Mengenang Mundardjito, Tiga Per Empat Usianya Untuk Kemajuan Arkeologi Indonesia

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 3 Juli 2021 15:51 WIB

TEMPO/Yosep Arkian

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia tengah dilanda kabar duka yang mendalam setelah meninggalnya Ki Manteb Soedharsono, plitikus Rachmawati Soekarno Putri, juga arkeolog senior Indonesia yang mengembuskan napas terakhirnya, Profesor Mundardjito.

Kabar duka itu dibenarkan Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar, yang pernah menjadi mahasiswa Mundarjito saat berkuliah di Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya UI. “Saya belum dapat info jelasnya. Apa mungkin karena asmanya yang kambuh. Beliau sudah berusia 85 pada tahun ini,” ucapnya ketika menjelaskan penyebab meninggalnya Profesor Mundardjito.

Mundardjito lahir di Bogor pada 8 Oktober 1936, dia lulus dari Jurusan Ilmu Purbakala dan Sejarah Kuno Indonesia—sekarang Jurusan Arkeologi FIB UI—pada 1963. Dia juga beberapa mendapatkan beasiswa untuk belajar di beberapa perguruan tinggi luar negeri, University of Athens, Yunani (1969-1971) dan University of Pennsylvania, Amerika Serikat (1978-1979).

Mundardjito menghabiskan tiga per empat hidupnya untuk kemajuan dunia arkeolog di Indonesia. Tidak heran jika ia sudah menyambangi berbagai situs arkeologi di Tanah Air. Mulai dari yang besar-besar, seperti Borobudur, Trowulan, dan Banten Lama, hingga ke sudut-sudut Kutai, Muara Jambi, termasuk Pasir Angin, Jawa Barat. Hal ini dikarenakan ia meyakini arkeolog sebagai jati diri bangsa.

Namun, Mundardjito berbeda dengan ilmuwan lainnya, ia yang lulus dalam menempuh pendidikan doktoralnya pada 1993 namun tidak melalui pendidikan master. Ketika itu ia mampu lulus dengan predikat Cum Laude dengan disertasi berjudul Pertimbangan Ekologi dalam Penempatan Situs Masa Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta: Kajian Arkeologi-Ruang Skala Makro. Karya-karya dan penelitiannya juga yang membuatnya layak masuk program pascasarjana setingkat S-3.

Advertising
Advertising

Ilmuwan yang dikenal tegas dan jujur oleh para mahasiswanya ini menuturkan bahwa sebuah candi didirikan di sebuah lokasi bukan hanya karena pertimbangan keagamaan, melainkan juga melibatkan pertimbangan ekologis, seperti jarak dari sungai, kemiringan tanah, kesuburan tanah, dan kedalaman sumber air tanah.

Ketika memasuki usia 70-an, semangat Mundardjito tidak pernah surut dalam melakukan penelitian. Bahkan ia masih sanggup untuk bekerja layaknya anak muda. Di usia tersebut, ia juga melakukan penggalian di sekitar Kota Tua Jakarta. Dari penggalian itu, ia menemukan kembali jalur rel kereta api lama di sana.

GERIN RIO PRANATA

Baca: Mundardjito Meninggal, Arkeolog UI: Dia Ahli Kajian Arkeologi Lapangan

Berita terkait

UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

18 hari lalu

UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?

Baca Selengkapnya

Menyambangi Kampung Arab Pekojan, Melihat Sejarah Islam di Kota Tua Jakarta

33 hari lalu

Menyambangi Kampung Arab Pekojan, Melihat Sejarah Islam di Kota Tua Jakarta

Pekojan di kawasan Kota Tua Jakarta dikenal sebagai permukiman etnis Arab. Di sana terdapat empat masjid tua yang kini menjadi bangunan cagar budaya.

Baca Selengkapnya

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

37 hari lalu

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

38 hari lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

39 hari lalu

Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

Arkeolog asal Singapura ini lega publikasi laporan penelitian situs Gunung Padang ditarik penerbit jurnal. Sebut kental pseudoarchaeological.

Baca Selengkapnya

Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

40 hari lalu

Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

Dia mengaku nyaman-nyaman saja saat pertama mendengar kepastian laporan penelitian situs Gunung Padang dicabut publikasinya dari jurnal ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

42 hari lalu

Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.

Baca Selengkapnya

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

43 hari lalu

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.

Baca Selengkapnya

Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

43 hari lalu

Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.

Baca Selengkapnya

Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

4 Maret 2024

Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung

Baca Selengkapnya