TEMPO.CO, Jakarta - Aplikasi pemantauan data kualitas udara lokal, nafas, memperluas jaringan sensornya ke Bandung dan Surabaya. Selama ini aplikasi sudah bisa digunakan di kawasan Jabodetabek, juga di provinsi DI Yogyakarta dan Bali.

Ekspansi terdiri dari lima sensor yang ditempatkan di Bandung dan empat di Surabaya. Seperti 121 lainnya yang sudah beroperasi, setiap sensor yang ditempatkan tersebut akan memberikan data kualitas udara secara real-time bagi pengguna melalui aplikasi.

"Merupakan misi nafas sejak awal untuk terus berekspansi ke kota-kota besar di Indonesia untuk memastikan data dapat diakses dan memberikan manfaat untuk setiap individu di Indonesia," kata Co-Founder dan CEO Nafas Indonesia, Nathan Roestandy, dalam siaran persnya, Senin 11 Oktober 2021.

Dia mengatakan, ekspansi ke wilayah Bandung dan Surabaya merupakan langkah penting dalam merealisasikan misi tersebut. "Sekaligus menjadi awal dari ekspansi yang lebih luas pada 2022," katanya menambahkan.

Di Bandung, sensor kualitas udara akan ditempatkan di wilayah Kayuambon, Sukamenak, Kertamulya, Manjahlega, dan Lagadar. Sementara di Surabaya, akan dioperasikan di Medokan Ayu, Kertajaya, Jemur Wonosari, dan Krembangan Selatan.

Seiring tumbuhnya komunitas pengguna melalui aplikasi maupun media sosial, nafas diklaim mampu melakukan pin point secara spesifik di lokasi-lokasi di Bandung dan Surabaya. Manfaatnya, masyarakat dapat mengakses data kualitas udara di lokasi-lokasi tersebut secara akurat.

Nafas Indonesia juga memberi peluang bagi yang ingin berkontribusi secara sukarela untuk menjadi host sensor udara dari aplikasi nafas. Mereka bisa mendaftarkan diri melalui aplikasi nafas yang tersedia di e iOS App Store dan Android Play Store.

Berdasarkan informasi di Play Store, perlu kapasitas 26 MB untuk bisa memasang aplikasi nafas di ponsel. Sebagai ilustrasi, ini hampir setara dengan kebutuhan install Spotify.

Baca juga:
Standar Baru Kualitas Udara Menurut WHO dan Manfaatnya di Indonesia