BMKG Diam-diam Riset Kemampuan Prediksi Gempa, Ini Penjelasannya

Jumat, 4 Juni 2021 07:36 WIB

Ilustrasi gempa bumi

TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyadari kemampuan prediksi gempa menjadi kebutuhan banyak orang, terutama di wilayah seperti Indonesia. Lembaga inipun mengaku telah berupaya melayani kebutuhan itu lewat beberapa riset sejak 2011 lalu.

BMKG banyak (riset) tapi karena hasilnya belum konsisten tidak dipublikasikan,” kata Daryono, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Kamis 3 Juni 2021.

Daryono menegaskan, prediksi gempa harus menggunakan beberapa parameter seperti gas radon, geomagnet, perubahan kecepatan gelombang seismik, juga total electron content. “Sehingga saling mengkonfirmasi, jadi tidak satu parameter pengamatan saja,” ujarnya.

Menurutnya, hingga saat ini belum ada satu pun negara di dunia yang riset gempanya maju dan secara formal dapat mengoperasikan prediksi gempa. Semua riset gempa seperti yang dilakukan BMKG dengan menggunakan gas radon misalnya, hasilnya pun belum konsisten.

“Sehingga BMKG tidak pernah melakukan publikasi prediksi gempa dengan menggunakan radon ini,” kata Daryono.

Advertising
Advertising

Dibandingkan dengan gas radon, Daryono menyebut ada studi yang hasilnya sementara ini lebih baik. “Kalau hasil kajian BMKG justru geomagnet hasilnya lebih bagus dari radon,” ujarnya sekalipun teknik ini juga belum dipublikasikan hasilnya.

Sebelumnya diberitakan, Tim Peneliti Sistem Peringatan Dini Gempa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengaku sukses mendeteksi 3-7 hari sebelum kejadian gempa. Contoh terbaru yang disodorkan adalah gempa di Toli-toli, Sulawesi Tengah, 29 Mei 2021. Gempa berkekuatan Magnitudo 5,3 itu diaku sudah terdeteksi tiga hari sebelumnya.

Ketua tim Sunarno di laman UGM mengatakan alat deteksi gempanya merupakan teknologi triangulasi yang dapat memprediksi episentrum atau titik pusat gempa secara lebih tepat. Alat prediksi gempa UGM itu bekerja dengan mendeteksi perubahan level air tanah dan konsentrasi gas radon.

“Apabila akan terjadi gempa di lempengan Bumi, akan muncul fenomena paparan gas radon alami dari tanah meningkat secara signifikan. Demikian juga permukaan air tanah naik turun secara signifikan,” kata Sunarno, dikutip dari laman UGM.

Komponen lain seperti pengkondisi sinyal, controller dan sumber daya listrik, penyimpan data, dan aplikasi Internet of Thing atau IoT. Mengembangkannya sejak 2018, alat prediksi gempa dari UGM itu disebut telah berhasil memprediksi sederet gempa sejak 2020 yang terjadi mulai dari di Yogya di mana terpasang satu-satunya alat EWS hingga NTT dan Aceh.

Baca juga:
Beredar SMS Peringatan Dini Tsunami 4 Juni 2021, BMKG Minta Masyarakat Tenang

Berita terkait

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

5 jam lalu

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

BMKG mencatat kejadian gempa bumi dengan kekuatan M5,5 di wilayah Maluku Utara. Pusat gempa di laut, dipicu deformasi batuan Lempeng Laut Maluku.

Baca Selengkapnya

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

16 jam lalu

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

Keberadaan partai oposisi sangat penting untuk memberikan pengawasan dan mengontrol jalannya pemerintahan. Ini pendapat dosen filsafat UGM.

Baca Selengkapnya

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

16 jam lalu

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

Lokasi sumber gempa lebih dekat dengan daratan sehingga potensi untuk merusak lebih besar

Baca Selengkapnya

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

17 jam lalu

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

Wilayah Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran dan Sukabumi memiliki sejarah kejadian gempa bumi yang sering terulang sejak tahun 1844.

Baca Selengkapnya

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

18 jam lalu

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

Gempa bumi seperti yang terjadi di Garut, menurut BMKG sering disusul dengan bencana lainnya seperti tanah longsor, pohon tumbang, bahkan tsunami.

Baca Selengkapnya

BMKG Prakirakan Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan Tebal Hingga Hujan Ringan

21 jam lalu

BMKG Prakirakan Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan Tebal Hingga Hujan Ringan

BMKG memprakirakan cuaca Jakarta hari ini, 30 April 2024, berawan tebal hingga hujan ringan.

Baca Selengkapnya

Cuaca Jakarta dan Sekitarnya Sama Cerah Berawan Pagi Ini, Bagaimana Siang dan Malam?

21 jam lalu

Cuaca Jakarta dan Sekitarnya Sama Cerah Berawan Pagi Ini, Bagaimana Siang dan Malam?

Prediksi cuaca dari BMKG menyebut Jabodetabek seluruhnya cerah berawan pada pagi ini, Kamis 30 April 2024.

Baca Selengkapnya

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

21 jam lalu

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

Wisatawan diajak menjelajahi ekosistem sepanjang Sungai Winongo hingga muara Pantai Baros Samas Bantul yang kaya keanekaragaman hayati.

Baca Selengkapnya

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

1 hari lalu

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.

Baca Selengkapnya

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

1 hari lalu

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

JAB Fest tahun ini kami mengusung delapan program untuk mempertemukan seni dengan literasi, digelar di Kampoeng Mataraman Yogyakarta.

Baca Selengkapnya