HMS Beagle bukanlah kapal besar yang megah. Beagle hanya sebuah kapal bertiang dua yang diubah menjadi kapal bertiang tiga agar mudah dikemudikan ketika berlayar mengelilingi dunia. Namun, kapal bersejarah itu akan selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, naturalis Inggris yang mengikuti pelayaran besar kedua kapal tersebut pada 1831-1836.
Perjalanan ke Amerika Selatan, Australia, dan Afrika Selatan itulah yang menanamkan benih gagasan dalam pikiran Darwin, cikal bakal teori seleksi alam yang merevolusionisasi cara manusia memandang dunia dan dirinya sendiri. Kapal itu membawa Darwin ke Pulau Galapagos, tempatnya menemukan burung finch dan kura-kura raksasa.
Darwin menyatakan perjalanan di atas Beagle merupakan peristiwa terpenting dalam hidupnya, membuka jalannya untuk menulis On the Origin of Species, buku ilmiah terpenting pada milenium lalu yang menggambarkan bagaimana spesies berubah lewat seleksi alam. Publikasi buku ini pada 1859 telah mengubah pemikiran para ilmuwan selamanya, sehingga perayaan hari ulang tahun Darwin ke-200 pada 12 Februari tahun ini menjadi peristiwa besar, apalagi bertepatan dengan 150 tahun peringatan buku On the Origin of Species.
Begitu pentingnya perjalanan tersebut bagi Darwin membuat bangkai HMS Beagle sarat nilai historis. Hal itu mendorong Prescott meneliti apa yang terjadi pada Beagle setelah kapal angkatan laut Inggris tersebut menuntaskan pelayaran besar ketiga sekaligus pamungkasnya tersebut pada 1843. "Gagasan bahwa kapal yang memiliki hubungan dengan salah satu perkembangan ilmiah besar dalam sejarah itu berada di sana terlalu muluk untuk menjadi sebuah kenyataan," kata ilmuwan dari University of St. Andrews itu. "Saya ingin mengetahuinya lebih jauh."
Perburuan Prescott diawali dari Public Records Office di Kew, tempat dokumen lama angkatan laut disimpan. Dalam Admiralty Progress Book pada 1845, dia menemukan beberapa baris kalimat dalam tulisan tangan yang mengungkapkan nasib HMS Beagle. Di situ tertulis bahwa setelah direnovasi di Woolwich Dockyard, Beagle dipindahkan ke dinas penjaga pantai di Paglesham untuk bertugas sebagai kapal pengawas antipenyelundupan.
Labirin anak sungai di antara Sungai Roach dan Sungai Crouch itu adalah surga para penyelundup pada masa pertengahan abad ke-19. Kapal pengintai yang diposisikan dengan hati-hati dianggap sebagai senjata yang dapat menggulung aksi mereka.
Sebuah dokumen lain mencatat bahwa kapal itu akhirnya dipensiunkan dari tugasnya sebagai kapal penjaga pantai dan dijual kepada "Messrs Murray and Trainer" pada 1870. Presscott yakin para pembeli kapal ini adalah dua petani lokal yang tidak memiliki pengalaman apa pun tentang pembongkaran kapal dan akan menyelamatkan apa pun yang mereka bisa lakukan dalam kondisi sulit.
"Mungkin kapal itu terlalu licin sehingga berbahaya untuk bekerja di dalamnya dan sulit untuk dibongkar," katanya. "Itulah sebabnya saya yakin separuh bagian bawah kapal itu kemungkinan besar ditinggalkan dan perlahan-lahan tenggelam dalam lumpur."
Prescott dan sekelompok arkeolog menemukan sebuah struktur yang terbenam dalam lumpur. Survei menggunakan radar penetrasi bumi dan teknik geofisika lainnya di situs Paglesham menunjukkan bahwa ukuran dan bentuk struktur itu cocok dengan dimensi Beagle.
Dia berharap pada akhir tahun ini kapal tersebut bisa muncul kembali ke permukaan setelah 140 tahun terkubur dalam lumpur Essex. Namun, untuk mengetahui apakah kayu-kayu itu milik Beagle, lambung kapal akan dites terlebih dulu dengan mencari sisa-sisa organisme laut kecil yang disebut diatom.
Spesies diatom tertentu memiliki habitat yang amat spesifik, hanya dapat ditemukan di bagian dunia tertentu. Jika tim ini dapat menemukan diatom yang hanya hidup di Samudra Pasifik atau perairan Australia, bisa dipastikan bahwa bangkai kapal itu adalah HMS Beagle.
Sampel inti sedimen yang diambil dari situs tersebut dianalisis menggunakan mikroskop elektron pemindai oleh David Patterson, profesor ekologi kelautan di University of St. Andrews. Sejauh ini hasilnya positif. Inti sedimen yang dibawa ke permukaan itu mengandung beberapa spesies diatom dan sesuatu yang tampaknya kayu kapal Beagle yang telah membusuk. "Ini amat mirip dengan investigasi forensik," kata Patterson. "Jika kami bisa memperoleh satu spesies diatom tertentu yang telah diketahui berasal dari daerah tropis, diatom itu adalah sidik jari 'pembunuhnya'."
Penyelidikan yang dilakukan Prescott juga membawanya pada kesan yang melekat di benak Darwin tentang kapal yang pernah menjadi tempat tinggalnya selama lima tahun tersebut. Pada hari tuanya, Charles Darwin mengakui betapa pentingnya kapal itu dalam pekerjaannya meskipun selama pelayaran tersebut dia terus-menerus didera mabuk laut.
Profesor Keith Thomson, penulis buku HMS Beagle-The Story of Darwin's Ship" mengatakan, ketika tengah melaut, Darwin nyaris tak beranjak dari hammock (tempat tidur gantung di kabinnya) karena terserang mabuk laut. "Saya tak pernah menemukan catatan tentang orang lain yang selama lima tahun berlayar terus-menerus mengalami mabuk laut sejak hari pertama sampai hari terakhir," katanya.
Darwin memang amat menderita selama pelayarannya, tapi penderitaan itu setimpal dengan prestasi ilmiah yang dicapainya.
TJANDRA DEWI | BBC | BIOLOGY ST ANDREWS | GUARDIAN