Sungai Musi Tercemar Bahan Kimia, Ikan Semakin Sulit Ditemukan

Senin, 18 Juli 2022 19:01 WIB

Perahu nelayan melintas di bawah Jembatan Musi 6 Palembang. Saat ini warna air sungai terlihat kecokelatan dan berbau. (TEMPO/Parliza Hendrawan)

TEMPO.CO, Palembang - Sungai Musi yang membelah Kota Palembang Ulu dan Palembang Ilir saat ini kondisinya semakin memperihatinkan. Di permukaan sungai tersebut banyak ditemukan sampah dan enceng gondok.

Sementara secara kasat mata, salah satu sungai terpanjang di Sumatra ini berwarna kecokelatan. Berdasar analisa dan temuan dari Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN), sungai tersebut didapati tercemar bahan kimia.

Hariansyah Usman, Koordinator Telapak Sumatra Selatan, mengatakan tujuan penyusuran Sungai Musi adalah untuk melihat kadar polutan dan uji mikroplastik. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) bersama perkumpulan Telapak Sumatra Selatan dan Spora Institut Palembang melakukan penyusuran Sungai Musi pada Minggu pagi dan menemukan fakta semakin sulit ditemukannya ikan-ikan di Sungai Musi, seperti baung pisang, kapiat, patin, tapah dan belida.

"Tingginya aktivitas alih fungsi lahan di hulu, aktivitas tambang tanpa izin, perkebunan sawit dan pencemaran industri menimbulkan pencemaran di Sungai Musi," katanya, Senin, 18 Juli 2022. Padahal air Sungai Musi digunakan sebagai bahan baku air minum.

Prigi Arisandi, peneliti ESN, memastikan tingginya tingkat pencemaran bahan-bahan kimia pengganggu hormon memicu gangguan reproduksi ikan yang menurunkan populasi ikan dan punahnya ikan-ikan yang tidak toleran terhadap kadar polutan yang meningkat.

Advertising
Advertising

Kemarin pihaknya juga melakukan pengambilan sampel air yang menunjukkan tingginya kadar logam berat mangan dan tembaga yang mencapai 0,2 ppm dan 0.06 ppm (standar tidak boleh lebih dari 0,03 ppm).

"Kadar klorin dan pospat cukup tinggi, yaitu untuk klorin 0,16 mg/liter, seharusnya tidak boleh lebih dari 0,03 mg/liter, sedangkan pospar juga tinggi mencapai 0.59 mg/l. Tingginya kadar klorin dan phospat sangat mempengaruhi sistem pernapasan ikan dan mempengaruhi pembentukan telur ikan," ungkap Prigi.

Selain uji kualitas air, tim juga menguji kadar mikroplastik dalam air dan menemukan dalam 100 liter air Sungai Musi terdapat 355 partikel mikroplastik. Adapun jenis mikroplastik yang paling mendominasi adalah jenis fiber atau benang-benang yang mencapai 80 persen. Jenis mikroplastik lainnya adalah granula, fragmen dan filamen.

Mikroplastik, phospat, logam berat dan klorin termasuk dalam kategori senyawa pengganggu hormon, sehingga keberadaanya di sungai akan mengganggu proses pembentukan kelamin ikan.

Sementara senyawa pengganggu hormon seperti mikroplastik dianggap ikan sebagai hormon esterogenik sehingga dimungkinkan terbentuk lebih banyak ikan dengan jenis kelamin betina dibandingkan jantan. Sayangnya jantan inipun tidak bisa membuahi telur ikan bentina akibatnya terjadi penurunan populasi ikan.

Baca:
Bahan Pempek Ikan Belida Makin Langka, Konservasi Ikan Endemik Harus Dilakukan

Berita terkait

Ikhtiar Menjaga Air

10 jam lalu

Ikhtiar Menjaga Air

Sejumlah komunitas terus berikhtiar menyelamatkan sungai dari pencemaran hingga merawat mata air. Bagaimana kisah mereka?

Baca Selengkapnya

Kejati Aceh Periksa Ketua BRA Suhendri sebagai Saksi Korupsi Anggaran Budi Daya Ikan Kakap Rp 15 Miliar

1 hari lalu

Kejati Aceh Periksa Ketua BRA Suhendri sebagai Saksi Korupsi Anggaran Budi Daya Ikan Kakap Rp 15 Miliar

Kejati Aceh memeriksa Ketua Badan Reintegrasi Aceh (BRA) Suhendri perihal dugaan korupsi penyimpangan dan pengadaan budi daya ikan kakap.

Baca Selengkapnya

Indonesia Akan Tunjukkan Langkah Mengatasi Pencemaran Danau Toba di World Water Forum Bali

2 hari lalu

Indonesia Akan Tunjukkan Langkah Mengatasi Pencemaran Danau Toba di World Water Forum Bali

Pembangunan jaringan IPAL bertujuan untuk mencegah pencemaran perairan Danau Toba.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Budi Daya Ikan Nila, Trenggono: Produksi 10 Ribu Ton per Tahun

11 hari lalu

Jokowi Resmikan Budi Daya Ikan Nila, Trenggono: Produksi 10 Ribu Ton per Tahun

Menteri Trenggono menargetkan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Kawarang, Jawa Barat dapat menghasilkan 10 ribu ton ikan per tahun.

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Pelihara Ikan di Akuarium Air Asin

20 hari lalu

5 Hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Pelihara Ikan di Akuarium Air Asin

Akuarium air asin memerlukan salinitas, derajat keasaman, hingga perawatan tertentu agar zat kimia seperti amonia, nitrit, dan nitrat tidak masuk ke dalam airnya.

Baca Selengkapnya

Jenis Ikan yang Perlu Rutin Disantap, Sahabat Kesehatan dan Jantung

21 hari lalu

Jenis Ikan yang Perlu Rutin Disantap, Sahabat Kesehatan dan Jantung

Tak semua ikan punya kandungan nutrisi super yang sama sehingga disarankan untuk memilih yang tepat. Berikut saran ahli diet.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

23 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

23 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

24 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

25 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya