Teknik Bekam Vaksin Covid-19 Perkuat Antibodi Tikus, Simak Ujinya di Korea

Rabu, 10 November 2021 16:08 WIB

Ilustrasi terapi bekam. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah alat isap yang ditempatkan di permukaan kulit, mirip pengobatan alternatif bekam, sedang diteliti sebagai metode baru pemberian vaksin Covid-19. Alat isap sedang diujikan pada manusia dari sebuah vaksin eksperimental berbasis DNA melawan SARS-CoV-2. Uji praklinis pada tikus telah mendapati vaksinasi menggunakan pendekatan ala bekam ini mampu memperkuat respons imun tubuh.

Teknik ini menggunakan cangkir yang dipanaskan kemudian ditelungkupkan di atas permukaan kulit. Ini biasanya akan membuat kulit memerah pertanda pembuluh darah yang melebar. Lalu, kondisi semi vakum tercipta seiring suhu udara dalam cangkir menurun dan menarik kulit.

Teknik memuaikan dan menegangkan pembuluh darah seperti ini berkembang dari pengobatan tradisional di Cina. Tujuannya—meski belum ada cukup bukti kalau teknik itu benar bisa bekerja--telah digunakan dalam beberapa jenis pengobatan atau terapi mengurangi rasa sakit dan peradangan. Bahkan juga menyerap ke luar racun dalam darah.

Untuk tujuan vaksinasi, mengisap atau menyedot kulit bertujuan membuat sel-sel dermis menyerap lebih banyak partikel vaksin. Alat yang digunakan dalam uji vaksin Covid-19 dibuat perusahaan bioteknologi dari Korea Selatan, GeneOne Life Science. Vaksinnya dibuat berbasis butiran-butiran DNA yang disebut plasmid dan mengkodekan protein paku dari SARS-CoV-2.

Pertama, vaksin disuntikkan ke lengan seperti umum dilakukan dalam vaksinasi. Kemudian, alat bekam yang memiliki lubang pipa berdiameter enam milimeter, digunakan di lokasi bekas suntikan selama 30 detik. “Tidak sakit dan tidak meninggalkan bekas,” kata Hao Lin dari Rutgers University di New Jersey, Amerika Serikat.

Advertising
Advertising

Lin mengaku telah mencoba alat dan teknik vaksinasi itu sendiri. Sebelumnya, pada 5 November 2021, Lin dkk mempublikasikan hasil eksperimennya pada tikus. Hasil uji praklinis itu menyebutkan penggunaan alat isap itu menambah banyak jumlah antibodi yang diproduksi hewan itu sampai 100 kali lipat.

Tim penelitinya menerangkan bahwa peningkatan itu mungkin terjadi karena mekanisme menegangkan-melenturkan kulit mendorong membran sel untuk tertarik ke arah dalam, “Menyerap partikel-partikel yang sebelumnya berada di luar sel,” kata Lin.

Teknik ini dinilai dapat menolong mendorong aplikasi yang lebih luas dari vaksin DNA dan terapi gen berbasis DNA. Namun harapan sebenarnya, diungkapkan anggota tim peneliti yang lain, Jonathan Singer, juga dari Rutgers University, "Adalah bahwa (metode vaksinasi) sangat murah dan mudah dilakukan sehingga bisa direalisasikan di dunia negara berkembang.”

NEW SCIENTIST, SCIENCE

Baca juga:
3 Hasil Manis dari Uji Kandidat Vaksin Covid-19 dari Antibodi Ayam

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

3 jam lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

6 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

15 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

15 jam lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

2 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

7 Influencer Mualaf Terkenal dari Korea

11 hari lalu

7 Influencer Mualaf Terkenal dari Korea

Kiprah sejumlah influencer mualaf ikut mewarnai penyebaran Islam di Korea

Baca Selengkapnya

Kisah Masuknya Islam ke Korea Sebelum Diwarnai Daud Kim dan Influencer Mualaf Lainnya

11 hari lalu

Kisah Masuknya Islam ke Korea Sebelum Diwarnai Daud Kim dan Influencer Mualaf Lainnya

Jauh sebelum viralnya infuencer Mualaf seperti Daud Kim, Islam masuk ke Korea sejak tahun 1950-an.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Band Indie Korea The Poles, Merilis Album Mini Terbaru

14 hari lalu

Band Indie Korea The Poles, Merilis Album Mini Terbaru

Band indie Korea Selatan, The Poles merilis album mini terbaru Anomalies in the Oddity Space

Baca Selengkapnya