Di Balik Keputusan Australia Keluarkan Paus Bungkuk dari Daftar Hewan Terancam

Sabtu, 5 Maret 2022 02:25 WIB

Seekor induk paus bungkuk yang terjerat berada di laut lepas Maui, Hawaii, 14 Februari 2022. Tim NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) berhasil membebaskan paus bungkuk betina dewasa yang terlilit tali dan sampah pada bagian kepala di depan sirip dada. NOAA/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Australia mengumumkan mengeluarkan paus bungkuk dari daftar spesies hewan yang terancam. Populasi jenis mamalia laut itu yang hidup di perairan Australia saat ini telah meningkat menjadi sekitar 40 ribu, dari 1.500 saat era puncak perburuan komersial hewan tersebut 60 tahun lalu. Menghadapi populasinya yang terus menyusut, Australia kemudian mulai melarang pemburuan komersil paus bungkuk di perairannya sejak 1979.

Ketika industri penangkapan paus dimulai pada 1930-an, sebanyak 50 ribu paus dibunuh setiap tahunnya untuk dipanen daging dan minyaknya. Ini termasuk paus bungkuk. Di Australia dan Selandia Baru, lebih dari 30 ribu paus bungkuk dibunuh, mendorong mamalia laut penting itu ke ambang kepunahan. Sebelum akhirnya pada 1963 perburuan lokal mulai dihentikan.

Perusahaan pemburu paus di Australia yang berdiri terakhir, Cheynes Beach Whaling Company di Australia Barat, tutup pada 1978 dan Australia mengadopsi kebijakan anti-penangkapan paus pada 1979. Perburuan paus global juga membeku menyusul moratorium yang dideklarasikan International Whaling Commission (IWC) pada 1986. Mereka terkecuali Norwegia, Jepang, dan Islandia. Islandia belakangan mengumumkan komitmennya mengakhiri perburuan paus komersial pada 2024 mendatang.

Sejak larangan perburuan itu, populasi paus bungkuk di perairan Australia mampu meningkat kembali sehingga Menteri Lingkungan Australia Sussan Ley memutuskan mengeluarkannya dari daftar hewan terancam di negaranya pada Sabtu pekan lalu, 26 Februari 2022. Keputusan diaku mengikuti rekomendasi dari Threatened Species Scientific Committee Australia.

Meski begitu Ley menyatakan bahwa keputusannya itu bukan berarti melepas perlindungan bagi paus bungkuk yang ditegaskannya masih sebagai spesies yang bermigrasi yang dilindungi. Ada dua jenis paus bungkuk yang selama ini diketahui berkembang biak di wilayah Australia dan bermigrasi di sepanjang perairan pantai barat dan timur negara itu antara Mei dan November setiap tahunnya. Sebagai spesies migran yang dilindungi, akan tetap berlaku aturan pelanggaran hukum jika membunuh, melukai, memperdagangkan, memelihara atau memindahkan satwa jenis tersebut.

Advertising
Advertising

Keputusan de-list diambil, menurut Ley, adalah sebuah pengakuan terhadap keberhasilan upaya konservasi luar biasa yang diterapkan selama ini. "Mengeluarkan paus bungkuk dari daftar spesies terancam telah berdasarkan sains dan mengirim sinyal yang jelas tentang apa yang bisa dicapai lewat aksi terkoordinasi," katanya dalam pernyataan yang disampaikannya.

Sayangnya, berita ini datang hanya beberapa hari setelah Australia mendeklarasikan populasi satwa paling ikonik di negerinya, koala, terancam. Populasi hewan mungil itu sangat terpukul oleh kebakaran hutan dan lahan 2019-2020 serta perambahan atau eksploitasi hutan yang menjadi habitat alaminya.

Kelompok-kelompok pembela lingkungan juga menilai pemerintah Australia telah terlalu berani dengan keputusannya tentang paus bungkuk. Pertimbangan mereka adalah dampak perubahan iklim yang semakin meningkat. Sebuah studi pada 2020 menemukan bahwa perubahan iklim termasuk menghangatnya lautan dan perubahan lingkungan berpengaruh kepada perilaku mencari makan dan tingkat perkembang biakan paus bungkuk.

Belum lagi ancaman dari polusi sampah plastik di laut yang diperkirakan mencapai tiga kali lipat pada 2040. Meningkatnya lalu lintas kapal dan polusi bising yang dibawanya juga berdampak kepada kemampuan survival spesies di laut. Hewan seperti paus sangat bergantung kepada suara untuk berkomunikasi, mencari pasangan dan mangsa, dan menghindari predator.

"Kami paham kenapa pemerintah ingin merayakan keberhasilannya, tapi kami khawatir perayaan tak akan berumur panjang," kata Nicola Beynond dari Humane Society. Dia menambahkan, "Paus bungkuk menghadapi ancaman berikutnya yang benar-benar serius, yaitu perubahan iklim, danprediksi kalau peulihan popoulasi paus bungkuk nantinya akan berjalan lambat dan malah berkurang."

EARTH, XINHUA, GREEN MATTER

Baca juga:
Bunga Bangkai Raksasa Tumbuh di Kebun Kopi di Aceh


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

14 jam lalu

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

Banyak bar dan pub di Kota Perth buka sampai tengah malam, ramai dikunjungi wisatawan dan warga lokal tapi tertib dan bebas asap rokok.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

15 jam lalu

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

Salah satu warisan budaya Aborigin adalah pengetahuan tentang tanaman herbal dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional.

Baca Selengkapnya

Helldy: Aspal Plastik di Cilegon Bisa Jadi Percontohan

16 jam lalu

Helldy: Aspal Plastik di Cilegon Bisa Jadi Percontohan

Aliansi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi akan berkunjung ke Kota Cilegon. Penggunaan aspal plastik dapat menjadi contoh implementasi pengolahan sampah.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

22 jam lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

1 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Berkunjung ke Optus Stadium Perth Australia yang Megah

1 hari lalu

Berkunjung ke Optus Stadium Perth Australia yang Megah

Optus Stadium Perth bukan hanya tempat untuk acara olahraga, tetapi juga tuan rumah berbagai konser musik, pertunjukan, dan acara khusus lainnya

Baca Selengkapnya

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

2 hari lalu

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi

Baca Selengkapnya

Aktivitas Seru dan Unik di Pulau Rottnest Perth Australia, Selfie dengan Quokka hingga Melihat Singa Laut Berjemur

2 hari lalu

Aktivitas Seru dan Unik di Pulau Rottnest Perth Australia, Selfie dengan Quokka hingga Melihat Singa Laut Berjemur

Pulau Rottnest di sebelah barat Perth, Australia, menawarkan berbagai aktivitas yang seru dan unik.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Serunya Menyusuri Jantung Kota Perth Australia dengan Becak

3 hari lalu

Serunya Menyusuri Jantung Kota Perth Australia dengan Becak

Ikuti perjalanan Tempo menyusuri ikon-ikon kota Perth, Australia, dengan peddle

Baca Selengkapnya