Mahasiswa Teliti Kelimpahan Lumpur Sidoarjo untuk Produksi Biodiesel Lebih Murah

Senin, 30 Agustus 2021 19:33 WIB

Tim Zecat (Zeolit Sintesis untuk Pembuatan Biodiesel) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Malang meneliti pemanfaatan lumpur panas Sidoarjo sebagai katalisator pembuatan biodiesel. Foto: Dokumentasi Tim Zecat

TEMPO.CO, Malang - Bencana dampak pengeboran minyak oleh PT Lapindo Brantas pada 29 Mei 2006 hingga sekarang belum sepenuhnya mampu diatasi. Pernah mencapai rata-rata 100 ribu meter kubik, volume semburan lumpur panas dari sumur minyak itu, dikenal sebagai lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo, telah berkurang menjadi sebanyak 20-40 ribu meter kubik per hari.

Semburan yang terus terjadi mendorong inisiatif lima mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang (FMIPA UM) untuk mencarikan pemanfaatannya. Mereka muncul dengan ide katalisator pembuatan biodiesel.

Mereka yang berhimpun dalam Tim Zecat (Zeolit Sintesis untuk Pembuatan Biodiesel) itu mengajukan riset berjudul Optimasi OH-Zeolit Sintesis dari Lumpur Panas Sidoardjo sebagai Katalisator Pembuatan Biodiesel dengan Metode Elektrolisis dan Metanolisis. Tim terdiri dari Nabilah Azfa Fauziyyah (Program Studi S1 Kimia), Mohammad Hilfi Azra Dzikrulloh dan Maya Oki Septiani dari Program Studi S1 Pendidikan Kimia, Viska Rinata (Program Studi S1 Biologi), serta Dinda Sribuana dari Program Studi S1 Pendidikan Fisika.

Berbekal riset ini mereka mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Dibimbing dosen Endang Ciptawati, Tim Zecat telah mengerjakan risetnya itu sejak Juni lalu.

"Sintesis biodiesel dilakukan dengan menggunakan zeolit dari lumpur panas Sidoarjo yang termodifikasi dan diharapkan dapat menghasilkan metode baru yang ramah lingkungan dan menghasilkan rendemen yang tinggi,” kata Nabilah Azfa Fauziyyah, ketua tim, kepada Tempo, Kamis malam, 26 Agustus 2021.

Advertising
Advertising

Harapannya, riset itu juga akan membantu Program Mandatori Biodiesel 30 Persen (B30) oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Program yang mendorong ketahanan dan kemandirian energi tersebut mencampur bahan bakar nabati atau BBN jenis biodiesel sebanyak 30 persen ditambah bahan bakar solar 70 persen.

Nabilah menerangkan, pelaksanaan riset dipusatkan di Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia FMIPA serta Laboratorium Sentral Mineral dan Material Maju FMIPA Universitas Negeri Malang. Pengambilan sampel di lokasi semburan lumpur Sidoarjo dan preparasi sampel dilakukan di rumah.

Nabilah dan kawan-kawan menargetkan memperoleh silika hasil ekstraksi dari lumpur Sidoarjo, memperoleh katalis yang dapat digunakan dan efektif untuk sintesis biodiesel, memperoleh biodiesel yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Menurutnya, pemanfaatan lumpur Sidoarjo sangat dibutuhkan bukan hanya untuk mengatasi masalah lingkungan.

Anggota Tim Zecat (Zeolit Sintesis untuk Pembuatan Biodiesel) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Malang yang meneliti pemanfaatan lumpur panas Sidoarjo sebagai katalisator pembuatan biodiesel. Foto: Dokumentasi Tim Zecat

"Tapi juga memberi nilai tambah bagi lumpur Lapindo yang belum banyak dimanfaatkan untuk dijadikan katalis dalam pembuatan BBN," kata mahasiswi semester 5 yang berasal dari Kabupaten Nganjuk ini.

Berdasarkan hasil riset yang dipelajari Tim Zecat, lumpur Sidoarjo mempunyai densitas atau kepadatan yang tinggi. Lumpur disebutkan, di antaranya, mengandung senyawa SiO2 atau silikon dioksida (53,40 persen) dan Al2O3 atau aluminium oksida (23,80 persen). Dari kandungan tersebut, kata Nabilah, lumpur panas Sidoarjo dapat dijadikan sebagai bahan baku sintesis zeolit (mineral dari kelas silikat alami yang bersifat pelunak air).

Pusat semburan lumpur panas Lapindo, di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, (22/5). ANTARA/EricIreng

“Pasir atau lumpur panas Sidoarjo sebagai dasar material sintesisnya lebih banyak digunakan dan lebih menguntungkan daripada menggunakan silika komersial yang harganya mahal,” kata Nabilah.

<!--more-->

Zeolit merupakan bahan galian non-logam atau mineral industri multiguna karena memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang unik, yaitu sebagai penyerap kontaminan, penyerap logam, penukar ion, penyaring molekul, dan sebagai katalisator (alkilasi, isomerisasi, cracking, transesterifikasi, dan lain-lain).

Zeolit dapat digunakan dalam pelbagai bidang seperti untuk keperluan industri, pertanian, perkebunan peternakan, perikanan, lingkungan, dan pengolahan air. Bagi lingkungan, zeolit berguna untuk menghilangkan bau lantaran zeolit dapat menyerap molekul-molekul gas seperti CO (karbon monoksida), CO2 (karbon dioksida), dan H2S (hidrogren sulfida).

Kata Nabilah, dalam konteks riset mereka, "Zeolit dapat dimanfaatkan sebagai katalisator dalam produksi biodiesel--energi alternatif masa depan yang menjanjikan karena ramah lingkungan."

Dalam proses pembuatannya, zeolit hasil sintesis yang bertindak sebagai katalisator akan dimodifikasi menjadi OH-zeolit atau gabungan proses elektrolis dan katalis basa heterogen zeolit. Katalis ini mempunyai keunggulan dibandingkan katalis asam dari segi kecepatan, suhu operasi yang relatif rendah, dan kesempurnaan reaksi.

OH-zeolit nantinya mengkatalisis reaksi transesterifikasi pada minyak kelapa sawit sebagai bahan baku biodiesel. Reaksi transesterifikasi dengan menggunakan katalis basa heterogen OH-Zeolit lebih efektif ketimbang katalis basa homogen, seperti NaOH (natrium hidroksida) dan KOH (kalium hidroksida), yang umum digunakan dalam proses pembuatan biodiesel.

"Penggunaan katalis OH-zeolit juga tidak menimbulkan efek samping berupa sabun dalam jumlah besar karena tidak terjadi reaksi saponifikasi dengan asam lemak bebas di trigliserida," katanya.

Nabilah menjelaskan, dia dan kawan-kawannya dalam Tim Zecat telah memutuskan menggabungkan penggunaan metode elektrolisis dan metode metanolisis dalam sintesis biodiesel. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan empirik, dilakukan langsung di laboratorium karena merupakan pengembangan dari penelitian yang sudah ada sebelumnya.

“Kedua metode memiliki beberapa keuntungan, di antaranya dapat dilakukan pada suhu kamar dan air yang terkandung pada bahan baku minyak dapat langsung digunakan sebagai elektrokatalik, yang diharapkan dapat menghasilkan rendemen dari biodieselnya lebih besar,” ujar mahasiswa kelahiran 24 November 2002 itu.

Petugas menunjukkan sampel bahan bakar minyak (BBM) B-20, B-30, dan B-100 di Jakarta, Selasa, 26 Februari 2019. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, bahwa Indonesia dapat menggunakan campuran dari bahan nabati seperti minyak sawit dalam solar hingga 100 persen atau biodiesel 100 (B-100) pada tiga tahun mendatang. TEMPO/Tony Hartawan

Dalam penelitian, Nabilah menambahkan, tim mengambil 55 persen lumpur Sidoarjo untuk dijadikan sebagai katalisatornya dari total komponen sintesis zeolit. Untuk efektivitasnya masih dalam tahap pengujian. "Kami menggunakan sampel sejumlah 3 kilogram lumpur yang diambil dari 3 radius berbeda,” kata Nabilah.

Tak sekadar memanfaatkan lumpur Sidoarjo, penggunaan zeolit harus memenuhi spesifikasi yang telah baku dan butuh pengolahan yang benar agar dapat digunakan sesuai kebutuhan. Mutu zeolit, Nabilah memaparkan, dapat diketahui atau dikaji berdasarkan hasil uji laboratorium, yang meliputi antara lain analisis mineralogi, analisis butir/ayak, analisis kimia, analisis difraksi sinar X (XRD) dan petrografi, serta pertukaran ion atau harga kapasitas tukar kation (KTK)-nya, baik sebelum maupun sesudah diaktivasi.

Baca juga:
Lumpur Lapindo Mengandung Logam Tanah Jarang, Dibutuhkan Kendaraan Listrik

Berita terkait

Kampus Ini Buka Seleksi Mandiri Pakai Skor UTBK SNBT 2024 dan Tes di 5 Kota

10 jam lalu

Kampus Ini Buka Seleksi Mandiri Pakai Skor UTBK SNBT 2024 dan Tes di 5 Kota

UM membuka seleksi mandiri dengan memanfaatkan skor UTBK dan tes mandiri di Malang, Jakarta, Yogyakarta, Makasar dan Balikpapan.

Baca Selengkapnya

Naik, Harga Biodiesel per Mei 2024 jadi Rp 12.453 per Liter

3 hari lalu

Naik, Harga Biodiesel per Mei 2024 jadi Rp 12.453 per Liter

Kementerian ESDM menetapkan harga indeks pasar bahan bakar nabati atau HIP BBN biodiesel per Mei 2024 sebesar Rp 12.453 per liter.

Baca Selengkapnya

Istilah B35 dan B40 Disampaikan Gibran Saat Debat Cawapres, Apa Maksudnya?

22 Januari 2024

Istilah B35 dan B40 Disampaikan Gibran Saat Debat Cawapres, Apa Maksudnya?

Lagi-lagi Gibran menyebut istilah dan singkatan dalam debat cawapres Pikpres 2024, antara lain B35 dan B40. Apa maksudnya?

Baca Selengkapnya

Daya Tampung Universitas Negeri Malang 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

19 Januari 2024

Daya Tampung Universitas Negeri Malang 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

Daya tampung Universitas Negeri Malang jenjang S1 dan D4 pada 2024 untuk jalur SNBP, SNBT, Mandiri

Baca Selengkapnya

Lampaui Target, Lemigas Catat Penerimaan Rp 231 Miliar pada 2023

6 Januari 2024

Lampaui Target, Lemigas Catat Penerimaan Rp 231 Miliar pada 2023

Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi atau Lemigas merealisasikan penerimaan senilai Rp 231 miliar pada 2023.

Baca Selengkapnya

Selain SGIE Gibran Sebut 3 Istilah Saat Debat Cawapres, Ini Arti Bioetanol, Bioavtur, Biodiesel

30 Desember 2023

Selain SGIE Gibran Sebut 3 Istilah Saat Debat Cawapres, Ini Arti Bioetanol, Bioavtur, Biodiesel

Bukan hanya SGIE, Gibran juga sebut 3 itilah ini: bioetanol, bioavtur, dan biodiesel. Begini arti ketiga istilah tersebut?

Baca Selengkapnya

Kementerian ESDM Sebut Penyaluran Biodiesel B35 ke Domestik Capai 11,34 Juta KL

13 Desember 2023

Kementerian ESDM Sebut Penyaluran Biodiesel B35 ke Domestik Capai 11,34 Juta KL

Kementerian ESDM menyebut penyaluran biodiesel B35 ke domestik mencapai 11,34 juta kilo liter (KL) per 12 Desember 2023.

Baca Selengkapnya

Minyak Jelantah: Alternatif Biodiesel Tanah Air yang Belum Tergarap Regulasi

9 Desember 2023

Minyak Jelantah: Alternatif Biodiesel Tanah Air yang Belum Tergarap Regulasi

Minyak jelantah muncul sebagai alternatif menjanjikan untuk biodiesel tanah air. Namun, ketidakpastian regulasi masih jadi penghambat.

Baca Selengkapnya

Deretan Kritik Faisal Basri soal Peran Omnibus Law di Industri Kelapa Sawit, Apa Saja?

7 Desember 2023

Deretan Kritik Faisal Basri soal Peran Omnibus Law di Industri Kelapa Sawit, Apa Saja?

Faisal Basri mempersoalkan kebijakan larangan ekspor CPO yang seakan-akan dilakukan tanpa pertimbangan matang.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Kritik Kebijakan Jokowi soal Biodiesel: Negara Ugal-ugalan Menentukan Harga

7 Desember 2023

Faisal Basri Kritik Kebijakan Jokowi soal Biodiesel: Negara Ugal-ugalan Menentukan Harga

Ekonom senior UI Faisal Basri kembali mengkritik pemerintah Joko Widodo atau Jokowi yang gencar mendorong kebijakan biodiesel berbasis CPO.

Baca Selengkapnya