Omicron Baru Lagi yang Lebih Menular: BA.4.6 Versus BA.5 dan BA.2.75

Reporter

Antara

Kamis, 11 Agustus 2022 09:28 WIB

Varian baru virus corona, Omicron masih membuat khawatir para ahli. Pasalnya, Omicron lebih mudah membuat seseorang kembali terpapar atau reinfeksi meski sudah memiliki antibodi, tetapi gejalanya cenderung ringan pada yang sudah divaksinasi.

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah dan masyarakat di Indonesia diminta tak cemas dengan adanya subvarian Omicron terbaru, BA.4.6, yang diduga lebih cepat menular lagi. Subvarian itu karena mutasi virus corona yang diyakini akan terus terjadi dari waktu ke waktu. Meski begitu, setiap perkembangan itu diharap tak dipandang remeh.

"Perlu dengan amat cermat tentang kemungkinan ada tidaknya BA.4.6 di Indonesia, apalagi di tengah kenaikan kasus sekarang ini," kata Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama.

Dalam keterangan tertulis, Rabu 10 Agustus 2022, Yoga membagikan keterangan tentang subvarian Omicron BA.4.6 yang hingga kini sudah terdeteksi penyebarannya di 43 negara. Termasuk di Amerika Serikat yang berdasarkan laporan CDC setempat telah menyumbang 4,1 persen kasus baru Covid-19 di negara itu per penelusuran 30 Juli lalu.

Di Asia Tenggara, negara yang telah melaporkan mendeteksinya adalah Thailand. Secara keseluruhan di dunia, Yoga menambahkan, "Sudah ada setidaknya 5.681 sampel BA.4.6 dalam tiga bulan terakhir, dan juga sudah dimasukkan dalam database Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID)."

Menurut Yoga, Pusat Genomik Medis Rumah Sakit Ramathibodi Thailand melaporkan BA.4.6 di negara tersebut 15 persen lebih mudah menular daripada Omicron BA.5 di dunia secara umum, dan 28 persen dibandingkan BA.5 di Asia. Sedangkan perbandingannya terhadap Omicron BA.2.75 di dunia dan di Asia, kemampuan menularnya juga lebih tinggi masing-masing 12 dan 53 persen.

Advertising
Advertising

Subvarian Omicon BA.4.6, Yaga menerangkan, memiliki kemiripan secara genomik dengan BA.4. Perbedaannya adalah pada mutasi spike atau protein paku R346T. "Secara umum belum ada bukti bahwa BA.4.6 akan menimbulkan penyakit lebih berat, atau apakah dapat menghindar dari imunitas, atau apakah resisten terhadap vaksin," kata Guru Besar Paru di UI merangkap Direktur Pascasarjana Universitas YARSI itu.

Terpisah, juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan hingga saat ini Subvarian Omicron BA.4.6 belum terdeteksi di Indonesia. Dia masih menyebut subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sebagai pemicu kenaikan kasus Covid-19 belakangan ini, "serta Omicron BA.2.75."

Baca juga:
Webometrics Juli 2022: Peringkat UI di Dunia Naik Lagi 46 Tingkat

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

19 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

12 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

15 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya