Terungkap, Mutasi Gen di Balik Sindrom Rambut yang tak Bisa Disisir

Kamis, 1 September 2022 16:42 WIB

Locklan Samples, seorang anak laki-laki dengan sindrom rambut tidak dapat disisir . dari Roswell, Georgia. Foto : Instagram

TEMPO.CO, Jakarta - Jika Anda pernah melihat seorang bocah dengan rambut yang tumbuh kaku, mengembang dan kering, itu bisa jadi termasuk sindrom rambut yang tidak bisa disisir atau Uncombable Hair Syndrome (UHS). Sebuah studi terbaru telah menambah informasi tentang sindrom langka itu, yang ternyata bisa disebabkan oleh beberapa mutasi gen hingga mempengaruhi bentuk tumbuh batang rambut seseorang.

Sindrom ini, yang cenderung berkurang dan bahkan menghilang saat dewasa, lebih kerap terperhatikan pada anak-anak. Terutama mereka yang berkulit putih dan memiliki rambut pirang yang membuat mereka obyek perundungan. "Kami menawarkan beberapa penjelasan untuk rambut yang selalu menarik banyak perhatian ini," kata Buket Basmanav dari University of Bonn, Jerman, dalam laporan studi yang dipublikasi 31 Agustus 2022.

Sindrom rambut yang tidak dapat disisir, juga dikenal sebagai sindrom rambut serat kaca, telah diketahui sebelumnya terjadi oleh rambut pada pembentukan kepala yang terdistorsi, bukannya bentuk sirkular atau oval yang biasanya. Pada 2016, Basmanav dan timnya mengidentifikasi varian-varian dari tiga gen pada 11 anak yang dapat menumbuhkan rambut tak biasa tersebut.

Kondisi UHS bisa muncul pada anak dengan syarat kedua orang tuanya harus membawa setidaknya satu varian gen itu, meski si orang tua tidak menunjukkan sindrom tersebut.

Saat itu, publikasi dari hasil studi awal Basmanav dkk mendapat banyak respons dari publik. Mereka mengungkap memiliki anak yang mengalami sindrom sama. Atau, mereka mengaku memiliki pengalaman yang sama saat masih anak-anak. Tidak diketahui kenapa batang-batang rambut itu kemudian lemas seiring mereka beranjak dewasa.

Advertising
Advertising

Dalam studi terkininya, Basmanav dan timnya mempelajari lebih banyak individu yang memiliki sindrom UHS, yakni sebanyak 107 individu, dan mengidentifikasi satu sebab genetik yang sama pada 80 di antaranya. Pada 76 dari 80 orang itu, mutasi dalam sebuah gen yang disebut PADI3 bertanggung jawab di baliknya. PADI3 mengkodekan sebuah enzim yang membantu produksi trichohyalin--satu di antara protein utama rambut bersama keratin.

"Ke depan, orang-orang yang mengira anaknya memiliki sindrom rambut tak bisa disisir mungkin akan mampu mencari konfirmasinya dengan sebuah tes genetik," kata Basmanav. Itu, kata dia menambahkan, akan menyediakan kepastian kalau si anak tidak memiliki kondisi medis serius, dan bahwa rambut mereka akan normal dan bisa disisir dengan sendirinya pada saatnya nanti.

NEW SCIENTIST, JAMANETWORK

Baca juga:
Amerika Modifikasi Formula Vaksin Covid-19 untuk Pertama Kalinya, Bikin yang Kombinasi



Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Jerman Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

4 hari lalu

Jerman Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Jerman menyatakan akan melanjutkan pendanaan untuk UNRWA, menyusul negara-negara lain yang sempat menangguhkan pendanaan.

Baca Selengkapnya

Jerman Lanjutkan Kerja Sama dengan UNRWA Palestina

4 hari lalu

Jerman Lanjutkan Kerja Sama dengan UNRWA Palestina

Menyusul beberapa negara yang telah menghentikan penangguhan dana UNRWA, Jerman melanjutkan kerja sama dengan badan pengungsi Palestina itu.Menyusul b

Baca Selengkapnya

Deretan 5 Perpustakaan Unik di Dunia, Surga Pecinta Buku

4 hari lalu

Deretan 5 Perpustakaan Unik di Dunia, Surga Pecinta Buku

Banyak perpustakaan konvensional unik di setiap negara yang menjadi tempat impian bagi para pecinta buku.

Baca Selengkapnya

Risma Memberikan Kuliah Umum di Universitat Hamburg Jerman

10 hari lalu

Risma Memberikan Kuliah Umum di Universitat Hamburg Jerman

Menteri Sosial, Tri Rismaharini, mendapat sambutan hangat saat memberikan kuliah umum di Asien-Afrika Institut, Universitt Hamburg, Jerman.

Baca Selengkapnya

Muncul Keluhan di Media Sosial Ihwal Magang Mahasiswa ke Ceko dan Hungaria, Netizen: Mirip Ferienjob Jerman

10 hari lalu

Muncul Keluhan di Media Sosial Ihwal Magang Mahasiswa ke Ceko dan Hungaria, Netizen: Mirip Ferienjob Jerman

Kini di media sosial muncul berbagai keluhan menyangkut magang mahasiswa di Hungaria dan Republik Ceko.

Baca Selengkapnya

Hindari Pendarahan, Ini yang Perlu Diperhatikan Pasien Hemofilia

11 hari lalu

Hindari Pendarahan, Ini yang Perlu Diperhatikan Pasien Hemofilia

Hemofilia terjadi karena adanya gangguan dalam pembekuan darah. Penderita dapat mengalami pendarahan meski tidak terjadi trauma.

Baca Selengkapnya

Legenda Sepak Bola Jerman dan Klub Eintracht Frankfurt, Bernd Holzenbein Meninggal di Usia 78 Tahun

12 hari lalu

Legenda Sepak Bola Jerman dan Klub Eintracht Frankfurt, Bernd Holzenbein Meninggal di Usia 78 Tahun

Bernd Holzenbein menjadi bagian dari generasi emas sepak bola Jerman yang menjadi juara Piala Dunia 1974.

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

13 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Jerman Berikan Rp 433 M ke Korban Holocaust, Trauma Serangan Hamas

17 hari lalu

Jerman Berikan Rp 433 M ke Korban Holocaust, Trauma Serangan Hamas

Korban Holocaust mengaku trauma atas serangan Hamas ke Israel pada Oktober lalu, Jerman memberikan kompensasi ke mereka.

Baca Selengkapnya

Nikaragua Berusaha Hentikan Ekspor Senjata Jerman ke Israel di ICJ

20 hari lalu

Nikaragua Berusaha Hentikan Ekspor Senjata Jerman ke Israel di ICJ

Nikaragua meminta ICJ untuk memerintahkan Jerman menghentikan ekspor senjata militer ke Israel dan melanjutkan pendanaannya untuk UNRWA.

Baca Selengkapnya