Kajian Terkini, Target Pemanasan Global 1,5 Derajat Celsius Sudah Pasti Gagal

Kamis, 7 Juli 2022 06:07 WIB

Sejumlah pelajar mengamati replika kondisi bumi akibat pemanasan global dalam Green Festival di Jakarta, (5/12). Kampanye lingkungan hidup ini akan berlangsung hingga hari Minggu besok. ANTARA/Puspa Perwitasari

TEMPO.CO, Jakarta - Kegagalan dunia untuk serius memangkas emisi gas rumah kaca membuat target pemanasan global tak lebih dari 1,5 derajat Celsius di atas suhu saat praindustri bak pepesan kosong. Sebuah kajian terkini dari aksi global terhadap perubahan iklim, termasuk komitmen-komitmen di forum COP26 tahun lalu, menyatakan kelembaman sosial, politik dan teknologi berarti target suhu yang dibuat dalam Perjanjian Paris pada COP21 2015 lalu tersebut kelihatannya tidak akan tercapai.

Studi kajian itu dibuat Damon Matthews dan Seth Wynes dari Concordia University, Kanada, dan dipublikasi dalam Jurnal Science edisi 23 Juni 2022. Mereka menyebutkan kalau saat ini saja kenaikan suhu telah mencapai 1,25 derajat. Matthews dan Wynes menyebut tren saat ini bakal mengantar menembus 1,5 derajat kurang dari 10 tahun lagi.

"Ini adalah sebuah seruan untuk aksi dan kejujuran; karena berdasarkan tren saat ini, tidak ada prospek untuk bahkan bertahan tipis di ambang 1,5 derajat Celsius," kata Matthews.

Menurut profesor bidang geografi itu, emisi karbon global harus turun 43 persen pada 2030 untuk memelihara peluang untuk setidaknya mendekati target itu. Tapi yang terjadi, Matthews menambahkan, adalah emisi terus meningkat selama puluhan tahun.

Kajian oleh Matthews dan Wynes mengikuti hasil riset sebelumnya yang menunjukkan kalau peluang saat ini sudah hampir 50-50 untuk batas 1,5 derajat Celsius itu terlampaui dalam lima tahun ke depan. Analisis yang lain menyatakan ada peluang besar pelampauan itu untuk jangka panjang, bahkan untuk situasi yang tidak realistik sekalipun yakni emisi global berhenti semalaman.

Advertising
Advertising

Matthews melihat, sementara upaya politis dan perusahaan untuk memangkas emisi tak berhasil mencapai yang dibutuhkan, namun ada tanda-tanda kemajuan. Suhu udara dunia kini dalam tren menghangat antara 2,5 dan 3,0 derajat Celsius di akhir abad ini, bukan 4-5 derajat seperti yang pernah dicemaskan sekitar satu dekade lalu. "Ada pilihan-pilihan, tapi kita belum benar-benar mendorong itu di level yang dibutuhkan," katanya.

Dicontohkan Matthews dan Wynes, pilihan-pilihan itu adalah penetapan hari bebas kendaraan bermotor di kota-kota, revisi batas kecepatan kendaraan di jalan tol dan memangkas bisnis perjalanan udara. Seluruhnya menawarkan cara-cara mereduksi emisi sesegera mungkin.

Mereka berpendapat, cara-cara seperti itu perlu dibarengi perubahan-perubahan besar seperti dekarbonisasi jaringan energi dan perluasan adopsi mobil listrik bersama perubahan perilaku termasuk pola makan.

Keduanya memperkirakan sisa 'anggaran karbon' untuk pemanasan global 1,5 derajat Celsius--jumlah karbon yang masih bisa diemisikan dunia sebelum ambang batas terlampaui--sebesar 360 miliar ton setara karbon dioksida, atau sekitar sembilan tahun emisi tahunan saat ini. "Jika benar-benar serius tentang jendela 1,5 derajat Celsius, kita harus berusaha lebih keras."

NEWSCIENTIST, SCIENCE

Baca juga:
Kebanyakan Teknologi Tangkap Karbon Malah Tambah Emisi Karbon

Berita terkait

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

2 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

5 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

6 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

6 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

8 hari lalu

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

9 hari lalu

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

PT Pertamina International Shipping mencatat data dekarbonisasi PIS turun signifikan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

11 hari lalu

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

Pemerintah RI membahas langkah strategis mengurangi emisi karbon sektor industri di ajang pameran global Hannover Messe 2024 Jerman.

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Klaim Berhasil Turunkan Emisi Karbon

13 hari lalu

Pertamina International Shipping Klaim Berhasil Turunkan Emisi Karbon

PT Pertamina International Shipping (PIS) mengklaim dekarbonisasi yang dilakukan perusahaannya dapat menurunkan emisi karbon.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

14 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya