hijau yaitu Sanur, Nusa Dua dan Ubud. Johannes P. Christo

TEMPO.CO, Jakarta - Riset oleh peneliti darah dan imunologi dari Jerman, Andreas Greinacher, menunjukkan bahan pengawet vaksin Covid-19 AstraZeneca dapat memicu reaksi berlebihan yang jarang terjadi pada sistem kekebalan tubuh. Reaksi itu yang kemudian menyebabkan pembekuan darah, seperti yang diduga terjadi pada sebagian kecil penerima vaksin itu di sejumlah negara.

Bahan pengawet tersebut adalah EDTA, atau asam ethylenediaminetetraacetic yang biasa digunakan dalam obat-obatan dan kosmetik. “Bahan tersebut dapat membuat tubuh memproduksi antibodi secara berlebihan dan memicu reaksi kedua dari sistem kekebalan yang kemudian mulai membekukan darah,” ujar Greinacher menuturkan, Minggu 16 Mei 2021.

Greinacher adalah Kepala Institut Imunologi dan Transfusi di Rumah Sakit Universitas Greifswald. Dia dan rekannya melakukan penelitian pada tikus yang menunjukkan bahwa EDTA menyebabkan protein dalam cairan vaksin bocor ke aliran darah dan mengaktifkan platelet dengan menabraknya.

Platelet adalah komponen kecil dari gumpalan darah yang selalu beredar jika diperlukan untuk menyembuhkan cedera. Tapi begitu mereka dipicu untuk bertindak, platelet melepaskan protein lain—dikenal sebagai PL4—yang akan menempel pada protein dari vaksin dan mulai membentuk gumpalan.

Gumpalan lalu memicu alarm sistem kekebalan tubuh dan antibodi—bukan antibodi untuk Covid-19—akan diproduksi untuk menghancurkan gumpalan protein, antibodi, dan platelet. Sejumlah besar antibodi ini kemudian memicu reaksi yang lebih tinggi dari sistem kekebalan tubuh yang dapat mencakup pembengkakan pembuluh dan pembekuan darah.

Advertising
Advertising

“Ini berpotensi menyebabkan pembekuan darah seperti yang terlihat pada pasien yang disuntikkan vaksin (AstraZeneca),” tutur Greinacher.

Kasus paling fatalnya terjadi di pembuluh darah vena yang berasal dariotak, suatu kondisi yang dikenal sebagai CVST. Meski begitu, sebagian besar kasusnya di Inggris (163 dari 262 kasus pembekuan darah pascavaksinasi) penggumpalan darah ditemukan di lokasi lain dalam tubuh. Sebanyak 51 kasus yang berujung fatal.

Regulator medis di Inggris menemukan 262 kasus pembekuan darah itu pada 23,36 juta orang penerima suntikan AstraZeneca—perbandingannya sekitar satu dari 100 ribu. Gumpalan darah tetap langka dan jauh lebih kecil risikonya daripada risiko infeksi Covid-19.

Meski begitu orang-orang di bawah usia 40 tahun di negara itu telah disarankan untuk mendapatkan vaksin yang berbeda. Sedang di beberapa negara, termasuk Denmark dan Norwegia, telah berhenti menggunakan vaksin AstraZeneca sepenuhnya, sementara yang lain telah membatasi penggunaan untuk orang tua atau lansia.

Badan regulator obat-obatan Inggris (MHRA) menjelaskan bahwa manfaat dari vaksin AstraZeneca meningkat lebih besar daripada risikonya bagi sebagian besar orang. CEO MHRA June Raine pekan lalu menerangkan, keseimbangan manfaat dan risiko sangat menguntungkan bagi orang tua, tapi lebih seimbang untuk orang yang lebih muda.

“Kami menyarankan bahwa bukti yang berkembang ini harus diperhitungkan ketika mempertimbangkan penggunaan vaksin,” kata dia menambahkan.

Pemerintah Inggris memilih membuat kebijakan untuk memberi vaksin tersebut kepada orang dewasa yang berusia 40 tahun atau lebih muda. Karena tingkat penggumpalan dengan platelet rendah tampak lebih umum di antara mereka, sekitar satu dari 60.000 orang.

Untuk lansia yang benar-benar berisiko meninggal jika tertular Covid-19, manfaat perlindungan dari virus jelas lebih besar daripada efek samping negatifnya. Para ahli mengatakan tingkat infeksi di Inggris sekarang sangat rendah sehingga risiko pembekuan darah yang langka itu malah menjadi lebih besar daripada risiko Covid-19 pada orang dewasa yang lebih muda, yang seringkali hanya menderita penyakit ringan.

Mereka akan ditawari vaksin Pfizer atau Moderna, selama ketersediaannya cukup dan tidak akan menunda peluncurannya. Namun, siapa pun, berapa pun usianya, yang telah diberi dosis pertama tusukan AstraZeneca dan tidak mengalami komplikasi, didesak untuk mengajukan dosis kedua.

DAILY MAIL | PHARMACEUTICAL TECHNOLOGY

Baca juga:
Kematian Usai Vaksinasi AstraZeneca, Komnas KIPI Ungkap Kesulitan Penelusuran

Berita terkait

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

5 jam lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

13 jam lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

16 jam lalu

Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

Biasanya, ketika melakukan penelitian dalam dunia medis, peneliti kerap menggunakan tikus. Lantas, mengapa tikus kerap menjadi hewan percobaan?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

17 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

1 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

2 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Jerman Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

2 hari lalu

Jerman Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Jerman menyatakan akan melanjutkan pendanaan untuk UNRWA, menyusul negara-negara lain yang sempat menangguhkan pendanaan.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

2 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Jerman Lanjutkan Kerja Sama dengan UNRWA Palestina

3 hari lalu

Jerman Lanjutkan Kerja Sama dengan UNRWA Palestina

Menyusul beberapa negara yang telah menghentikan penangguhan dana UNRWA, Jerman melanjutkan kerja sama dengan badan pengungsi Palestina itu.Menyusul b

Baca Selengkapnya