Peneliti BRIN dan NUS Temukan 27 Spesies Baru dalam Ekspedisi SJADES

Senin, 4 Oktober 2021 10:05 WIB

Peneliti Pusat Riset Oseanografi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dwi Listyo Rahayu, salah satu pemimpin Ekspedisi eanekaragaman Hayati South Java Deep-Sea (SJADES). Kredit: BRIN

TEMPO.CO, Jakarta - Ekspedisi Keanekaragaman Hayati South Java Deep-Sea (SJADES) telah menemukan 27 spesies baru ekosistem laut di Indonesia. Hasil dari ekspedisi gabungan antara Indonesia dan Singapura yang dipimpin peneliti Pusat Riset Oseanografi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dwi Listyo Rahayu dan peneliti dari National University of Singapura (NUS) Peter Ng itu diterbitkan di Journal Raffles Bulletin of Zoology Supplement pada 6 Agustus 2021.

Ekspedisi yang mengumpulkan sampel biologis total dari 63 stasiun di kedalaman melebihi 2.000 meter itu hingga saat ini dilaporkan telah menghasilkan 36 makalah teknis yang sudah diterbitkan. “Selain 27 spesies baru, kami juga menemukan satu genus baru, dan lebih dari 260 rekor baru untuk Indonesia,” ujar Dwi Listyo Rahayu yang akrab disapa Yoyoh itu, dalam keterangan tertulis, Sabtu, 2 Oktober 2021.

Dalam ekspedisi yang dilakukan dari 23 Maret-5 April 2018 di perairan dalam Selat Sunda dan Barat Daya Jawa itu, tim berhasil mengumpulkan lebih dari 12.000 spesimen dari 8.000 spesies, terdiri dari 1.000 spesies ikan, 940 spesies udang, 450 spesies kepiting, dan 430 spesies squat lobster.

Selain itu 3.600 spesies kerang, 3.200 spesies bintang laut dan bulu babi, 900 spesies cacing laut, serta 700 spesies hermit crabs. Menurut Yoyoh, pemilihan Jawa Barat Daya sebagai lokasi ekspedisi akan membantu memperbaiki bias pengambilan sampel historis di timur Garis Weber, dan menghasilkan baseline informasi keanekaragaman hayati untuk perairan yang lebih dalam di lepas pantai barat daya Jawa.

Hal ini, kata dia, penting tidak hanya untuk ilmu kelautan secara umum, pengetahuan tentang laut dalam, tetapi juga untuk memahami keanekaragaman hayati perairan dalam di selatan Jawa, dan Indonesia. “Serta memungkinkan negara untuk mengelola sumber daya yang tersedia di sana dengan lebih optimal,” tutur Yoyoh yang fokus meneliti kelomang dan kepiting itu.

Advertising
Advertising

Ekspedisi SJADES melibatkan 31 peneliti dan staf pendukung dari Indonesia dan Singapura, termasuk di dalamnya empat ilmuwan dari Prancis dan Taiwan yang diundang secara khusus untuk bergabung dalam ekspedisi, yaitu Bertrand Richer de Forges, Chan Tin-Yam, Lin Chia-Wei, dan Yang Chien-Hui.

Selain itu juga melibatkan satu orang ahli geologi untuk membantu pemetaan, serta satu perwakilan dari TNI Angkatan Laut untuk mendukung keamanan selama ekspedisi berlangsung.

Baca:
Fosil Dinosaurus Aneh Berusia 168 Juta Tahun Ditemukan di Maroko, Spesies Baru?

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

16 jam lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

2 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

2 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

2 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

3 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

3 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

3 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

4 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

4 hari lalu

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

Penghuni rumah dinas Psupiptek Serpong mengaku pernah melaporkan BRIN ke Kejaksaan Agung atas dugaan penyalahgunaan aset negara

Baca Selengkapnya