Waspada, Banjir Rob Ekstrem Pantura Mungkin Terjadi Kembali 2034

Minggu, 5 Juni 2022 07:33 WIB

Foto udara kondisi banjir limpasan air laut ke daratan atau rob yang merendam kawasan Terminal Petikemas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jawa Tengah, Senin, 23 Mei 2022. ANTARA FOTO/Aji Styawan

TEMPO.CO, Jakarta - Banjir rob ekstrem yang melanda Kota Semarang dan beberapa daerah lain di pantai utara Jawa Tengah mengingatkan kepada ancaman efek siklus nodal bulan. Terjadi setiap 18,6 tahun sekali, siklus nodal bulan terjadi ketika posisi bulan dekat dengan ekuator.

“Itu berpotensi menimbulkan pasang maksimum,” kata peneliti di Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, dalam webinar 'Banjir Rob di Musim Kemarau' pada Kamis, 2 Juni 2022.

Menurut Thomas, kejadian terbaru efek siklus nodal pada 2015. Negara seperti Amerika Serikat pun, dia menambahkan, telah mengeluarkan peringatan dini dan studi dampak banjir pesisir di wilayahnya karena efek yang sama.

“Sekitar 2034 banjir pasang akan lebih tinggi daripada ketika bulan jauh dari ekuator,” ujar profesor riset dan mantan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional itu mengungkapkan.

Advertising
Advertising

Penyebab banjir rob

Dia mengatakan rob alias banjir pesisir atau atau coastal flooding telah menjadi isu global. Selain efek siklus nodal itu, sebab utama terjadinya pasang maksimum air laut yaitu akibat faktor astronomis diferensial gravitasi bulan dan matahari.

“Juga gelombang tinggi di pantai yang terpengaruh faktor angin dan gabungan keduanya,” katanya.

Thomas menerangkan, gravitasi matahari mempengaruhi pasang surut air laut di bumi dengan cara memperkuat dan memperlemah gravitasi bulan yang menimbulkan efek pasang surut laut. Efek gravitasi matahari yang memperkuat gravitasi bulan terjadi dua kali.

“Pada saat bulan baru dan bulan purnama akan terjadi pasang maksimum,” ujarnya.

Sedangkan pada bulan di fase perbani awal dan akhir justru sebaliknya, yaitu pelemahan pasang maksimum. "Di pantai yang landai atau yang tanahnya terus turun (tanah ambles), pasang maksimum bisa menyebabkan banjir rob," katanya menambahkan

Banjir rob Semarang 23-24 Mei tak normal

Namun pada banjir rob besar 23-24 Mei lalu di pantura Jawa Tengah, Djamaluddin menepis peran bulan. Pada tanggal itu, bulan sedang dalam fase perbani akhir atau Third Quarter. Adapun purnama telah muncul sepekan sebelumnya atau 16 Mei 2022.

"Sementara pasang air laut karena gravitasi bulan saat itu diperlemah oleh gravitasi matahari."

Selain itu, pada 23 Mei 2022, jarak bulan dengan bumi sekitar 375 ribu kilometer atau mendekati jarak rata-rata 384 ribu kilometer. Posisi bulan telah menjauh dari jarak terdekatnya dengan bumi atau perigee pada 17 Mei sejauh 360 ribu kilometer.

“Jadi, rob 23 Mei bukan karena faktor astronomis," katanya sambil menambahkan, "Pasang air laut yang disebabkan oleh faktor astronomi sifatnya normal.”

Seruak badai

Sebelumnya, Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer di BRIN mengkaji penyebab banjir di pesisir atau rob atau banjir rob di pantai utara Jawa Tengah pada pekan ini. Mereka menemukan angin kencang lebih dari 10 meter per detik yang memicu kenaikan gelombang di Laut Jawa dekat pesisir utara Pulau Jawa.

“Itu berkontribusi menyebabkan banjir rob di pantura, dari Brebes hingga Semarang,” kata Ketua Tim, Anis Purwaningsih, lewat keterangan tertulis, Rabu 25 Mei 2022.

Sejumlah warga berjalan melewati banjir rob di Tirto Gang 12, Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu, 25 Mei 2022. Menurut Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid, akibat tingginya air laut pasang menyebabkan sejumlah wilayah di Kota Pekalongan dengan 19 ribu jiwa dan sekitar 5.000 KK terdampak banjir rob dengan ketinggian antara 5-60 centimeter. ANTARA/Harviyan Perdana Putra

Dari hasil kajian yang dilakukan, Anis dan timnya mendapati adanya seruak badai (storm surge) berupa hujan deras dan angin kencang yang terjadi secara persisten di Laut Jawa 19–22 Mei 2002. Itu ditegaskan sebagai kejadian langka atau sangat jarang terjadi.

Kontribusi angin kencang yang menyebabkan banjir rob di pantura itu mencakup wilayah Jawa Tengah. Data intensitas tertinggi hujan di lautan diketahui berada pada lokasi di sekitar lautan sebelah utara Pekalongan.

Saat itu kajian tim menyatakan periode badai di Laut Jawa belum berakhir dan ada kemungkinan membuat banjir rob di pantura wilayah selain Jawa Tengah. “Perlu waspada hingga awal Juni.”

Baca juga:
Dosen ITB Prihatin dengan Polemik Penyebab Banjir Rob Semarang

Berita terkait

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

3 jam lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

3 jam lalu

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN melakukan penelitian untuk mengidentifikasi indikator potensi gempa bumi di Sumatera bagian paling selatan.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

5 jam lalu

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

Menurut peneliti BRIN, suhu panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini kategorinya suhu tinggi, bukan gelombang panas atau heatwave.

Baca Selengkapnya

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

8 jam lalu

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

Aastronom BRIN menyebut fenomena adanya bintang jatuh di Yogyakarta dan sekitarnya itu sebagai meteor sporadis.

Baca Selengkapnya

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

8 jam lalu

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

Teluk Kendari di kota Kendari mengalami pendangkalan yang dramatis selama sekitar 20 tahun terakhir. Ini kajian sedimentasi di perairan itu oleh BRIN.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

1 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Pedagang Siomay Curi 675 Celana Dalam Wanita Demi Kepuasan Seksual

2 hari lalu

Pedagang Siomay Curi 675 Celana Dalam Wanita Demi Kepuasan Seksual

Polisi menangkap seorang pemuda berinisial J, 31 tahun, karena diduga mencuri ratusan celana dalam wanita dari berbagai indekos

Baca Selengkapnya

Pembangunan Jalan Tol Semarang - Demak Dikebut, Ada 2 Alasan

2 hari lalu

Pembangunan Jalan Tol Semarang - Demak Dikebut, Ada 2 Alasan

Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja mengatakan Jalan Tol Semarang-Demak merupakan proyek strategis nasional (PSN) .

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

2 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

3 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya