Menguak Jendela Migrasi Burung Penyanyi

Reporter

Editor

Kamis, 19 Februari 2009 08:14 WIB

TEMPO Interaktif, Washington:
Burung penyanyi kecil bukan burung tercepat. Untuk sementara rekor itu masih berada digenggam burung alap-alap (Falco peregrinus) yang kecepatan terbangnya mencapai 320 kilometer per jam. Meskipun bukan yang tercepat, kemampuan terbang burung penyanyi bertubuh mungil itu membuat Bridget Stutchbury, dosen biologi di York University di Toronto, Kanada, terkejut.
Burung kecil itu mampu terbang menempuh jarak lebih dari 480 kilometer dalam sehari dalam migrasi tahunannya. Selama ini, Stutchbury dan ilmuwan lain menduga burung sekecil itu terbang jauh lebih pelan.
Untuk pertama kalinya, para ilmuwan dapat memasang geolocator backpack pada burung-burung bertubuh kecil ini. Berkat alat tersebut, mereka dapat melacak perjalanan burung itu dari tempat tinggalnya di Amerika Utara ke berbagai daerah tropis. Sebelum ditemukannya geolocator, para ilmuwan hanya bisa mengikuti penerbangan burung-burung besar seperti angsa.
"Kami gembira bisa menjadi ilmuwan pertama yang melakukannya," kata Stutchbury. "Tak ada orang lain yang pernah bisa melacak seluruh perjalanan migrasi burung penyanyi." Burung penyanyi adalah jenis burung yang sering kita lihat beterbangan di langit, tetapi terlalu kecil untuk satelit pelacak konvensional.
Perlengkapan pelacak baru itu amat ringan, cuma sedikit lebih berat dibanding sebuah penjepit kertas, memungkinkan pelacakan burung penyanyi kecil seperti burung layang-layang purple martin (Progne subis) dan sejenis burung anis, wood thrush (Hylocichla mustelina). Bentuknya yang imut juga tak membebani atau mengganggu gerak burung tersebut. Berat kedua jenis burung itu hanya 50 gram, jadi alat pelacak yang digunakan harus ekstraringan.
Berkat alat itu, Stutchbury bisa memonitor jarak, lokasi, dan waktu tempuh migrasi burung itu. "Migrasinya di luar dugaan amat cepat," kata perempuan itu. "Saya kira tak seorang pun punya gagasan bahwa burung penyanyi kecil bisa bergerak secepat itu."
Terbang 480 kilometer per hari, berarti tiga kali lipat lebih cepat daripada perkiraan sebelumnya. Para pakar semula menduga burung ini hanya terbang sekitar 145 kilometer per hari. "Kami tercengang dengan waktu kedatangan kembali burung itu di musim semi," ujarnya. "Burung itu meninggalkan Brasil pada 12 April dan pada akhir bulan sudah sampai di rumah, di Amerika Utara, sungguh mengagumkan. Kami selalu mengasumsikan mereka telah meninggalkan Brasil sejak Maret."
Kecepatan terbang yang ditunjukkan burung itu jauh lebih tinggi ketika menuju ke utara di musim semi dibandingkan ketika berangkat bermigrasi ke selatan di musim gugur. Tingkat migrasi burung penyanyi itu dua sampai enam kali lipat lebih cepat di musim semi dibandingkan musim gugur. Misalnya, seekor layang-layang purple martin butuh 43 hari untuk mencapai Brasil pada migrasi musim gugur, tetapi perjalanan pulang ke tempat koloninya berkembang biak hanya ditempuh dalam 13 hari. "Pergerakan jarak jauh dalam kecepatan tinggi ini terjadi pada kedua spesies," kata Stutchbury.
Dosen di Fakultas Sains dan Teknik York University itu yakin bahwa migrasi di musim semi jauh lebih cepat karena ada keuntungan besar bisa tiba sebagai burung pertama di tempat berkembang biak. Para pionir bisa memperoleh lokasi sarang terbaik, peluang untuk mendapat pasangan berkualitas tinggi serta bisa lebih dulu berkembang biak.
Helen F. James, seorang kurator burung dari National Museum of Natural History di Smithsonian, menyatakan bahwa hasil pemantauan ini adalah sebuah terobosan dalam memahami migrasi burung dan konservasi burung kecil. "Saya amat terkejut dengan kecepatan terbangnya, yang bisa disejajarkan dengan burung yang lebih besar semisal burung air Cerek Kernyut (Pluvialis fulva)," kata James. "Mengagumkan bahwa kita bisa melihat pergerakan ini."
Riset yang didanai oleh Natural Science Engineering Research Council of Canada, National Geographic Society, dan Purple Martins Conservation Association ini memang bertujuan memahami bagaimana migrasi dan berbagai perubahan iklim dan habitat mempengaruhi burung penyanyi. "Sekitar 30 spesies burung penyanyi di Amerika Utara memperlihatkan penurunan populasi jangka panjang yang signifikan," kata Stutchbury. "Kami perlu mengetahui apakah daerah persinggahan di musim dingin atau kawasan perkembangbiakan yang mendorong populasinya turun."
Dalam studi itu, Stutchbury dan timnya dari York University menangkap wood thrush dan purple martin di Pennsylvania barat dan memasangi punggung burung itu dengan perangkat pelacak lokasi. Plastik bening seberat 1,5 gram itu memiliki sensor pelacak dan mencatat kapan matahari terbit dan terbenam setiap hari. Para peneliti harus menangkap burung itu ketika mereka kembali ke Pennsylvania dan mengunggah data dalam geolocator ke komputer.
Pencatatan waktu matahari terbit dan terbenam amat penting untuk mengetahui lokasi sang burung yang dicatat setiap hari. Dengan mencatat waktu matahari terbit dan terbenam, para ilmuwan bisa memperkirakan garis bujur dan lintang tempat burung itu berada.
Stutchbury memasang alat pelacak itu pada 14 wood thrush dan 20 purple martin pada 2007 untuk melacak keberangkatan saat musim gugur, migrasinya ke selatan dan perjalanan pulang para burung tersebut. Pada musim panas 2008, para ilmuwan mengambil kembali geolocator dari lima wood thrush dan dua purple martin. Tidak jelas apa yang terjadi dengan sebagian besar burung lain yang juga dipasangi alat itu meski Stutchbury mengatakan bahwa setidaknya ada dua burung yang terlihat menggunakan pelacak tetapi tidak berhasil ditangkap.
Burung purple martin bermigrasi ke lembah sungai Amazon di Brasil pada musim dingin, sedangkan wood thrush menghabiskan akhir tahun di sebuah jalur sempit di Nikaragua dan Honduras. Sejumlah burung sempat beristirahat dan singgah dalam perjalanan tersebut, menghabiskan beberapa hari di tenggara Amerika Serikat atau di daerah Yucatan, Meksiko.
Persinggahan panjang selama migrasi musim gugur itu biasa dilakukan burung-burung itu. Purple martin singgah tiga sampai empat pekan di Yucatan sebelum melanjutkan penerbangan ke Brasil. Empat burung wood thrush menghabiskan satu atau dua pekan di sebelah tenggara Amerika Serikat pada akhir Oktober, sebelum menyeberang ke Teluk Meksiko, dan dua burung lainnya berhenti di Semenanjung Yucatan selama dua sampai empat pekan sebelum melanjutkan migrasinya.
Studi itu juga mengungkap bukti bahwa burung anis wood thrush dari kelompok perkembangbiakan yang sama tetap berkumpul dan tidak menyebar ketika tiba di daerah tropis tempatnya mengungsi selama musim dingin. Kelima wood thrush itu menghabiskan waktu di sebuah jalur sempit yang sama di timur Honduras atau Nikaragua. "Kawasan ini amat penting bagi seluruh upaya konservasi wood thrush, spesies yang populasinya menyusut sampai 30 persen sejak 1966," kata Stutchbury. "Populasi burung penyanyi di seluruh dunia juga terus menurun selama 30 atau 40 tahun sehingga banyak keprihatinan mengenai kelangsungan mereka."
Stutchbury mengatakan, pada awalnya dia cemas alat pelacak itu akan memperlambat terbang burung kecil tersebut. "Namun, kekhawatiran itu langsung runtuh ketika saya melihat kecepatan terbang mereka pada migrasi musim semi," ujarnya.
Kini Stutchbury melakukan tes lanjutan terhadap kedua jenis burung kecil tersebut. Langkahnya menggunakan geolocator juga diikuti peneliti lain yang melakukan tes serupa pada burung kecil semacam bobolink (Dolichonyx oryzivorus).
TJANDRA DEWI | AP | UYORK | SCIENCEDAILY | LIVESCIENCE | NYTIMES | AVIBASE

Berita terkait

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

7 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

Gerombolan Monyet Ekor Panjang ke Pemukiman Daerah Soreang Bandung

34 hari lalu

Gerombolan Monyet Ekor Panjang ke Pemukiman Daerah Soreang Bandung

Setelah Kota Bandung, kini giliran Soreang, ibu kota Kabupaten Bandung, menjadi sasaran kawanan monyet ekor panjang untuk berkeliaran.

Baca Selengkapnya

Penyebab Harimau Sumatera Masuk Kampung dan Timbulkan Konflik Manusia dan Satwa Liar

39 hari lalu

Penyebab Harimau Sumatera Masuk Kampung dan Timbulkan Konflik Manusia dan Satwa Liar

Ekolog satwa liar Sunarto menjelaskan konflik Harimau Sumatera dengan manusia akibat beberapa faktor termasuk kondisi individual dan habitatnya.

Baca Selengkapnya

Empat Satwa Kunci Aceh Terancam Deforestasi

5 Maret 2024

Empat Satwa Kunci Aceh Terancam Deforestasi

BKSDA Aceh mengkhawatirkan dampak deforestasi terhadap satwa liar. Ancaman tertinggi dihadapi empat satwa kunci di hutan Aceh.

Baca Selengkapnya

Peringati Hari Satwa Liar Sedunia, Apa yang Dilakukan Sutradara Katie Cleary?

3 Maret 2024

Peringati Hari Satwa Liar Sedunia, Apa yang Dilakukan Sutradara Katie Cleary?

Peringati Hari Satwa Liar Sedunia sangat penting. sebab kehidupan manusia tidak akan terlepas dari binatang. lalu apa yang harus dilakukan?

Baca Selengkapnya

Mau Jual Anak Orang Utan ke Luar Negeri, Dua Warga Aceh Tertangkap di Medan

28 Februari 2024

Mau Jual Anak Orang Utan ke Luar Negeri, Dua Warga Aceh Tertangkap di Medan

PN Medan memvonis dua warga Aceh karena terbukti menangkap dan hendak menjual dau ekor anak orang utan ke luar negeri

Baca Selengkapnya

Khatib Masjid Aceh Dibekali Fatwa Larangan Perburuan Satwa Liar

27 Februari 2024

Khatib Masjid Aceh Dibekali Fatwa Larangan Perburuan Satwa Liar

Sebanyak 35 khatib masjid di Aceh diberi bekal pengetahuan soal larangan berburu satwa liar dan satwa dilindungi.

Baca Selengkapnya

Kasus Kematian Harimau di Medan Zoo, Kebun Binatang Dianggap Penjara Berkedok Wadah Konservasi dan Edukasi Satwa Liar

18 Februari 2024

Kasus Kematian Harimau di Medan Zoo, Kebun Binatang Dianggap Penjara Berkedok Wadah Konservasi dan Edukasi Satwa Liar

Kematian beruntun lima harimau di Medan Zoo menuai kecaman organisasi global perlindungan satwa liar. Kebun binatang dinilai sebagai penjara satwa.

Baca Selengkapnya

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

13 Februari 2024

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

Hiu bambu dan tiga satwa liar yang hidup di Indonesia masuk dalam laporan PBB. Ribuan spesies yang bermigrasi dalam situasi mengkhawatirkan.

Baca Selengkapnya

Penguin Kecil Bikin Penerbangan di Bandara Wellington Selandia Baru Delay

26 Januari 2024

Penguin Kecil Bikin Penerbangan di Bandara Wellington Selandia Baru Delay

Penguin kecil ini merasa tidak nyaman karena suhu yang panas, akan dilepas ke alam liar setelah perawatan di kebun binatang.

Baca Selengkapnya