Di Amerika, 75 Persen Anak Positif Covid-19 Tak Demam-Batuk-Sesak Napas

Selasa, 18 Mei 2021 20:28 WIB

Seorang anak menjalani tes COVID-19 dengan GeNose, sebagai syarat sebelum menaiki kereta guna melakukan perjalanan mudik di stasiun kereta Pasar Senen, Jakarta, Sabtu, 1 Mei 2021. Sebagian warga memilih mudik lebih awal di akhir pekan ini, sebelum berlakunya larangan perjalanan mudik pada 6 Mei mendatang. Xinhua/Agung Kuncahya B.

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa mayoritas anak yang terinfeksi virus corona Covid-19 tidak menunjukkan gejala khas penyakit tersebut seperti demam, batuk, atau sesak napas. Peneliti mengamati lebih dari 12.306 anak 672 di antaranya, atau 5,5 persen, harus mendapat perawatan di rumah sakit.

Rentang usia anak dalam studi tersebut 0 hingga 18 tahun. Mereka diperiksa oleh dokter di 33 organisasi perawatan kesehatan di seluruh Amerika Serikat.

Hasilnya, prevalensi Covid-19 pada anak-anak, sebanyak hampir 75 persen tidak memiliki gejala klasik. Sisanya, sebanyak 25,1 persen anak, memiliki setidaknya satu di antara gejala demam, batuk dan sesak napas itu.

Gejala yang paling banyak muncul pun tidak spesifik. Sebanyak 18,8 persen anak dilaporkan mengeluhkan demam, nyeri otot dan hilangnya rasa dan penciuman. Sekitar 16,5 persen mengalami gejala pernapasan, seperti batuk. Lalu, sebanyak 13,9 persen menunjuk gejala gastrointestinal termasuk mual dan muntah.

Tanda-tanda yang lebih jarang termasuk gejala dermatologis seperti ruam yang dialami oleh 8,1 persen anak, dan neurologis (sakit kepala) ada pada 4,8 persen anak.

Advertising
Advertising

Ketika sampai pada gejala umum seperti nyeri otot, kelelahan dan hilangnya rasa dan penciuman, angkanya serupa di antara anak-anak yang dirawat di rumah sakit dan yang tidak dirawat di rumah sakit. Satu-satunya perbedaan yang terlihat adalah pada gejala demam yang hanya dialami 15 persen anak positif Covid-19 yang tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada mereka yang dirawat di rumah sakit, jumlah yang mengeluhkan demam sebanyak 40,7 persen.

Anak-anak yang tidak dirawat di rumah sakit dan yang dirawat di rumah sakit juga memiliki angka yang sama dalam hal gejala batuk dan sakit kepala. Namun, sesak napas sedikit lebih tinggi pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit, yaitu 12 persen dibandingkan dengan 10 persen pada anak-anak yang tidak memerlukan perawatan intensif.

Selain itu, pasien Covid-19 anak-anak di rumah sakit memiliki kemungkinan empat hingga lima kali lebih besar untuk mengalami mual dan muntah. Lalu, kurang dari satu persen pasien yang tidak dirawat di rumah sakit memiliki gejala dermatologis seperti ruam atau konjungtivitis dibandingkan lebih dari 6 persen pada yang dirawat di rumah sakit.

Baca juga:
Kematian Covid-19 pada Anak, Waspadai Komorbid Diare

<!--more-->

Tim peneliti juga mengamati gejala Covid-19 di seluruh kelompok usia anak dan menemukan bahwa di semua usia, tingkat batuk, mual dan muntah serupa. Namun, bayi, balita, dan anak pra-sekolah jauh lebih mungkin mengalami demam dan/atau ruam dibandingkan dengan anak sekolah dasar dan remaja dengan angka hingga 2,7 kali lebih tinggi.

Para peneliti juga meneliti perbedaan tingkat rawat inap di antara anak-anak kulit putih, kulit hitam dan Hispanik. Anak-anak kulit hitam dan Hispanik lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena Covid-19. Masing-masing persentasenya 6,5 persen dan 4,6 persen, dibandingkan dengan anak-anak kulit putih sebesar 3,3 persen.

Di antara semua anak yang dirawat di rumah sakit, sebanyak 118 atau 17,6 persen membutuhkan layanan perawatan kritis dan 38 anak, atau 4,1 persen, membutuhkan ventilasi mekanis. Risiko membutuhkan perawatan kritis dan ventilasi mekanis serupa di semua kelompok.

“Temuan menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja dengan Covid-19 mungkin memiliki penyakit yang lebih ringan daripada orang dewasa,” tulis hasil studi yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports itu.

Meski begitu, penelitian itu mengingatkan bahwa tingginya frekuensi kasus tanpa gejala khas mengharuskan peningkatan kewaspadaan, skrining inovatif, dan pengujian di antara anak-anak. Termasuk waspada kontak langsung jika sekolah dibuka kembali.

Studi tersebut dilakukan satu hari setelah komite penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech diberikan kepada anak-anak usia 12 hingga 15 tahun. Sebelumnya, vaksin ini hanya untuk orang Amerika berusia 16 tahun ke atas pada Desember 2020, sedang Pfizer telah diujicobakan untuk remaja sejak Oktober 2020.

Dengan rekomendasi resmi itu, dan otorisasi penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) yang diberikan sebelumnya, sebagian besar negara bagian mulai memberikan suntikan vaksin Covid-19 kepada remaja mulai pekan lalu. Itu artinya, lebih dari 17 juta orang Amerika bisa mendapatkan vaksinasi, yang menurut beberapa ahli kesehatan sebagai langkah untuk mencapai herd immunity.

Namun, orang tua dan ahli kesehatan memperdebatkan kebutuhan vaksinasi anak-anak yang hanya mencapai 0,1 persen dari kematian akibat Covid-19. secara keseluruhan

DAILY MAIL | SCIENTIFIC REPORTS

Baca juga:
Data Januari 2021: 74 Ribu Kasus Covid-19 pada Anak Indonesia, 3 Ribuan Klaster Sekolah

Berita terkait

Menlu AS Kunjungi Arab Saudi, Bahas Gaza dan Normalisasi Hubungan dengan Israel

2 jam lalu

Menlu AS Kunjungi Arab Saudi, Bahas Gaza dan Normalisasi Hubungan dengan Israel

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berkunjung ke Arab Saudi untuk membahas situasi di Gaza dan normalisasi hubungan Israel-Saudi.

Baca Selengkapnya

Kandidat Presiden AS Ditangkap karena Ikut Demo Bela Palestina

3 jam lalu

Kandidat Presiden AS Ditangkap karena Ikut Demo Bela Palestina

Demo bela Palestina terus bergolak di sejumlah kampus di AS. Terbaru adalah kandidat presiden AS Jill Stein termasuk di antara yang ditangkap.

Baca Selengkapnya

Pengunjuk Rasa Pro-Israel Provokasi Kubu Pro-Palestina, Bentrok Pecah di Universitas California Los Angeles

8 jam lalu

Pengunjuk Rasa Pro-Israel Provokasi Kubu Pro-Palestina, Bentrok Pecah di Universitas California Los Angeles

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan pro-Israel saling bentrok di kampus Universitas California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Protes Pro-Palestina Meluas di Kampus Amerika Serikat, Hampir 900 Orang Ditangkap Sejak 18 April

8 jam lalu

Protes Pro-Palestina Meluas di Kampus Amerika Serikat, Hampir 900 Orang Ditangkap Sejak 18 April

Hampir 900 orang telah ditangkap di kampus-kampus Amerika Serikat karena demo pro-Palestina

Baca Selengkapnya

AS Dilaporkan Turun Tangan Cegah ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

9 jam lalu

AS Dilaporkan Turun Tangan Cegah ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Amerika Serikat berupaya mencegah dikeluarkannya surat perintah penangkapan ICC terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu atas serangan di Gaza

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

21 jam lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Virus Flu Burung di AS, Para Pakar: Epidemi Telah Berlangsung Lama

23 jam lalu

Virus Flu Burung di AS, Para Pakar: Epidemi Telah Berlangsung Lama

FDA memergoki temuan satu dari lima sampel susu komersial yang diuji dalam survei nasional mengandung partikel virus H5N1atau virus Flu Burung

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta TikTok Dilarang di Amerika Serikat

23 jam lalu

Fakta-fakta TikTok Dilarang di Amerika Serikat

ByteDance selaku perusahaan pemilik TikTok memilih untuk menutup aplikasinya di Amerika yang merugi.

Baca Selengkapnya

Mahmoud Abbas; Hanya Amerika Serikat yang Bisa Hentikan Israel

23 jam lalu

Mahmoud Abbas; Hanya Amerika Serikat yang Bisa Hentikan Israel

Mahmoud Abbas dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia menyatakan hanya Amerika Serikat yang mampu menghentikan Israel

Baca Selengkapnya

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

1 hari lalu

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

Biro-biro di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat tidak percaya Israel gunakan senjata dari Washington tanpa melanggar hukum internasional

Baca Selengkapnya