97 Persen Lebih Menular, Covid-19 Varian Delta Terbukti Paling Agresif

Reporter

Terjemahan

Kamis, 24 Juni 2021 07:31 WIB

ilustrasi - Dokter memegang botol ampul kaca mengandung sel molekul virus corona Covid-19 asal Inggris yang telah mengalami mutasi RNA menjadi varian baru. (ANTARA/Shutterstock/pri.)

TEMPO.CO, Jakarta - Analisis oleh tim peneliti gabungan dari WHO, London School of Hygiene and Tropical Medicine, dan Imperial College London terhadap lebih dari 1,7 juta data genome sequences virus Covid-19 yang sudah dikumpulkan di basisdata Global Initiative On Sharing All Influenza Data (GISAID) memberi gambaran akan ganasnya sejumlah varian baru virus itu. Dari 15 negara di dunia yang mewakili penyebaran virus-virus itu secara global, hampir seluruhnya memperlihatkan pergeseran cepat dominasi varian virus yang menyebar sejak pandemi terjadi awal 2020 lalu.

Varian-varian baru seperti yang ada dalam daftar Variant of Concern WHO seluruhnya terbukti memiliki kemampuan untuk menular lebih luas. Untuk varian Alpha (B.1.1.7), misalnya, terukur memiliki tingkat penularan 29 persen lebih tinggi dibandingkan varian awal virus Covid-19 yang menyebar di awal pandemi. Sedang untuk varian Beta (B.1.351) lebih tinggi sebesar 25 persen, lebih tinggi 38 persen untuk Gamma (P.1), dan yang tertinggi, 97 persen untuk varian Delta (B.1.617.2).

Analisis dilakukan terhadap angka reproduksi efektif virus dan penyebaran globalnya hingga 3 Juni 2021. Angka reproduksi virus menunjukkan berapa banyak orang yang bisa tertular dari setiap satu kasus positif. Per periode itu diketahui B.1.1.7 dilaporkan telah terdeteksi di sedikitnya 160 negara, B.1.351 ada di 113 negara, P.1 dilaporkan telah menyebar di 64 negara, dan B.1.617.2 sudah masuk di 62 negara.

Dari enam varian yang saat ini ada di daftar Variant of Interest WHO--varian virus yang masih dalam pengawasan untuk kemungkinannya masuk dalam daftar Variant of Concern--lima ikut dianalisis yakni Zeta (P.2), Epsilon (B.1.427/B.1.429), Eta (B.1.525), Iota (B.1.526), dan Kappa (B.1.617.1). Hasilnya, di antara mereka, hanya B.1.617.1 dan B.1.525 yang secara statistik meningkat signifikan angka reproduksi efektif virusnya dibandingkan varian awal virus Covid-19. Masing-masing, sebesar 48 persen dan dan 29 persen.

Analisis juga dilakukan dengan saling membandingkan angka reproduksi efektif virus-virus ganas itu untuk memperkirakan seperti apa pertumbuhan sifat kompetitifnya di masa depan. Hasil yang didapat di antaranya menunjukkan estimasi pertumbuhan yang tercepat untuk varian B.1.617.2. Varian turunan dari virus Covid-19 yang berkembang di India ini diprediksi akan tetap berada di barisan terdepan di antara empat varian lain di daftar VoC WHO untuk beberapa bulan ke depan.

Advertising
Advertising

"Daya tularnya lebih tinggi 55 persen daripada varian B.1.1.7, 60 persen dibandingkan varian B.1.351, dan 34 persen dibandingkan P.1," bunyi isi analisis yang dipublikasi dalam Jurnal Euro Surveillance terbit 17 Juni 2021 ini, dan dibagikan oleh Maria Van Kerkhove, epidemiolog Amerika yang kini ketua tim teknis Covid-19 di WHO.

Meski terjadi pergeseran dominasi varian virus yang cepat itu, analisis juga mencatat kalau beberapa negara telah berhasil mengurangi penularan SARS-CoV-2 menggunakan langkah-langkah layanan kesehatan publik pembatasan sosial. Bukti telah menunjukkan, semakin tinggi kemampuan varian virus itu menular, semakin membutuhkan pengetatan langkah-langkah itu.

Model dan data empirik sebaran varian SARS-CoV-2 di 15 negara hingga 3 Juni 2021. EUROSURVEILLANCE

"Meningkatnya daya tular varian baru juga sangat mungkin akan membimbing ke batas kekebalan komunal yang lebih tinggi, yang mungkin berarti pula langkah layanan kesehatan dan pembatasan sosial harus dipertahankan lebih lama sejalan vaksinasi dilakukan," bunyi bagian pembahasan dari analisis.

Terakhir, tim peneliti memberikan catatannya tentang meningkatkan jumlah kasus Covid-19 di negara-negara di mana virus varian baru bersirkulasi dan fakta bahwa beberapa varian berkaitan dengan angka rawat inap dan kematian pasien yang meningkat pula. Itu artinya, beban kepada sistem layanan kesehatan juga akan meningkat, meski efek ini akan bergantung pula kepada cakupan dan efikasi vaksinasi.

Baca juga:
Terbaru, Covid-19 Varian Delta Juga Ditemukan Menyebar di Karawang

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

41 menit lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

3 jam lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

14 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Buat Jemaah Calon Haji 2024, Ini Aturan Terbaru dari Arab Saudi

22 jam lalu

Buat Jemaah Calon Haji 2024, Ini Aturan Terbaru dari Arab Saudi

Arab Saudi mewajibkan jemaah calon haji memenuhi kriteria vaksinasi dan mendapatkan izin resmi.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

1 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Olahraga dan Modifikasi Gaya Hidup, Investasi Kesehatan bagi Anak Muda

2 hari lalu

Olahraga dan Modifikasi Gaya Hidup, Investasi Kesehatan bagi Anak Muda

Olahraga bisa menjadi investasi kesehatan di masa datang dan penting bagi anak muda zaman sekarang mengubah gaya hidup sehat dengan rajin berolahraga.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

3 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya