Perang di Ukraina, Intelijen AS: Rusia Mulai Beli Amunisi ke Korut

Rabu, 14 September 2022 04:00 WIB

Anggota dinas Republik Rakyat Donetsk mengisi amunisi howitzer Giatsint-B sebelum menembakan ke arah Avdiivka selama konflik Rusia-Ukraina, di luar Donetsk, Ukraina, 7 September 2022. Howitzer ini miliki jangkauan maksimum adalah 27 km untuk peluru standar dan 40 km untuk peluru bantuan roket. REUTERS/Alexander Ermochenko

TEMPO.CO, Jakarta - Analisis intelijen Amerika Serikat menyebut Rusia membeli jutaan mortir dan roket dari Korea Utara. Moskow, yang menghabiskan puluhan ribu mortir per hari dalam invasinya di Ukraina, kelihatannya telah kehabisan stok sehingga harus membeli dari Korea Utara, rezim pemerintahan yang represif. Invasi sudah hampir memasuki bulan ketujuh dan telah berlangsung jauh lebih lama daripada yang pernah dibayangkan Rusia.

The Washington Post, mengutip data intelijen AS yang baru saja dibuka, melaporkan kalau Rusia sedang membeli 'jutaan' mortir dan roket jarak pendek dari Korea Utara. Surat kabar itu juga mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.

Laporan itu tidak menyebutkan secara spesifik persenjataan apa yang dibeli Rusia dari Korea Utara, tapi kemungkinan mortir kaliber 122 mm untuk amunisi meriam (howitzer) swagerak (self-propelled) 2S1 dan mortir 152 mm untuk jenis howitzer yang sama, 2S19 MSTA-S. Model 2S1 tak memiliki pembanding di antara amunisi tentara NATO, tapi yang 2S19 mirip dengan howitzer sel-proplled Paladin M109A7 milik Amerika dan Panzerhaubitze 2000 155 mm dari Jerman.

Strategi perang Rusia yang boros peluru

Doktrin militer Rusia menekankan bombardir artileri berat ke pasukan musuh untuk memampukan manuver, menekan posisi musuh untuk membuka jalan serangan infanteri dan kendaraan berat. Menurut pejabat militer Ukraina, Angkatan Darat Rusia dan tentara sekutunya menembakkan 40-60 ribu roket dan mortir setiap harinya. Itu artinya, selama 201 hari sejak invasi dimulai, sudah sedikitnya 8-12 juta roket dan mortir yang telah dimuntahkan para agresor.

Advertising
Advertising

Presiden Rusia Vladimir Putin dan para jenderalnya awalnya yakin invasi ke Ukraina akan berakhir tiga hari saja sebelum mereka berhasil menguasai Kyiv. Tapi, faktanya, perang telah berlangsung 198 hari lebih lama dengan akhir yang belum jelas.

Rusia memang dikenal memiliki stok amunisi dan persenjataan dalam jumlah luar biasa besar, yang kebanyakan adalah warisan Perang Dingin, tetapi tetap saja 8 juta roket adalah juga jumlah yang sangat besar. Dan Rusia, tak seperti pasukan Barat, juga menggunakan peluru artileri dengan tingkat akurasi lebih rendah sehingga butuh menghujani satu target dengan lebih banyak peluru.

Tank pasukan pro-Rusia berkendara di sepanjang jalan selama konflik Ukraina-Rusia di kota Popasna di Wilayah Luhansk, Ukraina 26 Mei 2022. REUTERS/Alexander Ermochenko

Kenapa Korea Utara?

Sementara, Korea Utara adalah negara dengan militerisasi paling besar di dunia. Meski populasinya tak sampai 26 juta jiwa, negara ini memiliki kekuatan militer terbesar keempat dunia dengan 1,2 juta tentara aktifnya. Artileri adalah bagian penting dari kekuatan persenjataan Tentara Rakyat Korea yang diperkirakan memiliki 5.100 peluncur roket, 4.400 meriam dan 7.500 mortir. KPA dipandang memiliki cukup mortir dan roket untuk menghancurkan Zona Demiliterisasi, bahkan membombardir ibu kota Korea Selatan, Seoul.

Personel militer ambil bagian dalam parade militer malam hari untuk memperingati 90 tahun berdirinya Tentara Revolusioner Rakyat Korea di Pyongyang, Korea Utara, 26 April 2022. KCNA via REUTERS

Korea Utara menggunakan banyak kaliber artileri yang sama dengan Rusia, terutama roket Grad 122 mm dan mortir 152 mm. Keduanya berbeda kaliber dari artileri AS dan NATO yang biasanya menggunakan roket 227 mm dan mortir meriam 155 mm. Korea Utara mengadopsi kaliber Rusia ketika menjadi sekutu di masa Perang Dingin dan membangun cadangan peralatan perangnya dalam Perang Korea kedua (konflik di Zona Demiliterisasi).

Pembelian Rusia ke Korea Utara ini tak hanya menggambarkan kondisi dampak perang yang panjang, tapi juga di sisi lain menunjukkan negara seperti Cina, yang juga memproduksi artileri 152 mm, tidak tertarik mengabaikan sanksi negara Barat dengan membantu Rusia. Di sisi yang lain lagi, suplai roket dan mortir dari Pyongyang akan membuat perang masih belum akan berakhir dan mempersulit pasukan Ukraina untuk menguasai kembali negerinya.

POPULAR MECHANICS

Baca juga:
Google Tuntaskan Akuisisi Perusahaan yang Ungkap Peretasan dari Rusia


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

54 menit lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

18 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

23 jam lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

1 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

1 hari lalu

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan meningkatkan level kewaspadaan terorisme di kantor diplomatiknya di lima negara.

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

1 hari lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

2 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

3 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

3 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

4 hari lalu

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

Presiden Dewan Eropa mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan memberi dorongan bagi upaya Uni Eropa untuk menerima lebih banyak anggota.

Baca Selengkapnya