Mahasiswa Buktikan Bias Twitter Terhadap Kulit Gelap dan Wajah Tua

Jumat, 13 Agustus 2021 16:22 WIB

Ilustrasi Twitter. REUTERS/Kacper Pempel

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian menguatkan tudingan bahwa algoritme foto otomatis Twitter memang mendukung wajah yang muda, feminin, dan berkulit terang. Sebelumya, Twitter menawarkan hadiah uang tunai kepada pengguna yang dapat membantunya menghilangkan bias dalam algoritme fotonya itu.

Bogdan Kulynych, mahasiswa dari École Polytechnique Fédérale de Lausanne (EPFL), Swiss, mengungkapkan bias algoritme selama kompetisi di konferensi keamanan di Las Vegas, Amerika Serikat, yang digelar Twitter. Karena berhasil membuktikannya, Twitter menghadiahi Kulynych dengan uang tunai senilai US$ 3.500 (Rp 50,4 juta).

Algoritme Twitter lebih menyukai wajah yang lebih muda, lebih ramping, dan lebih cerah daripada mereka yang memiliki fitur lebih besar, lebih tua, dan lebih gelap,” ujar Kulynych setelah mengikuti kompetisi di konferensi keamanan DEF CON, bagian dari algorithmic bug bounty pertama Twitter, seperti dikutip The Hill, 11 Agustus 2021.

Untuk membuktikan bias tersebut, Kulynych membuat wajah secara artifisial dengan fitur yang berbeda. Kemudian menjalankannya melalui algoritma cropping Twitter untuk mempelajari bagaimana perangkat lunak di aplikasi media sosial itu berfokus pada setiap gambar. Setelah menjalankan tes, menjadi jelas bahwa algoritme Twitter bekerja melawan wajah hitam.

Menurut Kulynych, kerugian algoritmik bukan hanya 'bug’. Banyak teknologi berbahaya bukan karena kecelakaan, kesalahan yang tidak disengaja, tapi lebih karena desain. “Ini berasal dari maksimalisasi keterlibatan dan, secara umum, keuntungan mengeksternalisasi biaya kepada orang lain," katanya.

Advertising
Advertising

Rumman Chowdhury, Kepala Tim Etik Kecerdasan Buatan di Twitter, dalam konferensi tersebut, menerangkan, ketika pihaknya memikirkan bias dalam model Twitter, ini bukan hanya tentang akademis atau eksperimental. “Tetapi bagaimana itu juga bekerja dengan cara kami berpikir di dalam masyarakat," tutur dia.

Ilustrasi Twitter Foto Shutterstock

Chowdhury menggunakan ungkapan 'seni meniru kehidupan' dan menjelaskan bahwa pihaknya membuat filter karena timnya pikir itu indah. “Dan itu akhirnya melatih pemodelan kami dan mendorong gagasan yang tidak realistis tentang apa artinya menjadi menarik," kata dia.

Ini bukan pertama kalinya perangkat lunak Twitter dikaitkan dengan bias algoritmik. Perusahaan berlogo burung biru itu harus meminta maaf pada 2020 setelah pengguna memperhatikan bahwa fitur cropping lebih menyukai wajah putih daripada wajah hitam.

THE HILL | THE GUARDIAN | DAILY MAIL

Baca juga:
Berbahayakah Teknologi Pengenalan Wajah? Ini Penjelasan Facebook

Berita terkait

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

17 jam lalu

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

Program USAID ini untuk mempertemukan pimpinan universitas, mitra industri, dan pejabat pemerintah

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

18 jam lalu

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

Jauh sebelum wacana kereta cepat Jakarta-Surabaya, ada komikus yang pernah sindir Indonesia lebih pilih Cina dari pada Jepang.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Dosen Untan Diduga Jadi Joki Nilai, Dekan FISIP Minta Mahasiswa Tak Umbar Kasus Tersebut

2 hari lalu

Dosen Untan Diduga Jadi Joki Nilai, Dekan FISIP Minta Mahasiswa Tak Umbar Kasus Tersebut

Dekan FISIP Untan meminta sivitas akademika agar tak mengumbar info soal dosen yang diduga jadi joki nilai.

Baca Selengkapnya

Setelah Gaduh Ferienjob Jerman, Giliran Mahasiswa Magang Kerja ke Hungaria Mengadu ke Hotline Bareskrim Polri

2 hari lalu

Setelah Gaduh Ferienjob Jerman, Giliran Mahasiswa Magang Kerja ke Hungaria Mengadu ke Hotline Bareskrim Polri

MIrip dengan keluhan peserta Ferienjob di Jerman, sejumlah mahasiswa magang kerja di Hungaria menyebut proram ini bukan magang melainkan TKI.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

2 hari lalu

10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

Berikut ini daftar negara dengan lapangan kerja paling banyak di dunia, didominasi oleh negara-negara Eropa. Tertarik untuk pindah?

Baca Selengkapnya

Google Luncurkan Patch Keamanan Terbaru, Sembuhkan Bug dan Error Kamera Pixel 8

3 hari lalu

Google Luncurkan Patch Keamanan Terbaru, Sembuhkan Bug dan Error Kamera Pixel 8

Google perbaiki patch keamanan Pixel 8. Perbaiki errorr kamera.

Baca Selengkapnya

KPU Ungkap Alasan Launching Pendaftaran Badan Ad Hoc untuk Pilkada 2024 di Depok

4 hari lalu

KPU Ungkap Alasan Launching Pendaftaran Badan Ad Hoc untuk Pilkada 2024 di Depok

KPU menilai Depok memiliki banyak kampus besar sehingga diharapkan mereka terlibat sebagai penyelenggara dalam pelaksanaan Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Cerita Mahasiswa Unas Diminta Cantumkan Nama Dosen di Artikel Ilmiahnya

4 hari lalu

Cerita Mahasiswa Unas Diminta Cantumkan Nama Dosen di Artikel Ilmiahnya

Mahasiswa Unas sebetulnya tidak diwajibkan untuk membuat jurnal.

Baca Selengkapnya

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

4 hari lalu

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.

Baca Selengkapnya