Lapisan Es Mencair, Dasar Laut Beku Arktik Banyak Amblesan

Selasa, 29 Maret 2022 16:58 WIB

Gambar Arktik oleh MODIS. Kredit: NASA

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan telah menemukan sejumlah amblesan hingga menyerupai lubang runtuhan raksasa muncul di Laut Arktik. Diperkirakan, amblesan terbentuk saat lapisan es mencair di dasar laut itu. Terukur yang terbesar memiliki panjang 220 meter, lebar 74 meter dan kedalaman 24 meter, atau cukup untuk menelan blok bangunan terdiri dari enam lantai.

Meskipun perubahan iklim yang dipicu oleh manusia telah terbukti meningkatkan suhu udara rata-rata di Kutub Utara, tapi belum tentu faktor yang sama menjadi penyebab dasar laut beku itu mencair. Dugaan sementara adalah karena sistem air tanah yang menjadi panas dan bergerak perlahan.

Permafrost (tanah beku abadi) Arktik di dasar Laut Beaufort Kanada telah tenggelam selama sekitar 12 ribu tahun, diperkirakan sejak pengujung zaman es yang terakhir. Kemudian air lelehan dari gletser menyelimuti wilayah tersebut.

Selama ini, dasar laut yang beku tersebut tersembunyi, atau terlindungi, di pedalaman Arktik. Wilayah itu baru belakangan dapat diakses oleh para ilmuwan di atas kapal, 'terima kasih' kepada perubahan iklim yang menyebabkan es laut menipis.

Para peneliti mengandalkan sonar berbasis kapal dan kendaraan bawah air otonom (AUV) untuk survei batimetri resolusi tinggi di Laut Beaufort Kanada. "Kami tahu bahwa perubahan besar sedang terjadi di seluruh lanskap Arktik, tetapi ini adalah pertama kalinya kami dapat menerapkan teknologi untuk melihat bahwa perubahan juga terjadi di lepas pantai," kata Charlie Paull, geolog dari Monterey Bay Aquarium Research Institute (MBARI).

Advertising
Advertising

Paull memimpin penelitian itu bersama Scott Dallimore dari Survei Geologi Kanada dan Sumber Daya Alam Kanada. Dia menyebut lubang reruntuhan di dasar laut yang ditemukan adalah hasil dari siklus iklim glasial-interglasial jangka panjang. "Kami tahu Arktik memanas lebih cepat daripada wilayah manapun di Bumi," kata Paull menambahkan.

Ketika para peneliti pertama kali mulai melakukan survei dasar laut di wilayah tersebut pada 2010, mereka berfokus pada tepi tebing dan lereng di Laut Beaufort Kanada. Sekitar 110 mil (180 kilometer) dari pantai, mereka melihat jalur sepanjang 59 mil (95 kilometer) dari medan yang luar biasa kasar di sepanjang dasar laut.

Bentangan dasar laut itu pernah menandai tepi permafrost Pleistosen selama zaman es terakhir. Tim bertanya-tanya apa yang menyebabkan sifat dasar laut yang kasar.

Untuk memahami bagaimana kekasaran ini berkembang dari waktu ke waktu dan apa yang mungkin menyebabkannya, tim melakukan tiga survei lagi, menggunakan AUV pada 2013 dan 2017 dan kemudian menembakkan sonar pada 2019. Foto-foto yang didapat dari waktu ke waktu menunjukkan munculnya lereng curam dan depresi yang berbentuk tidak teratur di bawah sana.

Amblesan terus berlangsung

Begini cara para peneliti mengusulkan perkiraan lapisan es mencair membentuk lubang amblesan di dasar laut tersebut: awalnya saat pemanasan bertahap di bawah lapisan Arktik lalu area yang dulunya berisi padat (tanah beku) menjadi cair. Bahan permukaan kemudian runtuh ke dalam rongga berisi cairan itu. Runtuhnya dasar laut ini terjadi tak sekaligus melainkan dari waktu ke waktu.

Di beberapa daerah, di mana debit air tanah yang hangat ini lebih terbatas, air laut di dasar tetap cukup dingin. Akibatnya, setiap air tanah yang meresap akan membeku kembali setelah mencapai sedimen dekat permukaan. Sedimen beku itu mengembang, naik ke atas membentuk gundukan kerucut kecil yang disebut pingo.

Gundukan beku yang terganggu oleh lubang runtuhan ini bertanggung jawab atas kekasaran yang tidak biasa yang pertama kali ditemukan. Survei juga menunjukkan bahwa lubang amblesan terus meluas dari waktu ke waktu.

"Pembesaran terus-menerus dari beberapa depresi yang diamati selama beberapa survei menunjukkan bahwa ini adalah bagian dari proses yang sedang berlangsung," tulis para peneliti dalam laporan yang diterbitkan online di jurnal online Proceedings of the National Academy of Sciences, 14 Maret 2022.

SPACE

Baca juga:
Aplikasi Ini Libatkan Pengguna Ponsel Android untuk Pertajam Prakiraan Cuaca


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

1 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

4 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

6 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

7 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

7 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

8 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

15 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

19 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

19 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

19 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya