Inilah Alasan Mengapa Bendungan Bisa Merusak Sungai

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Sabtu, 28 Mei 2022 11:06 WIB

Ilustrasi bendungan. antaranews.com

TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini sejumlah negara di Eropa menghancurkan bendungan secara massal. Mengutip Euronews, hingga kini tercatat sudah ada 200 bendungan yang telah dihancurkan. Hal ini dilakukan mengingat dampak buruk dari adanya bendungan terhadap ekosistem sungai.

“Benar bahwa banyak bendungan yang dibangun selama abad ke-20 telah terbukti merusak sungai. Contohnya banyak dan terkenal,” kata Coli Thorne, seorang profesor geografi di Nottingham University dikutip Tempo dari The Guardian.

Pernyataan Thorne didukung sebuah penelitian dari Universitas Teknologi Xi’an, Cina, pada Oktober 2010 yang menemukan hubungan antara pembangunan bendungan dan rusaknya ekosistem sungai. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya bendungan dapat merusak ekosistem sungai, baik secara fisik maupun biologis.

Dampak perubahan fisik akibat bendungan melibatkan proses hidrologi sungai dan dataran banjir, gerakan sedimen, dan struktur saluran. Dijelaskan dalam penelitian yang dipublikasikan di Scientific Research itu, bendungan menahan sedimen yang akan mengisi kembali ekosistem aliran secara alami.

Ketika sebuah sungai kehilangan beban sedimennya, ia berusaha untuk merebutnya kembali dengan mengikis dasar dan tepi sungai hilir. Seiring waktu, dasar sungai di hilir bendungan biasanya terkikis. Pendalaman dasar sungai lalu menurunkan tabel air tanah di sepanjang sungai dan menurunkan permukaan air yang dapat diakses oleh akar tanaman.

Advertising
Advertising

Secara biologis, adanya bendungan membuat aliran sungai yang semula mengalir menjadi kolam yang tenang dapat mengancam keanekaragaman hayati. Mengingat, sebagian besar spesies atau organisme lain di sungai cenderung mengadopsi habitat sungai yang mengalir sebagai rumah.

Terhambatnya aliran sungai dari hulu dan hilir tersebut menyebabkan keanekaragaman hayati, seperti spesies ikan menurun. South Asia Network on Dams, Rivers and People (SANDRP) mengungkapkan bahwa apa yang mengalir di sungai bukan hanya air.

Tidak seperti kanal atau pipa, sungai membawa materi terlarut, materi tersuspensi, mikroorganisme, serta banyak flora dan fauna akuatik. Karena itu, jelas dikatakan jika ancaman eksistensi sungai datang dalam bentuk bendungan besar.

HARIS SETYAWAN

Baca juga: Negara-negara Eropa Hancurkan Bendungan Secara Massal, Apa Sebabnya?

Berita terkait

Indonesia Pamer Infrastruktur Hijau Dalam World Water Forum ke-10, Proyek Apa yang Menonjol?

16 jam lalu

Indonesia Pamer Infrastruktur Hijau Dalam World Water Forum ke-10, Proyek Apa yang Menonjol?

Berbagai konsep dan realisasi infrastruktur energi hijau milik Pemerintah Indonesia bakal menampang di World Water Forum ke-10 di Bali.

Baca Selengkapnya

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

22 jam lalu

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

Sebanyak 39 orang tewas dan 68 lainnya belum ditemukan akibat hujan lebat dan banjir yang melanda Rio Grande do Sul, Brasil.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

1 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Pembangunan Bendungan Meninting Ditargetkan Selesai Tahun Ini

2 hari lalu

Pembangunan Bendungan Meninting Ditargetkan Selesai Tahun Ini

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menargetkan pembangunan Bendungan Meninting rampung tahun ini.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Bendungan Tiuk Suntuk di NTB, Pembangunannya Telan Biaya Rp 1,4 Triliun

3 hari lalu

Jokowi Resmikan Bendungan Tiuk Suntuk di NTB, Pembangunannya Telan Biaya Rp 1,4 Triliun

Presiden Joko Widodo alias Jokowi meresmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, NTB, pada Kamis, 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

5 hari lalu

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) himpun 11.137 data keanekaragaman hayati Indonesia dengan dukungan mahasiswa dari 104 kampus.

Baca Selengkapnya

Banjir Dasyat Setinggi Leher Terjang Guangdong Cina, 11 Orang Hilang

12 hari lalu

Banjir Dasyat Setinggi Leher Terjang Guangdong Cina, 11 Orang Hilang

Sebelas orang hilang di Guangdong akibat banjir dasyat di provinsi selatan Cina itu pada Senin 22 April 2024

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

23 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

37 hari lalu

Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

Greenpeace menyatakan pembangunan IKN Nusantara mengancam kelestarian 3 satwa yang sudah kritis, yaitu orang utan, bekantan, dan pesut mahakam.

Baca Selengkapnya

Dirjen Dikti dan Gunadarma Kick-off Kedaireka 2024

38 hari lalu

Dirjen Dikti dan Gunadarma Kick-off Kedaireka 2024

Era di mana inovasi menjadi pondasi kemajuan, sinergi antara dunia akademik dan industri menjadi faktor penting dalam mendorong kemajuan suatu bangsa.

Baca Selengkapnya