Peneliti Pernah Serukan Waspadai Cacar Monyet Sebelum Covid-19

Rabu, 25 Mei 2022 19:49 WIB

Petugas memantau suhu badan penumpang yang melewati alat pemindai suhu tubuh di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Ngurah Rai, Badung, Bali, Kamis, 16 Mei 2019. Pemasangan alat pemindai suhu tubuh tersebut untuk pengawasan dan antisipasi penyebaran virus Monkeypox atau cacar monyet. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah makalah yang dipublikasi dalam jurnal ilmiah pada September 2018 lalu, sekitar setahun sebelum kemunculan SARS-CoV-2, telah menyerukan kewaspadaan terhadap kemunculan cacar monyet (monkeypox) sebagai penyakit asal hewan yang melompat ke manusia atau zoonotik. Dideteksi pertama pada seorang bayi, cacar monyet dipandang sebagai ancaman terbesar infeksi genus orthopoxvirus pada manusia di era dunia yang sudah dideklarasikan bebas dari cacar (small pox).

Makalah ditulis oleh dua peneliti dari Laboratorium Virologi Klinis, Departemen Mikrobiologi dan Imunologi, Institut Rega untuk Riset Medis di KU Leuve, Belgia, yakni Nikola Sklenovska dan Marc Van Ranst. "Munculnya cacar monyet sebagai sebuah patogen yang signifikan pada manusia adalah sebuah skenario realistis dan tak bisa dibantah," kata mereka dalam makalahnya.

Nikola dan Marc merujuk kepada data kasus yang pernah tercatat yang menunjukkan peningkatan jumlah kejadian dan sebaran geografis kasus-kasus cacar monyet. Padahal penyakit yang ditemukan pada 1958 dan diketahui pertama mampu melompat ke manusia pada 1970 itu pernah diyakini tak mampu ke luar dari daerah endemiknya yakni Afrika Tengah dan Barat.

Data yang ada sekaligus menunjukkan betapa informasi epidemiologi cacar monyet masih sangat terbatas dan terfragmentasi, yang membimbing kepada potensi menganggap remeh terhadap besar dan parahnya wabah infeksi MPX--akronim dari monkeypox. Data pengawasan ketat yang aktif oleh Rimoin dkk sepanjang 2005-2007, misalnya, menyimpulkan lonjakan kejadian kasus cacar monyet hingga 20 kali lipat dibandingkan datanya 1981-1986.

Makalah menyerukan kepada komunitas peneliti untuk memberi perhatian lebih kepada MPX. Dua alasannya. Pertama, virusnya, MPXV, meskipun memiliki tingkat mutasi rendah menunjukkan kemampuan untuk cepat beradaptasi melawan imun tubuh inangnya. Kedua, banyak negara diproyeksi mempunyai kecocokan lingkungan untuk MPXV menurut pemodelan ekologi--seperti pembukaan hutan yang membuat peluang manusia terpapar kepada satwa yang menjadi inang virus ini bertambah besar.

Advertising
Advertising

"Monkeypox adalah isu kesehatan yang sangat penting bukan hanya bagi orang-orang yang tinggal di daerah endemik seperti Republik Demokratik Kongo (dulu Zaire) dan negara-negara Afrika lainnya dimana penularan infeksi virus itu sudah terkonfirmasi, tapi juga global."

Dalam makalahnya, Nikola dan Marc masih menyebut infeksi virus cacar monyet sebatas menyeberang ke Amerika Serikat pada 2003. Tapi setelahnya, pada 2018-2019, kasusnya juga muncul di Singapura, Israel dan Inggris--yang belakangan diketahui importasi dari Nigeria.

Negara-negara yang melaporkan kasus infeksi virus cacar monyet pada manusia. (A) Antara Agustus 1970 dan Mei 2018 (574 bulan), (B) antara Januari 2017 dan Mei 2018 (17 bulan). Dok. Frontiersin

Dan tahun ini, per 21 Mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sudah ada 92 kasus terkonfirmasi dan 28 yang masih diduga di 12 negara di Eropa, Amerika Utara dan Australia. Selain bukan asal negara endemik, sebagian besar kasus juga tak memiliki hubungan atau riwayat bepergian ke wilayah endemik.

Kasus cacar monyet pertama di Afrika

Infeksi virus cacar monyet pertama pada manusia dilaporkan dari Bokenda, sebuah desa terpencil di Provinsi Equatorial di Republik Demokratik Kongo (dulu Zaire) pada Agustus 1970. Saat itu seorang bayi berusia 9 bulan dilarikan ke Rumah Sakit Basankusu dengan dugaan penyakit cacar (smallpox) dan sampel darinya, yang dikirim ke Pusat Rujukan Penyakit Cacar WHO di Moskow, mengungkap virus cacar monyet.

Ilustrasi Virus Monkeypox atau Cacar Monyet. newscientist.com

Keluarga menyebut mereka mengkonsumsi daging monyet tapi tidak ingat apakah dilakukan tak lama sebelum si anak sakit atau apakah si anak pernah kontak dengan seekor monyet sebelumnya. Pemeriksaan mendapati hanya bayi itu satu-satunya anggota keluarga yang belum menerima vaksin cacar.

Sebaran cacar monyet 1970-2018

1970-1990

Republik Demokratik Kongo: 388-391 (386 terkonfirmasi)
Republik Afrika Tengah: (6)
Kamerun: (2)
Nigeria: 10 (3 terkonfirmasi)
Pantai Gading: 2 (terkonfirmasi)
Liberia: 4 (terkonfirmasi)
Sierra Leone: 1 (terkonfirmasi)
Gabon: 1-10 (1 terkonfirmasi)


1991-1999

Republik Demokratik Kongo: (511)
Kamerun: 4 (1 terkonfirmasi)

Laki-laki, 38 tahun, asal Nigeria, positif menderita penyakit monkeypox. Sumber: The Straits Times

2000-2009

Republik Demokratik Kongo: tak dapat dihitung secara pasti
Republik Afrika Tengah: (4)
Amerika Serikat: 47 (37 terkonfirmasi)
Republik Kongo: 12 (3 terkonfirmasi)
Sudan Selatan: 49 (10 terkonfirmasi)


2010-2018

Republik Demokratik Kongo: tak dapat dihitung secara pasti
Republik Afrika Tengah: sedikitnya 68 (sedikitnya 29 terkonfirmasi)
Kamerun: 16 (1 terkonfirmasi)
Nigeria: 244 (101 terkonfirmasi)
Liberia: (2)
Sierra Leone: sedikitnya 2 (2 terkonfirmasi)
Republik Kongo: 98 (9 terkonfirmasi)

Berita terkait

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

2 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

2 hari lalu

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat

Baca Selengkapnya

5 Destinasi Wisata Guinea di Barat Afrika

2 hari lalu

5 Destinasi Wisata Guinea di Barat Afrika

Mungkin masih sedikit yang mengenal Guinea di bagian barat Afrika, dengan kota terbesarnya adalah Conakry. Ini 5 destinasi wisata unggulannya.

Baca Selengkapnya

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

2 hari lalu

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

Perusahaan farmasi AstraZeneca telah memutuskan menarik stok vaksin Vaxzefria dari seluruh dunia. Waktunya bareng dengan sidang gugatan.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

6 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

6 hari lalu

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

Timnas Indonesia U-23 harus menang melawan Timnas Guinea U-23 jika ingin lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

8 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

8 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

8 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

8 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya