Pohon Pisang Terbesar di Dunia Ada di Papua, Arkeolog: Tanaman Prasejarah

Sabtu, 21 Agustus 2021 08:23 WIB

Pohon pisang Musa Ingens di Papua. antaranews.com

TEMPO.CO, Jakarta - Musa ingens atau Musa ingens NW Simmonds merupakan nama ilmiah dari pohon pisang terbesar di dunia. Tumbuhan ini pertama kali ditemukan di Pegunungan Afrak, Papua Barat, dengan ketinggian 100 sampai 200 meter di atas permukaan laut.

Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, menjelaskan bahwa Musa ingens termasuk dalam tanaman yang sudah ada sejak masa prasejarah. “Pisang, tebu dan keladi merupakan tanaman sejak masa prasejarah di Papua,” ujar dia saat dihubungi Jumat malam, 20 Agustus 2021.

Menurut Hari, pohon pisang yang bisa tumbuh mencapai tinggi 25 hingga 30 meter itu adalah endemik di Pulau Nugini. Untuk kawasan Melanesia dan Pulau Nugini, sebaran jenis ini hanya ada di Papua, meliputi tidak hanya kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak di Manokwari, tapi juga di Kaimana, Teluk Wondama dan Fak-Fak (Cagar Alam Fak-Fak Tengah), juga di Kabupaten Yapen (Cagar Alam Yapen Tengah) dan Kabupaten Tambrauw (Banfot dan Esyom Muara Kali Ehrin).

“Jenis pisang ini bersama pisang tongkat langit sudah didomestikasi manusia sekitar 10.000 tahun yang lalu,” kata Hari.

Pulau Nugini meliputi Papua dan Papua Nugini berada di dekat khatulistiwa dan beriklim tropis. Jenis tanah utama di kawasan dekat khatulistiwa yang selalu basah pada umumnya terbentuk dari tanah berhumus dangkal (laterit) berwarna kuning hingga merah yang sering disebut latosol.

Advertising
Advertising

Jenis tanah ini kaya akan besi dan aluminium, serta umumnya mengandung asam dan merupakan tanah yang amat liat dan lengket. “Selain itu, kandungan hara dan zat organiknya biasanya rendah,” tutur dia.

Di wilayah tersebut, arkeolog lulusan Universitas Udayana, Bali itu, menerangkan, tumbuhan berkembang dengan subur sepanjang tahun, dan pohon-pohon hutan hujan lebih besar. Para petani awal di Papua, setidaknya selalu memanen tanaman pangan, sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Keladi dan pisang termasuk dalam buah-buahan penting dan dibudidayakan secara lokal, mulai dari dari spesies Eumusa di Indonesia bagian barat hingga Australimusa di Maluku dan Nugini. Pada masa prasejarah di Papua, beberapa spesies pisang, sukun (Artocarpus altilis), tebu, dan ubi telah didomestikasi di Nugini dan Melanesia.

Namun, pisang tongkat langit lebih disukai daripada Musa ingens yang banyak bijinya. Pisang Musa ingens oleh warga Papua hanya dimanfaatkan daunnya untuk atap rumah tinggal sementara di hutan, alas duduk, dan alas makanan. “Sedangkan pelepah untuk menyimpan hasil buruan atau hasil kebun,” ujar dia menambahkan.

Baca juga:
Mengenal Tanaman Prasejarah Labu Air, Bahan Dasar Koteka di Papua

Berita terkait

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

15 jam lalu

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

Aleksander Parapak tewas ditembak kelompok bersenjata TPNPB-OPM saat penyerangan Polsek Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

17 jam lalu

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

Polda Papua akan mengirim pasukan tambahan setelah penembakan dan pembakaran SD Inpres oleh TPNPB-OPM di Distrik Homeyo Intan Jaya.

Baca Selengkapnya

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

18 jam lalu

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

Aparat gabungan TNI-Polri kembali memburu kelompok TPNPB-OPM setelah mereka menembak warga sipil dan membakar SD Inpres di Intan Jaya Papua.

Baca Selengkapnya

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

1 hari lalu

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengakui sistem noken pada pemilu 2024 agak aneh. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

1 hari lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

1 hari lalu

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

TPNPB-OPM mengaku bertanggung jawab atas pembakaran SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya pada Rabu lalu,

Baca Selengkapnya

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

1 hari lalu

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

Kapolres Paniai mengatakan, warga kampung Bibida yang sempat mengungsi saat baku tembak OPM dan TNI, sudah pulang ke rumah.

Baca Selengkapnya

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

2 hari lalu

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

Polda Papua menyatakan situasi di Kabupaten Paniai kembali aman paska penembakan OPM terhadap anggota TNI yang berpatroli.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

2 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

2 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya