Sebelum di Wuhan, Covid-19 Sudah Ada di Italia? WHO Minta Studinya Diuji Ulang

Reporter

Antara

Rabu, 2 Juni 2021 11:10 WIB

ilustrasi - Dokter memegang botol ampul kaca mengandung sel molekul virus corona Covid-19 asal Inggris yang telah mengalami mutasi RNA menjadi varian baru. (ANTARA/Shutterstock/pri.)

TEMPO.CO, Milan - Badan Kesehatan Dunia atau WHO menginstruksikan uji ulang atas sampel dari sebuah penelitian yang menunjukkan virus corona Covid-19 telah beredar di luar Cina pada Oktober 2019, tepatnya di Italia. Dua ilmuwan yang terlibat dalam penelitian sekaligus pemilik sampel tersebut mengungkapkan adanya instruksi itu dan kini sedang menyiapkan proposal untuk uji ulang.

Wabah Covid-19 pertama kali diidentifikasi di Wuhan, Cina, pada pertengahan Desember 2019. Pada perkembangan wabah itu menuju pandemi, pasien pertama Covid-19 di Italia terdeteksi di sebuah kota kecil dekat Milan pada 21 Februari 2020.

Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun lalu menunjukkan antibodi terhadap virus atau varian penyakit yang sama sudah terdeteksi di Italia pada 2019. Penemuan itu yang mendorong Cina menduga virus itu tidak berasal dari negerinya, sekalipun para peneliti di Italia menekankan temuan tersebut lebih memunculkan pertanyaan kapan virus itu pertama kali muncul daripada di mana.

"WHO bertanya kepada kami apakah dapat membagikan bahan biologis dan apakah kami dapat menjalankan kembali tes di laboratorium independen. Kami menerimanya," ujar Giovanni Apolone, Direktur Institut Kanker Milan (INT).

WHO belum pernah melaporkan langkah atau permintaan tersebut sebelumnya. Saat dikonfirmasi, juru bicaranya menjelaskan bahwa WHO sedang berhubungan dengan para peneliti yang telah menerbitkan makalah aslinya. "Sebuah kerja sama dengan laboratorium mitra telah disiapkan untuk pengujian lebih lanjut," katanya.

Advertising
Advertising

Juru bicara itu menambahkan bahwa peneliti di Italia itu akan menerbitkan laporan lanjutan dari penelitiannya yang terdahulu, "dalam waktu dekat." Proposal untuk uji ulang, menurutnya, sudah disiapkan tim peneliti sejak Jumat pekan lalu.

Apolone mengatakan bahwa WHO telah menghubungi semua peneliti yang telah menerbitkan atau memberikan informasi tentang sampel positif SARS-CoV-2 yang dikumpulkan pada 2019. Tetapi, WHO belum memiliki interpretasi akhir.

Temuan para peneliti Italia itu diketahui setelah dipublikasikan oleh majalah ilmiah INT, Tumori Journal. Didalamnya ditunjukkan kalau antibodi penawar terhadap infeksi SARS-CoV-2 ada dalam darah yang diambil dari sukarelawan sehat di Italia pada Oktober 2019 selama uji coba screening kanker paru-paru.

Sebagian besar sukarelawan itu berasal dari Lombardy, dekat Milan, yang juga kawasan pertama dan paling parah dilanda Covid-19 di Italia. Namun, Apolone menegaskan, tak satu pun dari penelitian yang diterbitkan sejauh ini pernah mempertanyakan asal geografis virus penyebab Covid-19.

"Keraguan yang berkembang adalah bahwa virus itu, mungkin kurang kuat dibandingkan dengan bulan-bulan berikutnya, telah beredar di Cina jauh sebelum kasus yang dilaporkan," kata Apolone.

Untuk uji ulang hasil penelitian di Italia itu, WHO memilih laboratorium Universitas Erasmus di Rotterdam, Belanda. Keterangan ini didapat dari Emanuele Montomoli, profesor bidang Kesehatan Masyarakat di Departemen Kedokteran Molekuler di Universitas Siena, yang juga kolega Apolone. Universitas Erasmus belum memberi keterangan.

Petugas medis menggunakan pakaian pelindung saat merawat pasien terinfeksi virus corona atau Covid-19 di rumah sakit Oglio Po di Cremona, Italia, 19 Maret 2020. Angka kematian karena Covid-19 di Italia mencapai 3.405 orang. REUTERS/Flavio Lo Scalzo

Tim peneliti Italia mengirim 30 sampel biologis yang dikumpulkannya mulai Oktober hingga Desember 2019 yang mereka temukan positif terinfeksi SARS-CoV-2. Lalu, 30 sampel dari periode yang sama namun negatif, dan 30 sampel dari 2018 yang juga negatif.

"Kami mengirimi mereka secara buta, itu berarti rekan kami tidak tahu sampel mana yang positif dan mana yang negatif," kata Apolone sambil menambahkan, "Mereka memeriksa ulang sampel kami dengan tes komersial yang jauh lebih sensitif daripada yang kami rancang dan validasikan."

Kedua ilmuwan itu tidak dapat memastikan apakah virus corona penyebab Covid-19 di Wuhan sudah lebih dulu menular di Italia tapi. Apolone dan dan Montomoli menyatakn menunggu sampai tim ilmuwan Italia dan Belanda mempublikasikan temuan mereka. Lagia apa yan dikerjakan Apolone dan Montomoli juga hanya meneliti respons terhadap virusnya, yakni antibodi.

Baca juga:
Lupa Diencerkan, Vaksin Covid-19 Setara 6 Dosis Disuntikkan ke Wanita di Italia

Berita terkait

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

2 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

9 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

19 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Kisah Jendela Wine di Restoran-restoran di Italia, Digunakan untuk Social Distancing pada Abad ke-15

1 hari lalu

Kisah Jendela Wine di Restoran-restoran di Italia, Digunakan untuk Social Distancing pada Abad ke-15

Jendela wine diperkenalkan pada 1600-an, pada saat wabah bubonic menyebar ke seluruh Florence. Kembali populer saat pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya