6 Butir Refleksi Konferensi Kelautan PBB 2022, Upaya Pemanfaatan Laut Berkelanjutan

Kamis, 7 Juli 2022 08:45 WIB

Seorang penyelam, menyelam diantara ikan-ikan dan coral di spot Atlantis Garden Pulau Kodingareng Keke, Makassar, Sulsel, 14 Oktober 2015. Atlantis Garden menjadi langkah awal pelestarian ekosistem laut terutama terumbu karang Artifisial. TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Jakarta - Pada akhir Juni 2022, ketika Konferensi Kelautan PBB (United Nation Ocean Conference) di Lisbon, Portugal, International Union for Conservation of Nature (IUCN) menilai banyak komitmen dari tindakan tegas untuk meningkatkan masa depan kehidupan laut. Akibatnya, perlu bagi kita semua untuk merealisasikan komitmen pasca-Lisbon. Realisasi dari komitmen itu akan menghasilkan tindakan kita untuk menuju laut sehat dan tangguh dengan ekosistem laut yang berkembang.

Dikutip dari laman darilaut.id mitra Teras.id, IUCN meyakini bahwa sekarang merupakan waktu yang tepat untuk kita semua, terutama dengan kehadiran pemimpin muda menjadi seorang yang pragmatis dan visioner. Dengan begitu, pada tahun 2030 dapat mewujudkan komitmen pasca-Lisbon dengan sangat baik. Setidaknya dapat mencapai 30 persen perlindungan laut dan 100 persen pemanfaatan berkelanjutan laut.

Dalam Konferensi Kelautan PBB 2022, IUCN juga memberikan desakan pada pemerintah dan donatur untuk meningkatkan pendanaan. Selain kapasitas dan sumber daya manusia yang memadai, pembangkitan konservasi kelautan juga harus memerlukan sumber daya keuangan yang mencukupi. Sebab, hanya 1,6 persen dari Bantuan Pembangunan Luar Negeri (Overseas Development Aid) dan 1,7 persen dari anggaran penelitian global yang disumbangkan untuk tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Angka ini masih terbilang kecil, jika dibandingkan dengan dedikasi laut untuk kehidupan manusia selama ini.

IUCN menyambut hangat Deklarasi Lisbon dan komitmen progresif dalam Konferensi Kelautan PBB 2022. Melansir laman iucn.org, sambutan hangat IUCN tersebut menghasilkan seruan aksi kepada negara-negara dan pemimpin di dalamnya untuk segera mewujudkan tindakan berikut ini selama beberapa bulan ke depan:

  1. Pada tahun 2022 disimpulkan bahwa perlu adanya negosiasi instrumen nasional yang berada di bawah hukum mengenai pengelolaan berkelanjutan ekosistem dan keanekaragaman hayati laut di luar Yurisdiksi Nasional dan di bawah naungan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea atau UNCLOS).

  2. Pada tahun 2030, negara-negara perlu memegang komitmen untuk melindungi paling tidak 30 persen dari lautan di wilayahnya. Perlindungan tersebut harus memperhatikan titik utamanya, yaitu pada keanekaragaman hayati dan ekosistem laut dengan memanfaatkan tindakan konservasi berdasarkan kawasan efektif lainnya.

  3. Negara-negara perlu mempropagandakan moratorium eksploitasi mineral laut di luar yurisdiksi nasional. Selain itu, juga harus menyerukan aksi kewaspadaan berkelanjutan agar tindakan manusia yang mengarah pada penghancuran laut dapat berkurang.

  4. Masih dalam laman iucn.org, negara juga perlu peningkatan implementasi dan investasi Solusi Berbasis Alam (Nature-based Solutions) kelautan dan pesisir. Peningkatan ini harus dilakukan sesuai rencana kebijakan iklim nasional, rencana adaptasi nasional (National Adaptation Plans), dan dengan kontribusi yang ditentukan secara nasional (Nationally Determined Contributions).

  5. Meningkatkan ilmu kelautan agar dapat memberikan informasi dan memahami pembuatan manajemen dan kebijakan yang efektif untuk lautan. Dengan begitu, Dekade Ilmu Kelautan PBB dapat menghasilkan program lebih baik untuk pembangunan berkelanjutan.

  6. Seruan aksi terakhir dalam konferensi kelautan tersebut menyatakan bahwa negara harus membuat solusi untuk mencegah polusi plastik yang terus meningkat di bawah aturan hukum internasional yang mengikat.

RACHEL FARAHDIBA R

Advertising
Advertising

Baca: Bahayanya Sampah Laut bagi Ekosistem

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Luhut Takjub Melihat Kapal OceanX: Berharap Indonesia juga Punya

1 hari lalu

Luhut Takjub Melihat Kapal OceanX: Berharap Indonesia juga Punya

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan takjub melihat kapal OceanX.

Baca Selengkapnya

Profil Nahdlatul Wathan, Organisasi Massa Islam Pertama Bangun Ekosistem di IKN

3 hari lalu

Profil Nahdlatul Wathan, Organisasi Massa Islam Pertama Bangun Ekosistem di IKN

Nahdlatul Wathan (NW) menjadi organisasi massa Islam pertama yang membangun ekosistem di Ibu Kota Nusantara (IKN). Begini profilnya?

Baca Selengkapnya

Suhu Laut Naik Pulau Pling Thailand Ditutup

5 hari lalu

Suhu Laut Naik Pulau Pling Thailand Ditutup

Sebelum penutupan Pulau Pling, Teluk Maya di Thailand sempat ditutup selama enam bulan pada tahun 2018

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

10 hari lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

19 hari lalu

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

Pasukan Inggris mungkin ditugaskan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza dari dermaga lepas pantai yang sedang dibangun oleh militer Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

19 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

21 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

IMD Rilis Hasil Survei Smart City Index dan Persoalannya, Tiga Kota di Indonesia Masuk Daftar

21 hari lalu

IMD Rilis Hasil Survei Smart City Index dan Persoalannya, Tiga Kota di Indonesia Masuk Daftar

Jakarta, Medan, dan Makassar masuk dalam daftar survei Smart City Index 2024.

Baca Selengkapnya

Bareskrim Polri Tangkap 5 Kurir Peredaran Sabu Lintas Laut Jaringan Malaysia-Aceh

28 hari lalu

Bareskrim Polri Tangkap 5 Kurir Peredaran Sabu Lintas Laut Jaringan Malaysia-Aceh

Peredaran sabu itu dilakukan lintas laut dari jaringan Malaysia-Aceh.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

35 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya