Tedros WHO Tetapkan Wabah Cacar Monyet Setara Polio dan Covid-19

Minggu, 24 Juli 2022 10:24 WIB

Sejumlah orang mendaftarkan diri untuk divaksinasi di sebuah lokasi vaksinasi cacar monyet di New York, Amerika Serikat (AS), pada 14 Juli 2022. AS meningkatkan kapasitas tes dan pasokan vaksin untuk mengatasi wabah cacar monyet seiring lebih dari 1.000 kasus terkonfirmasi telah dilaporkan secara nasional. (Xinhua/Michael Nagle)

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menetapkan Public Health Emergency of International Concern atas wabah cacar monyet yang sedang muncul di banyak negara. Dia menetapkan itu pada Sabtu 23 Juli 2022, meski anggota Komite Kedaruratan Regulasi Kesehatan Internasional gagal mencapai konsensus tentang rekomendasi penetapan status kedaruratan itu dalam rapat yang diselenggarakan pada Kamis sebelumnya.

Itu adalah rapat kedua, setelah yang pertama pada Juni memutuskan monkeypox tidak termasuk penyakit yang harus diwaspadai sebagai darurat kesehatan publik. Virusnya dianggap tak se-berbahaya polio dan Covid-19.

Dalam keputusannya Sabtu lalu, Tedros menyatakan menyadari kompleksitas dan ketidakpastian terkait wabah cacar monyet di dunia saat ini. Dia akhirnya menetapkan status kedaruratan itu. Berpegang kepada pandangan di antara Anggota Komite dan Penasihat, juga faktor lain yang sejalan dengan Regulasi Kesehatan Internasional, Tedros kemudian menerbitkan apa yang disebut Rekomendasi Temporer.

Rekomendasi dirinci berbeda untuk empat kelompok negara anggota WHO. Kelompok pertama adalah negara-negara yang hingga kini tidak memiliki riwayat kasus cacar monyet pada manusia atau tidak mendeteksinya sepanjang 21 hari terakhir.

Rekomendasi kedua diperuntukkan negara-negara yang baru saja mengimpor kasus penyakit itu dalam populasi penduduknya atau penularan antar manusia, termasuk dalam kelompok masyarakatnya yang berisiko tinggi. Di dalamnya termasuk pengawasan kesehatan dan larangan perjalanan untuk individu tertentu.

Advertising
Advertising

Kelompok ketiga adalah negara-negara yang dikenal atau diduga memiliki kasus tansmisi zoonotik (lompatan virus dari hewan ke manusia) saat ini ataupun masa lalu, mereka yang memiliki kasus cacar monyet pada satwanya-juga saat ini maupun masa lalu. Terakhir, rekomendasi ditujukan kepada negara-negara yang mempunyai kapasitas pabrik obatnya.

Data peningkatan penularan cacar monyet

Menurut data yang dipresentasikan Sekretariat WHO, sepanjang tahun ini hingga 20 Juli lalu telah dilaporkan sebanyak 14.533 kasus terkonfirmasi dan dugaan dari 75 negara di seluruh enam wiayah kerja WHO. Angka itu yang di dalamnya termasuk 3 kematian di Nigeria dan 2 di Republik Afrika Tengah, naik dari 3.040 kasus dari 47 negara per awal Mei.

Penularan muncul di banyak negara yang sebelumnya tak pernah mengenal penyakit cacar monyet, dan jumlah kasus tertinggi saat ini dilaporkan dari negara-negara Eropa dan Amerika. Mayoritas kasus cacar monyet yang dicatat WHO menjangkiti laki-laki yang mengaku dirinya sebagai gay, biseksual dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki. Banyak kasus dari perkotaan dan terklaster dalam jaringan sosial dan seksual

Dicatat pula adanya kenaikan kasus yang signifikan di negara-negara di Afrika Barat dan Tengah. Kasus dari kawasan ini memiliki perbedaan profil demografi dibandingkan yang terpantau di Eropa dan Amerika, di mana ada lebih banyak perempuan dan anak-anak yang terinfeksi.

Model-model matematika memperkirakan angka reproduksi dasar (R0 atau berapa banyak orang yang bisa ditularkan oleh satu kasus positif) virus cacar monyet di atas 1 dalam populasi gay dan biseksual, dan di bawah 1 dalam populasi lainnya. Sebagai contoh, di Spanyol angka R0 diestimasi 1,8 dan di Inggris 1,6 serta di Portugal 1,4.

Gejala ringan tapi diyakini fenomena gunung es

Gejala klinis cacar monyet yang muncul dalam wabahnya di luar Afrika umumnya ringan dan tak meluas di tubuh. Lebih sering terlokalisasi di genital, perineal/perianal atau area peri-oral. Biasanya pula mendahului gejala lymphadenopathy, demam, malaise, dan sakit pada luka.

Masa inkubasi cacar monyet rata-rata diperkirakan 7,6 sampai 9,2 hari berdasarkan data pengamatan dari Belanda, Inggris, Irlandia Utara, dan Amerika Serikat. Sejumlah kecil kasus datang dari kalangan pekerja kesehatan.

"Kasus-kasusnya yang kita lihat saat ini hanyalah permukaan dari gunung es," kata Albert Ko, profesor kesehatan masyarakat dan epidemiologi di Yale University, AS.

Menurutnya, jendela mungkin sudah tertutup untuk bisa dengan cepat menghentikan cacar monyet mewabah di Eropa dan Amerika Serikat. "Tapi ini belum terlalu terlambat untuk menghentikannya menyebabkan dampak parah bagi negara-negara yang lebih miskin yang tak memiliki sumber daya untuk mengatasinya," kata Ko.

WHO, THE VERGE

Berita terkait

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

6 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

22 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya