TEMPO.CO, Jakarta - Data terbaru Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menunjukkan sekitar 8 persen warga yang telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19 dari Pfizer maupun Moderna tak muncul untuk mendapatkan dosisnya yang kedua. Vaksin Pfizer maupun Moderna menetapkan dua dosis untuk imunisasi penuh berdasarkan uji klinis yang telah dilaluinya.
Sebanyak delapan persen itu setara lebih dari lima juta warga. Mereka tidak hadir di lokasi vaksinasi meski tenggat untuk mendapatkan dosis yang kedua telah terlewati sejak mereka menerima dosis yang pertama pada Maret lalu.
Menurut data CDC, jumlah delapan persen itu juga meningkat lebih dari dua kali lipat dari jadwal suntikan kedua pertengahan Februari lalu. Saat itu, sebanyak 3,4 persen yang tidak datang kembali.
"Saya sangat khawatir dengan tren ini, karena dosis kedua sangat dibutuhkan," kata Paul Offit, professor di University of Pennsylvania dan anggota panel penasihat vaksin di Food and Drug Administration (FDA) AS.
Epidemiolog di Boston Children's Hospital, John Brownstein, menyatakan belum jelas kenapa banyak warga Amerika yang melewatkan dosis kedua vaksin Covid-19. Beberapa faktor, menurut dia, bisa menjadi penyebabnya.
Mulai dari jeri atas efek samping yang dirasa, sibuk oleh pekerjaan, hingga misinformasi atau sekadar isu teknis. Brownstein juga menunjuk kemungkinan lain, suntikan dosis kedua yang diterima di lokasi berbeda dari yang pertama sehingga data tidak sinkron.
Banoune Lapoint adalah satu di antara warga Amerika yang terdata tak datang untuk menerima suntikan vaksin yang kedua. Dia telah menerima suntikan pertama pada Januari lalu, "Dan saya langsung mengalami reaksi alergi."
Preeti Malani, dokter dari University of Michigan, menyesalkan keputusan Lapoint. Jika alasannya adalah takut efek samping, dia mengingatkan, kebanyakan sifatnya ringan dan jangka pendek alias cepat berlalu. Efek samping vaksin Covid-19 rata-rata adalah pegal di lengan bekas disuntik, sakit kepala, dan lemas.
Baca juga:
CDC: Penerima Vaksinasi Penuh Tak Perlu Karantina lagi Jika Kembali Terinfeksi