Tim Mahasiswa Politeknik Negeri Malang Bikin Detektor Makanan Halal

Jumat, 30 Juli 2021 23:43 WIB

Dua dari empat mahasiswa Politeknik Negeri Malang yang mengembangkan alat deteksi kandungan daging babi, boraks, formalin, dan pewarna tekstil sintetik pada makanan. Dimulai Mei lalu, alat ditargetkan selesai September 2021 untuk mendukung program Wisata Halal. ISTIMEWA

MALANG — Tim terdiri dari empat mahasiswa Politeknik Negeri Malang membuat alat detektor kandungan daging babi, boraks, formalin, dan pewarna tekstil sintetik pada makanan melalui Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC). Tim bermaksud mendukung pengembangan program Wisata Halal di daerah tertentu di tanah air.

Keempat mahasiswa itu bernama Nita Uswatun Chasanah Fauziah dan Putra Muara Siregar dari Program Studi Diploma III Teknik Kimia, serta Adian Ilham Ramadhan (Program Studi Diploma III Teknik Telekomunikasi) dan Pranda Prasetyo dari Program Studi Diploma IV Teknik Elektronika. Di bawah bimbingan dosen Christyfani Sindhuwati, pembuatan dan pengembangan alat dipusatkan di Laboratorium Kimia Dasar dan Analisa Instrumental Gedung AQ Politeknik Negeri Malang.

“Alat kami beri nama Bortiks, singkatan dari babi boraks formalin pewarna tekstil,” kata Nita, ketua tim, kepada TEMPO, Jumat pagi, 30 Juli 2021. Dia menambahkan, “Alatnya kami buat sejak Mei lalu dan ditargetkan selesai September nanti.”

Menurut Nita, pembuatan Bortiks juga dilatarbelakangi kemunculan pandemi Covid-19 dan kebijakan penanggulangannya. Adanya pembatasan kegiatan masyarakat dan operasional rumah makan dikhawatirkan memicu persaingan pasar yang sengit. Skenario buruk yang dibayangkan Nita dkk sebagian pedagang bertindak curang dengan memakai bahan pengawet berbahaya seperti boraks dan formalin, serta pewarna tekstil sintetik pada makanan.

Boraks dan formalin membuat makanan bisa bertahan lama. Sedangkan pewarna tekstil berharga murah tapi efektif untuk membuat warna makanan estetik dan tampak segar.

Advertising
Advertising

Jadi, kata Nita, pembuatan Bortiks juga bertujuan membantu masyarakat mengenali makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan, serta gangguan kronis pada tubuh. “Penjual makanan yang tidak mau rugi akibat kerusakan produk bisa terpicu melakukan kecurangan dengan menggunakan pengawet berbahaya seperti boraks dan formalin,” ujar Nita.

Nita menerangkan, Bortiks bekerja mendeteksi kandungan boraks dan formalin, serta daging babi dan turunannya. Bortiks tersusun dari dua sensor, yaitu sensor gas MQ-138 dan sensor warna TCS3200.

Sensor gas berperan untuk mengetahui kandungan boraks dan formalin pada makanan. Sensor warna berfungsi untuk mengetahui pemakaian pewarna tekstil pada makanan. Pewarna buatan yang harus diwaspadai adalah rhodamin B dan sangat sering ditemukan pada kerupuk, terasi, dan makanan ringan; juga ditemukan pada sirup, manisan, kembang gula, bubur, dan cendol.

Kedua sensor tadi dioperasikan dan diprogram khusus melalui mikrokontroler, yakni berupa arduino uno. Mekanisme kerja alat tersebut sederhana: input dibaca oleh sensor dan diproses langsung oleh arduino uno, lalu diperoleh hasil output yang dikirim dan dibaca oleh LCD I2C dan LED yang digunakan sebagai indikator hasil output.

Menurut Nita, teknologi Bortiks mempunyai beberapa keunggulan untuk mendeteksi kandungan daging babi, boraks, formalin, dan pewarna tekstil buatan pada makanan. Bobot Bortiks ringan sehingga gampang dipindahkan dan dipegang. Output berbentuk visual berwarna LED dan juga dari LCD, dengan proses pendeteksian yang relatif cepat.

Pengembangan Bortiks, alat pendeteksi babi boraks formalin pewarna tekstil pada sampel makanan yang sedang dikembangkan tim mahasiswa Politeknik Negeri Malang seperti yang ditunjukkn, Jumat 30 juli 2021. ISTIMEWA

Disebut relatif cepat karena Nita dan timnya belum mengkalkulasi data kecepatan Bortiks selain berdasarkan literatur spesifikasi sensor. Berdasarkan literatur, “Untuk bagian sensor warna waktu ujinya sekitar 5 menit sudah ke luar hasilnya. Secara umum, kami menargetkan kemampuan deteksi Bortiks di bawah 1 jam,” ujar Nita.

Nita dan kawan-kawan bertekad terus mengembangkan kemampuan Bortiks agar bisa dipatenkan. Saat ini mereka sedang berencana mempublikasikan temuan mereka lewat Jurnal Destilat terbitan Politeknik Negeri Malang maupun jurnal ilmiah di luar kampus mereka.

Christyfani Sindhuwati alias Titi, dosen pembimbing, mengatakan PKM-KC merupakan salah satu hajatan tahunan paling ditunggu mahasiswa. Sebagai ajang penerapan hardskill dan softskill, selama pelaksanaan PKM para mahasiswa berlomba memeragakan kemampuan terbaik mereka. “Saya berharap Nita dan kawan-kawan dapat memberikan performa terbaik dalam pengembangan Bortiks supaya lebih inovatif dan bermanfaat besar bagi masyarakat,” kata Titi.

Baca juga:
Simak Spesifikasi Minimum Laptop Merah Putih dari Kementerian Nadiem

Berita terkait

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Atasi Penerima KIP Kuliah yang Tidak Tepat Sasaran, Kemendikbud Minta Kampus Evaluasi

1 hari lalu

Atasi Penerima KIP Kuliah yang Tidak Tepat Sasaran, Kemendikbud Minta Kampus Evaluasi

Viralnya kasus dugaan penerima KIP Kuliah bergaya hedon, Kemendikbudristek akan mengambil langkah.

Baca Selengkapnya

Viral Dugaan Penyalahgunaan KIP Kuliah Mahasiswa Undip, Kemendikbud: Tanggung Jawab Kampus

1 hari lalu

Viral Dugaan Penyalahgunaan KIP Kuliah Mahasiswa Undip, Kemendikbud: Tanggung Jawab Kampus

Sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah menjadi perbincangan karena menampilkan gaya hidup mewah.

Baca Selengkapnya

Mayoritas Dosen Bergaji di Bawah Rp 3 Juta, Begini Respons Pemerintah

1 hari lalu

Mayoritas Dosen Bergaji di Bawah Rp 3 Juta, Begini Respons Pemerintah

Serikat Pekerja Kampus (SPK) menyebut mayoritas dosen bergaji di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

1 hari lalu

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

Sebelumnya viral sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah di Universitas Diponegoro atau Undip yang diduga melakukan penyalahgunaan bantuan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Mahasiswa Universitas Indonesia Gelar Aksi Simbolik UI Palestine Solidarity Camp

2 hari lalu

Ratusan Mahasiswa Universitas Indonesia Gelar Aksi Simbolik UI Palestine Solidarity Camp

Ratusan mahasiswa Universitas Indonesia menggelar aksi solidaritas bagi warga Palestina dan mahasiswa di Amerika yang diberangus aparat.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

2 hari lalu

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International Indonesia mendesak polisi segera membebaskan puluhan mahasiswa yang ditangkap saat Hari Buruh dan Hari Pendidikan.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

2 hari lalu

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International kecam kekerasan polisi di dua kampus di Makassar saat Hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

2 hari lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

2 hari lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya