Perdana Menteri Baru Israel Naftali Bennett Miliarder Start-up Teknologi
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Selasa, 15 Juni 2021 16:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Naftali Bennett resmi menggantikan Benjamin Netanyahu menjadi Perdana Menteri Israel yang baru. Pria 49 tahun itu sekaligus menjadi Perdana Menteri Israel pertama yang terjun ke dunia politik dari industri teknologi, di mana dia selama ini menghasilkan sebagian besar kekayaannya.
Dikutip dari CTech, Senin 14 Juni 2021, Bennett diperkirakan memiliki kekayaan lebih dari US$ 9 juta (Rp 128, 2 miliar) yang sebagian besar ia peroleh pada 2005, setelah dia menjual Cyota—perusahaan teknologi yang ia dirikan pada 1999. Namun, ini bukan satu-satunya perusahaan startup teknologi miliknya.
Baru-baru ini diketahui bahwa investasi yang dilakukan Bennett di Payoneer 13 tahun lalu diperkirakan akan menghasilkan jutaan dolar untuknya. Fintech unicorn Israel itu berencana melakukan IPO melalui merger dengan FTAC Olympus Acquisition Corp. senilai lebih dari US$ 3 miliar (Rp 42,2 triliun).
Bennett diyakini hanya menginvestasikan beberapa ratus ribu Shekel (mata uang Israel) di perusahaan pada awal didirikannya. Bennett memiliki hubungan jangka panjang dengan pendiri dan Presiden Payoneer, Yuval Tal, dan memperkenalkannya kepada Keren Levy, COO Payoneer saat ini, yang sebelumnya bekerja di Cyota.
Perdana Menteri Israel itu memulai karirnya di ekosistem teknologi lokal pada 1996, saat belajar hukum dan administrasi bisnis di Universitas Ibrani Yerusalem. Saat itu, ia mulai bekerja dalam bisang jaminan kualitas perangkat lunak (QA), kemudian dalam penjualan, termasuk di I-Scrapr yang didirikan oleh kakak laki-lakinya, Asher.
Pada 1999, selama tahun keempatnya di Universitas Ibrani Yerusalem, Bennett dan rekannya Michal Tsur Shalev, Ben Enosh, serta Lior Golan, mendirikan perusahaan keamanan siber Cyota. Mereka mengembangkan algoritma untuk memverifikasi identitas pengguna berdasarkan tingkat risiko yang terlibat dalam transaksi online yang mereka lakukan (Risk-Based Authentication).
Pada masa jayanya, Cyota mempekerjakan 140 pekerja dan digunakan oleh bank-bank di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Jepang, serta sebagian besar bank di Israel. Cyota mengumpulkan US$ 27 juta dalam empat putaran yang dipimpin oleh dana modal ventura Bessemer Venture Partners, Israel Seed Partners, Giza, dan Poalim Ventures, dan bernilai US$ 23 juta pada putaran terakhirnya pada 2004.
Pada akhir 2005, perusahaan Amerika RSA Security mengumumkan bahwa mereka mengakuisisi Cyota seharga US$ 145 juta. Sebagai salah satu pendiri perusahaan dan sebagai CEO-nya, bagian Bennett dari kesepakatan itu diperkirakan mencapai beberapa puluh juta dolar.
Dalam wawancara setelah kesepakatan diumumkan, Bennett menyatakan bahwa akan tetap ada di perusahaan dan karyawan akan mendapat manfaat darinya. Saat itu dia mengaku akan berjuang menghapus prioritas investor, sehingga karyawan akan mendapat untung dari dolar pertama yang masuk. “Saya merekomendasikan semua perusahaan teknologi melakukan hal yang sama, itu memotivasi karyawan dan penting bagi mereka,” tutur Bennett saat itu.
Setelah menjual Cyota, salah satu pendiri startup itu bersama Naftali Bennett, Michal Tsur Shalev mendirikan perusahaan pembuatan dan distribusi video Kaltura. Perusahaan itu IPO dengan penilaian setidaknya US$ 1 miliar.
<!--more-->
Dalam sebuah wawancara pada akhir 2020, Tsur mengatakan tidak memiliki pandangan politik yang sama, tapi dia menghargai serangkaian nilai yang ada di balik aktivitas politik Bennett. Menurut Tsur, ambisi politik Naftali Bennett dilandai kepeduliannya tentang negara dan keberadaannya.
Tsur juga mengaku bahwa dirinya dan Bennett sering mendiskusikan berbagai hal, dan menghargai karakteristik Bennett yang, menurutnya, tidak dia temukan pada politikus lain. “Seperti memberi contoh pribadi atau kemampuan untuk mengelilingi diri Anda dengan orang-orang yang sangat berbakat, kreatif, dan cerdas,” tutur Tsur.
Bennett terpilih menjabat sebagai Menteri Ekonomi Israel pada 2013. Saat itu, sebuah perusahaan bernama Soluto diakuisisi oleh Asurion seharga US$ 120 juta. Empat tahun sebelumnya, Bennett menjabat sebagai CEO Soluto selama beberapa bulan atas permintaan beberapa investor perusahaan.
Meskipun Bennett berada di Soluto untuk waktu yang singkat, kontribusinya dihargai. Ishay Green, salah satu pendiri Soluto mengatakan bahwa dia senang Bennett bergabung sebagai CEO. “Kami ingin belajar darinya. Tapi begitu dia melihat kami baik-baik saja, dia melepaskan kami. Berkat dia, kami mendapat dana.”
Tawaran menarik yang akhirnya ditolak Bennett datang tepat setelah melepas Cyota ketika dia diminta untuk menjadi CEO Waze, aplikasi navigasi Israel, yang didirikan pada 2006 dan dijual ke Google pada 2013 dengan harga sekitar US$ 1 miliar. Orang yang mengisi posisi itu, Noam Bardin, kemudian diangkat menjadi wakil presiden di Google.
Ketika Google mengakuisisi Waze, Bennett sudah berada di Kementerian Ekonomi. Sebuah pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh kantornya mengatakan pada saat itu: "Memang, Menteri Bennett ditawari untuk menjadi CEO Waze setelah perusahaan yang dimilikinya dijual, tapi dia memilih untuk mendedikasikan diri ke layanan publik.”
Startup lain yang diinvestasikan Bennett adalah Wisestamp pada 2010. Startup ini memberikan solusi untuk pemilik usaha kecil dan dibeli pada 2019 oleh perusahaan Israel vCita dengan nilai yang tidak diketahui. Forbes Israel memperkirakan bahwa Bennett menghasilkan sekitar US$ 2,5 juta dari kesepakatan ini.
Antara 2015 dan 2019, sebagai Menteri Pendidikan, Bennett berkali-kali berbicara tentang pentingnya pendidikan teknologi dan perannya dalam penguatan industri lokal. “Sistem pendidikan Israel akan menjadi situs beta untuk teknologi di sektor ini. Kami akan mencapai hasil yang tidak dapat diprediksi oleh siapa pun," katanya pada 2015.
Selama bertahun-tahun, Naftali Bennett bekerja erat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai salah satu pembantu utamanya dalam kabinet.
GLOBES | FROBES | CTECH
Baca juga:
Alat Sejenis Dibuat di Israel, Ini Kata Peneliti GeNose UGM