TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI) menemukan menemukan adanya penyakit kronis yang diderita Trio Fauqi Virdaus. Namun, dipastikan, bukan penyakit itu penyebab kematian pemuda asal Duren Sawit, Jakarta Timur, tersebut pada 6 Mei 2021 lalu, atau sehari setelah menerima suntikan Vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Kepastian didapat berdasarkan rekam medis dari dokter yang pernah merawat Trio. "Kalau terkait penyakit kronisnya apa dan bagaimana, itu rahasia medis yang tidak bisa kami ungkapkan," kata Ketua Komnas KIPI, Hindra Irawan Satari, Minggu 16 Mei 2021.
Hindra mengungkap kesulitan yang dihadapi Komnas KIPI dalam menelusuri pemicu kematian Trio, apakah karena vaksin AstraZeneca atau tidak. Dia menyebut ketiadaan data untuk dianalisa karena Trio tiba di rumah sakit pada 6 Mei lalu sudah dalam kondisi meninggal. "Dokter juga tidak sempat memeriksa lebih jauh. Datanya tidak ada sama sekali," katanya.
Menurut Hindra, keluarga maupun Trio sebenarnya memiliki peluang untuk menjalani diagnosa medis saat terjadi keluhan penyakit. Seperti diketahui, usai vaksinasi diberikan jeda sekitar 30 menit untuk observasi ada tidaknya efek samping yang mungkin muncul.
Setiap peserta vaksinasi, secara prosedur, juga dibekali nomor kontak dokter yang bisa dihubunginya apabila efek samping dirasa dalam 1x24 jam.
Adapun Trio disebut Hindra sudah mengeluh sejak sore, usai menjalani vaksinasi Covid-19. Lalu besoknya datang ke rumah sakit pukul 12.45 WIB sudah meninggal. "Padahal kalau diperiksa cek laboratorium dan CT scan itu bisa," katanya.
Kini, Komnas KIPI berencana mengkonfirmasi keluarga Trio untuk kesediaan membongkar makam untuk kepentingan autopsi. "Kalau keluarga mau, ya alhamdulillah. Nanti dokter forensik yamg autopsi," katanya.
Investigasi pascakematian Trio juga dilakukan Komnas KIPI menggandeng Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Mereka sedang melakukan uji sterilitas dan toksisitas dari vaksin yang pernah disuntikkan kepada Trio. Vaksin dipersempit ke batch yang sama.
Toksisitas adalah sifat suatu zat yang merusak bila dipaparkan terhadap struktur organisme, seperti sel atau organ tubuh. Sementara sterilitas diuji untuk mengetahui apakah vaksin tersebut bersih dari kuman atau mikroorganisme lain.
Hindra mengatakan dua uji itu biasanya dua sampai tiga pekan. "Investigasi terhadap kejadian yang dialami Trio bisa dinyatakan selesai apabila BPOM telah melaporkan hasil uji terhadap sterilitas maupun toksisitas vaksin AstraZeneca ini," katanya.
Baca juga:
Vaksin AstraZeneca: Inggris Catat 168 Kasus Pembekuan Darah, 32 Meninggal