Mungkinkah Jadi Pandemi Baru? Ini 9 Hal Soal Cacar Monyet yang Harus Diketahui

Senin, 23 Mei 2022 21:28 WIB

Ilustrasi Cacar Monyet. shutterstockcom

TEMPO.CO, Jakarta - Semakin hari semakin bertambah jumlah kasus penyakit cacar monyet pada manusia yang dilaporkan di dunia. Per Sabtu, 21 Mei 2022, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sudah ada 92 kasus terkonfirmasi dan 28 yang masih diduga kasus infeksi oleh virus yang aslinya menular di antara monyet di Afrika Tengah dan Barat itu.

WHO memberi perhatian besar karena wabah merebak di antara 12 negara yang selama ini tak dikenal sebagai wilayah endemik cacar monyet. Mereka adalah negara-negara di Eropa, Amerika Utara dan Australia. Terbesar datang dari Inggris, Portugal dan Spanyol. Dikhawatirkan, jumlah sebenarnya yang muncul saat ini lebih besar dan luas daripada yang sudah dicatat WHO tersebut. Selain bukan endemik, sebagian besar kasus juga tak memiliki hubungan atau riwayat bepergian ke wilayah endemik.

Bagaimana kemunculan virus ini, seberapa mematikan infeksinya, dan mungkinkah menyebabkan pandemi baru di dunia? Berikut ini informasi yang sudah diketahui dan dirangkum dari laporan di New Scientist dan laporan sebuah makalah terbit 2018 lalu yang memperingatkan berkembangnya ancaman monkeypox ini pada manusia,

1. Apa itu cacar monyet?
Cacar monyet adalah jenis penyakit yang disebabkan virus dari marga Orthopoxvirus, keluarga Poxviridae. Seperti namanya, virusnya biasa menular di antara monyet di Afrika Tengah dan Barat, tapi beberapa kali melompat ke manusia, menyebabkan wabah kecil.

Advertising
Advertising

Virus ini pertama didapati ada pada monyet di laboratorium pada 1958. Kasus pertama pada manusia teridentifikasi pertama di daerah yang sekarang Republik Demokratik Kongo pada 1970.

Moritz Kraemer dari Universitas Oxford, Inggris; John Brownstein dari Rumah Sakit Anak Boston, Amerika Serikat; dan koleganya yang lain menyatakan seratusan kasusnya yang sudah dilaporkan saat ini bisa jadi hanya puncak gunung es. "Bisa jadi virusnya menyebar lebih luas daripada yang dilaporkan," kata Kraemer.

2. Lalu, apakah kasus-kasusnya saling terkait?
Menurut Kraemer dan Brownstein, soal ini belum jelas. Orang pertama di Inggris yang terkonfirmasi terinfeksi memiliki riwayat bepergian ke Nigeria. Gejala berupa cacar muncul pada 5 Mei dan masuk rumah sakit pada 6 Mei, dan kemudian pulih sepenuhnya. Dua kasus lainnya terkait dengan kasus pertama itu, tapi empat kasus yang terbelakang dilaporkan tak memiliki kaitan sama sekali.

"Kasus paling belakangan itu, bersama laporan kasus yang muncul di negara-negara Eropa, mengkonfirmasi kekhawatiran awal kami kalau ada kemungkinan penyebaran cacar monyet dalam masyarakat kita," kata Susan Hopkins dari Health Security Agency di Inggris (UKHSA).

Menurut UKHSA, kasus-kasus cacar monyet di Inggris saat ini banyak ditemukan pada pria yang berhubungan seks dengan sesama pria. "Kami secara khusus mendesak para pria yang gay dan biseksual untuk mewaspadai ruam merah yang tidak biasa dan segera menghubungi layanan kesehatan seksual jika mereka mendapatinya," kata Hopkins.

3. Bagaimana penularannya?
Menurut WHO, cacar monyet bisa ditularkan melalui paparan droplet besar yang dihasilkan saat bersin atau batuk dan juga via kontak langsung dengan luka pada kulit yang terinfeksi atau terkontaminasi. Meski mengesankan bisa menular lewat udara, namun WHO tak menggunakan istilah airborne pada virus cacar monyet.

CDC Amerika Serikat menyatakan: penularan antar manusia diperkirakan terjadi terutama melalui droplet besar dari saluran pernapasan--yang biasanya tidak bisa lebih jauh dari beberapa kaki, jadi diperlukan kontak behadap-hadapan untuk penularannya. UKHSA menambahkan, virus ini biasanya tak mudah menular dari satu orang ke orang lain. Dinyatakannya pula kalau risikonya 'tetap rendah' bagi masyarakat di Inggris saat ini.

Warga negara asing melewati alat pemindai suhu tubuh di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Ngurah Rai, Badung, Bali, Kamis, 16 Mei 2019. Pemasangan alat pemindai suhu tubuh tersebut untuk pengawasan dan antisipasi penyebaran virus Monkeypox atau cacar monyet. ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo

Seperti penyakit cacar (smallpox), cacar monyet juga bisa menular melalui kontak dengan pakaian, handuk atau alas tempat tidur yang digunakan oleh orang yang terinfeksi. Virus tidak ditularkan lewat hubungan seks tapi lewat kontak kulit saat hubungan seks tersebut.

Bisa juga ditularkan oleh satwa liar di Afrika Barat dan Tengah. Ini terjadi jika seseorang tergigit atau kontak dengan liur, darah, cacar atau luka pada satwa itu. Virusnya juga mungkin menular lewat daging yang tidak dimasak matang.

4. Apa saja gejalanya?
Gejala awalnya termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, panas dingin, dan lelah. Ruam merah dapat pula berkembang, biasanya diawali dari wajah dan menyebar ke bagian lain termasuk alat kelamin.

5. Seberapa mematikan infeksi virus cacar monyet?

<!--more-->

5. Seberapa mematikan infeksinya?
Cacar monyet biasanya bergejala ringan dengan kebanyakan orang bisa sembuh kembali tanpa pengobatan dalam beberapa minggu. Tapi di Afrika, bisa menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terinfeksi. Ini biasanya untuk infeksi varian virus cacar monyet dari Kongo. Sedangkan varian Afrika Barat mematikan untuk 1 dari 100 kasus.

Menurut WHO, anak-anak memiliki peluang lebih besar sakit parah karena infeksi virus ini daripada orang dewasa.

6. Bagaimana dengan obat atau vaksinnya?
Obat antivirus tecovirimat (Tpoxx) telah beredar luas di Eropa untuk cacar monyet, cacar (smallpox) dan cacar sapi. Obat yang sama hanya diizinkan untuk cacar (smallpox) di AS. Untuk vaksin, ada yang disebut Jynneos (Imvanex dan Imvamune), yang telah dapat izin edar untuk mencegah monkeypox dan smallpox pada orang berusia lebih dari 18 tahun.

7. Apakah yang terjadi sekarang adalah wabahnya yang terbesar yang pernah muncul?
Wabah lebih luas pernah terjadi di Afrika. Sebagai contoh, pada 2001 dan 2002 saat sebanyak 485 kasus terkonfirmasi dan 25 di antaranya meninggal dilaporkan di Kongo. Pada 2017 dan 2018, sebanyak 122 kasus dugaan dan terkonfirmasi dilaporkan dari Nigeria, dengan tujuh meninggal. Banyak kasus lainnya kemungkinan tak dilaporkan.

8. Mungkinkah kemunculannya kali ini disebabkan mutasi baru virus?
Itu belum diketahui. Fakta begitu banyak kasus yang dilaporkan di beberapa negara menunjukkan kemungkinan varian kali ini lebih mudah menular. Tapi beberapa skenario juga bisa menolong sebuah virus menyebar lebih luas, seperti dibawa oleh seorang 'superspreader'. "Ini masih terlalu awal untuk mengetahui apa yang sedang terjadi," kata Brownstein.

Sejauh ini baru ada publikasi laporan awal genome sequencing dari kasus yang ditemukan di Portugal. Hasilnya ada kemiripan dengan virus yang pernah menyebar di Amerika Serikat, Singapura dan Israel pada 2018-2019.

Ilustrasi Virus Monkeypox atau Cacar Monyet. newscientist.com

9. Apakah ini bisa menjadi pandemi baru setelah virus corona Covid-19?
Harapannya adalah wabah ini bisa dibatasi dengan contact tracing, seperti halnya kemunculan wabah cacar monyet sebelumnya. Ditambah dengan penggunaan vaksin yang sudah ada oleh mereka yang dianggap berisiko tinggi untuk memastikan virus tak menyebar lebih lanjut. "Penting untuk saat ini tidak menyamakannya dengan virus corona," kata Brownstein.

Meski begitu beberapa peneliti sebelumnya telah memperingatkan kalau cacar monyet adalah ancaman yang semakin besar. "Kemunculan cacar monyet sebagai sebuah patogen yang signifkan pada manusia tak terbantahkan sebagai skenario yang nyata," bunyi pernyataan sebuah makalah pada 2018. Makalah mencatat frekuensi dan sebaran geografis dari penyakit ini yang semakin besar dari tahun ke tahun.

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

18 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

4 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

6 hari lalu

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

10 hari lalu

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.

Baca Selengkapnya

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

11 hari lalu

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

Cacar monyet atau Mpox bukanlah penyakit yang berasal dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

18 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

21 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

22 hari lalu

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO

Baca Selengkapnya

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

24 hari lalu

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?

Baca Selengkapnya

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

26 hari lalu

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza

Baca Selengkapnya