Ranking Polusi PM 2,5 di Dunia 2021: Indonesia Terburuk ke-17, Jakarta ke-12

Selasa, 22 Maret 2022 19:33 WIB

Sejumlah pejalan kaki menggunakan masker ketika melintas di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis 25 Juli 2019. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta akan meningkatkan layanan angkutan umum massal, mulai dari MRT dan kendaraan umum massal lainnya, menyediakan perlengkapan uji emisi kendaraan bermotor dan penambahan ruang hijau terbuka serta penanaman pohon yang dapat menyerap polutan seperti PM 2,5 di udara yang dikeluarkan sebagian besar oleh asap pembuangan kendaraan bermotor. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

TEMPO.CO, Goldach - Indonesia menjadi negara yang udaranya paling tercemar debu halus (PM 2,5) di kawasan Asia Tenggara sepanjang tahun lalu. Dengan nilai rata-rata 34,3 mikrogram per meter kubik, Indonesia menempati peringkat 17 paling polutif di dunia dalam Laporan Kualitas Udara Dunia 2021 IQAir.

IQAir, perusahaan teknologi kualitas udara yang berbasis di Swiss, menempatkan Indonesia tertinggi dalam kelompok negara-negara yang mencatat konsentrasi PM 2,5 tahunan 5-7 kali lipat dari baku mutu terbaru yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia, WHO. Laporan IQAir ini sekaligus laporan kualitas udara global utama pertama yang berbasis Pedoman Kualitas Udara WHO untuk PM2,5 tahunan yang diperbarui pada September 2021.

Pedoman baru dari WHO itu memotong nilai pedoman PM 2,5 tahunan yang ada dari 10 μg/m3 ke 5 μg/m3. Baku mutu pajanan PM 2,5 dan lima polutan lain direvisi menjadi lebih ketat karena semakin besar angka kematian dini dan hilangnya tahun kehidupan yang lebih sehat di dunia karena polusi udara.

Adapun PM 2,5 umumnya diterima sebagai polutan yang paling berbahaya. Pantauan secara luas, polutan udara ini telah ditemukan menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap efek kesehatan manusia seperti asma, stroke, penyakit jantung, dan paru-paru.

Hasilnya, secara keseluruhan, Laporan Kualitas Udara Dunia IQAir 2021 menemukan tidak ada satu negara pun yang memenuhi pedoman tersebut. Laporan ini menganalisis pengukuran polusi udara PM 2,5 dari stasiun pemantauan udara di 6.475 kota di 117 negara, kawasan, dan wilayah.

Advertising
Advertising

“Ini adalah fakta yang mengejutkan," kata Frank Hammes, CEO IQAir, dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo.co, Selasa 22 Maret 2022. Dia menambahkan, "Laporan ini menggarisbawahi betapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa setiap orang aman, udara bersih dan sehat untuk dihirup.”

Avinash Chanchal, Manajer Kampanye Greenpeace India, menyebut isi laporan dari IQAir sebagai 'wake up call'. Dia menyatakan bahwa dunia telah memahami lebih baik bagaimana polusi udara merusak kesehatan dan ekonomi. Disebutkannya, polusi udara PM 2,5 dihasilkan melalui pembakaran bahan bakar termasuk batu bara, minyak dan gas fosil. Selain pembangunan yang tidak berkelanjutan, serta kegiatan pertanian.

Menurut Avinash, mengatasi krisis polusi udara membutuhkan pengembangan energi terbarukan, sumber daya, serta transportasi umum yang bersih dan mudah diakses. Selain itu, solusi untuk polusi udara juga solusi krisis iklim. "Menghirup udara bersih harus menjadi hak asasi manusia, bukan hak istimewa,” katanya menegaskan.

India, dengan konsentrasi 58,1 mikrogram per meter kubik, berada dalam lima besar negara paling tercemar PM 2,5 menurut laporan IQAir 2021. Di atasnya berturut-turut adalah Tajikistan (59,4), Pakistan (66,8), Chad (75,9) dan Banglades (76,9). Kelimanya, bersama Oman dan Kirgistan di urutan 6 dan 7, dikelompokkan dalam negara dengan hasil pengukuran PM2,5 lebih dari 10 kali lipat standar WHO terbaru.

India juga menempatkan New Delhi sebagai ibu kota paling tercemar di dunia selama empat tahun berturut-turut dengan hasil pengukuran PM 2,5 rata-rata sepanjang tahun lalu sebesar 85,0 mikrogram per meter kubik. Setelah New Delhi adalah Dhaka (Bangladesh), N'Djamena (Chad), Dushanbe (Tajikistan), dan Muscat (Oman). Dalam ranking ibu kota ini, Jakarta menempati urutan 12 dengan konsentrasi PM2,5 sebesar 39,2.

Baca juga:
Ini Sebab Kualitas Udara Bisa Lebih Buruk Meski Kawasan Lebih Hijau


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

4 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

4 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

9 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

12 hari lalu

Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

Jakarta diprediksi hujan sejak siang, Jumat. 19 April 2024. BMKG memprediksi hujan petir turun di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

14 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

Berdasarkan pantauan pada pukul 05.35 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

19 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

22 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

23 hari lalu

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO

Baca Selengkapnya

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

24 hari lalu

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?

Baca Selengkapnya