Studi: SARS-CoV-2 Tidak Memasukkan Materi Genetik ke DNA Manusia

Kamis, 20 Mei 2021 12:48 WIB

Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, kemungkinan besar tidak mengintegrasikan materi genetiknya ke dalam gen manusia. Hal tersebut ditemukan para ilmuwan dan diterbitkan dalam Journal of Virology.

Sebelumnya, studi terpisah melaporkan bahwa materi genetik virus ditemukan telah terintegrasi ke dalam DNA manusia dalam sel di cawan petri.

Namun, para ilmuwan yang melakukan penelitian lebih baru sekarang mengatakan bahwa hasil tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh artefak genetik dalam pengujian itu.

Majid Kazemian, asisten profesor biokimia dan ilmu komputer Purdue University dan salah satu dari tiga penulis pendamping dalam studi penelitian, mengatakan temuan ini memiliki dua implikasi penting.

Menurutnya, relatif sedikit yang diketahui tentang mengapa beberapa orang terus-menerus dites positif untuk virus tersebut, bahkan lama setelah membersihkan infeksi.

Advertising
Advertising

“Ini penting karena tidak jelas apakah orang tersebut telah terinfeksi ulang atau apakah mereka terus menularkan ke orang lain,” ujar dia seperti dikutip Medical Xpress, Rabu, 19 Mei 2021.

Kazemian menerangkan, invasi genom manusia oleh SARS-CoV-2 telah disarankan sebagai penjelasan untuk pengamatan yang dilakukan, “tetapi data kami tidak mendukung kasus ini.”

Jika virus mampu mengintegrasikan materi genetiknya ke dalam genom manusia, itu bisa berarti bahwa mRNA lain dapat melakukan hal yang sama. Namun, karena peneliti telah menunjukkan bahwa hal tersebut tidak didukung oleh data saat ini, seharusnya menghilangkan kekhawatiran tentang virus dan keamanan vaksin mRNA.

Materi genetik dari beberapa virus mungkin saja dimasukkan ke dalam DNA manusia dan hewan lain, menghasilkan apa yang disebut para ilmuwan sebagai "chimeric events”.

DNA manusia mengandung sekitar 100.000 keping DNA dari virus yang telah dikumpulkan spesies manusia selama jutaan tahun evolusi. Secara total, DNA yang hilang dan ditemukan dari virus ini membuat kurang dari 10 persen materi genetik dalam sel manusia.

Ben Afzali, Penyelidik Earl Stadtman dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDKD) yang juga terlibat dari penelitian ini menyatakan bahwa SARS-CoV-2 juga dapat menyebabkan chimeric events ini.

“Bahkan sebelum kami melakukan eksperimen yang menunjukkan bahwa ini bukan masalahnya, para peneliti menduga hal itu tidak mungkin terjadi,” kata dia menambahkan.

Menurut Afzali, sementara studi sebelumnya menunjukkan bahwa dalam sel yang terinfeksi SARS-CoV-2, materi genetik dari virus disalin dan ditempelkan ke dalam DNA manusia, “kelompok kami berpikir hal ini tampaknya tidak mungkin.”

Afzali juga menjelaskan bahwa SARS-CoV-2, seperti HIV, memiliki materi genetik dalam bentuk RNA, tapi tidak seperti HIV, tidak memiliki mesin untuk mengubah RNA menjadi DNA. SARS-CoV-2 tidak mungkin menempel sendiri ke dalam genom dan virus corona, secara umum, tidak mendekati DNA manusia.

“Seperti yang ditunjukkan penelitian kami, kami merasa sangat tidak mungkin SARS-CoV-2 dapat berintegrasi ke dalam genom manusia,” tutur Afzali.

Penulis studi lainnya Christiane Wobus, profesor mikrobiologi dan imunologi di University of Michigan Medical School menerangkan meskipun pemahaman kolektif tentang virus RNA adalah bahwa integrasi SARS-CoV-2 ke dalam genom manusia akan sangat tidak mungkin, tapi cukup penting untuk memeriksa pertanyaan itu.

Menurut Wobus, penemuan tak terduga dalam sains—ketika dikonfirmasi secara independen—mengarah pada pergeseran paradigma dan mendorong bidang ini ke depan. “Oleh karena itu, adalah baik untuk berpikiran terbuka dan memeriksa hasil tak terduga dengan cermat, yang saya yakin kami lakukan dalam studi kami," ujar dia.

Namun, kata Wobus, pihaknya tidak menemukan bukti konklusif untuk integrasi SARS-CoV-2, melainkan menunjukkan bahwa selama metodologi pengurutan RNA, chimera—simtoma pada makhluk hidup yang memiliki dua atau lebih populasi sel yang berasal dari fenotipe genetik yang berbeda—diproduksi pada tingkat yang sangat rendah sebagai artefak dari teknik laboratorium.

Untuk memeriksa peristiwa integrasi yang diusulkan, para peneliti mengembangkan teknik baru di mana mereka mengekstraksi materi genetik dari sel yang terinfeksi, kemudian memperkuat atau mereproduksi materi genetik sebanyak 30 kali lipat. Jika ada chimeric events dalam DNA sel inang, bit materi genetik dari SARS-CoV-2 ini juga harus meningkat 30 kali lipat, tapi data tidak menunjukkan ini.

Kazemian menambahkan, ketika pihaknya memperkaya urutan SARS-CoV-2 dari sebagian besar RNA sel yang terinfeksi, mereka menemukan bahwa chimeric events kemungkinan besar adalah artefak. “Pekerjaan kami tidak mendukung klaim bahwa SARS-CoV-2 berfusi atau terintegrasi ke dalam genom manusia.”

MEDICAL XPRESS | PHYS | JOUTNAL OF VIROLOGY

Baca:
Vaksinasi Covid-19 Cina, Ahli: Beijing Kota Pertama dengan Kekebalan Kawanan

Berita terkait

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

2 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

2 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

3 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

4 hari lalu

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

Ilmuwan NOAA mendeteksi badai geomagnetik terbaru yang terjadi pada 11 Maret 2024 dan dampaknya diperkirakan berlanjut hingga Mei ini.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

8 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

8 hari lalu

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat

Baca Selengkapnya

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

8 hari lalu

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

Perusahaan farmasi AstraZeneca telah memutuskan menarik stok vaksin Vaxzefria dari seluruh dunia. Waktunya bareng dengan sidang gugatan.

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

9 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

12 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

13 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya