Studi Pemodelan Dampak Perang Nuklir India-Pakistan dan Amerika-Rusia

Senin, 22 Agustus 2022 11:58 WIB

Rusia meluncurkan kapal selam dengan 20 hulu ledak nuklir yang bisa menghancurkan sebuah kota yang berjarak 9.300 km. Kredit: Vladimir Larionov/TASS

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi mengungkap lebih dari lima miliar orang--atau sekitar 63 persen populasi di dunia saat ini--akan mati karena kemiskinan dan kelaparan begitu perang nuklir meletus antara Amerika Serikat, Rusia dan para sekutunya. Menurut hasil studi itu, perang tersebut akan menciptakan kebakaran yang meluas di Bumi yang mampu melepaskan hingga 165 juta ton asap kebakaran ke atmosfer. Hasil panenan pangan ekspor dari Amerika dan Rusia pun akan anjlok dan berdampak turunnya produksi kalori global sampai sebesar 90 persen.

Studi itu merupakan yang terkini dalam empat dekade terakhir yang mencoba menggambarkan ancaman dari sebuah perang nuklir. Disebutkan kalau di dunia saat ini ada kira-kira 12.705 hulu ledak nuklir. Rusia dan Amerika Serikat mendominasi dengan kepemilikan, masing-masing, 5.977 dan 5.428. Sedangkan Cina di urutan tiga dengan 350 hulu ledak nuklir diikuti India dan Pakistan di belakangnya yang didata Stockholm International Peace Research Institute mempunyai 160 dan 165.

"Sebuah perang nuklir skala penuh akan menciptakan perubahan iklim yang tak pernah dibayangkan dalam sejarah umat manusia," kata anggota tim peneliti dalam studi itu, Alan Robock, seorang profesor klimatologi di Rutgers University, New Jersey, AS, pada Senin 15 Agustus 2022. Dia menambahkan, "Dalam perang nuklir AS-Rusia, jumlah korban yang mati (karena kemiskinan) di India dan Pakistan sendiri saja sudah akan melampaui korban tewas di kedua negara yang berperang itu."

Efeknya yang paling langsung dari setiap perang nuklir, telah dicontohkan di Hiroshima, Jepang, pada 6 Agustus 1945 lalu. Saat itu satu bom atom saja dari Amerika telah membunuh 140 ribu orang dalam lima bulan pasca bom itu dijatuhkan serta menghancurkan lebih dari 60 ribu dari perkiraan 90 ribu gedung yang ada.

Nuclear Winter dan 6 skenario perang nuklir

Advertising
Advertising

Butuh lebih dari empat dekade kemudian untuk para ilmuwan mulai membahas dampak paling mematikan dan menakutkan dari perang nuklir, bahkan yang skala kecil sekalipun, yang disebut Nuclear Winter. Dalam skenario yang dibuat, debu dan asap radioaktif akan menutupi langit dan menghalangi sinar matahari sampai ke permukaan Bumi. Suhu udara kemudian drop, banyak tanaman pangan ekspor dunia akan mati, menciptakan kemiskinan global dan menghapus kehidupan miliaran manusia.

Untuk memodelkan bagaimana bencana apokaliptik itu akan mempengaruhi kemampuan planet Bumi memelihara kehidupan, Robock dan timnya mengkalkulasi jumlah asap hitam yang akan membubung ke angkasa dari enam skenario potensi perang nuklir. Keenamnya bervariasi mulai dari lima skenario yang berbasis pada perang 'terbatas' antara India dan Pakistan di wilayah Kashmir, yang akan memproduksi 5,5 sampai 52 juta ton jelaga bergantung skala konflik yang terjadi, sampai perang nuklir global skala penuh melibatkan Amerika Serikat dan Rusia, yang akan membangkitkan kebakaran tak akan menutupi langit dengan 165 juta ton jelaga.

Nuklir Winter adalah efek perang nuklir skala besar. dailymail.co.uk

Tim kemudian memasukkan bangkitan datanya itu ke Community Earth System Model milik National Center for Atmospheric Research yang merupakan alat simulasi perubahan-perubahan cahaya matahari yang sampai ke permukaan, suhu udara dan presipitasi (hujan). Perubahan-perubahan yang dihasilkan itu lalu dipasok ke Community Land Model, yang memberikan kepada para penelitinya rincian per negara akan perubahan terhadap panenan jagung, padi, kedelai, gandum dan ikan.

Mengansumsikan perdagangan internasional bakal terhenti dan cadangan sumber daya tak tersedia, para ilmuwan berikutnya menghitung pula bagaimana nuclear winter akan mengurangi kalori makanan yang diprodksi di dunia, juga jumlah orang yang akan kelaparan sebagai dampaknya. Hasilnya didapati kalau dalam skenarionya yang terburuk, yakni terjadi perang nuklir antara Amerika dan Rusia, temperatur di permukaan Bumi akan drop sampai 16 derajat Celsius, atau tiga kali beda suhu Bumi kini dan zaman es yang terakhir, dan lima miliar jiwa melayang.

Sedangkan dalam skenario perang yang paling ekstrem di Kashmir, produksi kalori global bisa turun 50 persen, menyebabkan kematian dua miliar orang di dunia.

Amerika Serikat melakukan uji coba penembakan rudal nuklir Trident II. sumber: Reuters / Handout/rt.com

Menurut sederet skenario dan pemodelan yang sudah dilakukan itu, kawasan paling terpukul adalah negara-negara pengimpor pangan di Afrika dan Timur Tengah. Sementara Australia dan Selandia Baru yang relatif paling aman karena akan paling terhindar dari bom-bom yang berjatuhan di belahan Bumi utara dan bisa mengandalkan tanaman gandum yang bisa tumbuh di iklim yang lebih dingin.

"Paling penting untuk diketahui adalah jumlah asap yang akan memenuhi atmosfer," kata anggota tim peneliti lainnya, Owen B. Toon, profesor ilmu kelautan dan atmosfer di Laboratory for Atmospheric and Space Physics, University of Colorado Boulder, AS. Dia yang juga satu tim bersama Carl Sagan dalam penelitian 1983 lalu yang memperkenalkan konsep "nuclear winter" kepada publik.

Menurut Owen, energi yang dirilis dari kebakaran yang terjadi akan 100 sampai 1.000 kali energi yang dilepaskan oleh persenjataannya itu sendiri. "Tidak ada hujan di stratosfer. Jadi ketika asap yang begitu besar sampai di sana, mereka akan tinggal selama bertahun-tahun."

Pertumbuhan senjata nuklir dan ancamannya

Saat ini, meski jumlah keseluruhan senjata nuklir di dunia telah turun tajam sejak berakhirnya Perang Dingin, tapi jumlah negara yang memilikinya malah bertambah. Sementara, perjanjian damai bilateral antara Amerika dan Rusia juga telah ditinggalkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan belakangan Amerika juga menolak memperbaruinya karena invasi Rusia ke Ukraina. Belum lagi Cina, menurut analisis Departemen Pertahanan Amerika, berencana menambah persenjataan nuklirnya hingga empat kali lipat menjadi lebih dari 1.000 di akhir dekade ini.

Rudal balistik jarak menengah DF-26 dapat membawa hulu ledak konvensional dan nuklir. Dong Feng 26 memiliki akurasi di bawah 100 meter. zainkhan.org

Perkembangan itu juga dicatat oleh laporan tahunan terkini Stockholm International Peace Research Institute yang memuat data belanja militer tahunan global mencapai rekor tertinggi pada tahun lalu dengan nilai $2,1 triliun--setelah meningkat tujuh tahun berturut-turut. Laporan itu menyebutkan kalau seluruh negara pemilik kekuatan nuklir sedang meningkatkan persenjataannya, dan kebanyakan mempertajam retorika nuklir dan peran senjata nuklir dalam strategi militer mereka.

"Jika senjata nuklir eksis, mereka dapat digunakan, dan dunia telah hampir terjadi perang nuklir beberapa kali," kata Robock sambil menambahkan, "Melarang senjata nuklir adalah satu-satunya solusi jangka panjang."

Robock menunjuk usia lima tahun U.N. Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapons (yang melarang pengembangan, uji, produksi, menumpuk, menempatkan, memindahkan, menggunakan dan mengancam penggunaan senjata nuklir) telah diratifikasi 66 negara tapi tidak ada di antara mereka 9 negara pemilik kekuatan nuklir ada di dalamnya. "Hasil studi kami membuat jelas kalau ini waktunya untuk sembilan negara itu mendengarkan sains dan suara negara lain di dunia ini agar ikut meratifikasi."

Hasil studi itu dipublikasikan dalam jurnal Nature yang terbit pada Senin, 15 Agustus 2022.

LIVESCIENCE

Baca juga:
INUKI Versus BRIN di Obyek Vital Nuklir: dari Temuan BPK sampai Nasib Pasien


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

10 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

14 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

16 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

16 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

18 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

19 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

19 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

20 jam lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

20 jam lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

21 jam lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya