Dugaan Jejak Kaki dan Feses Anoa di Sulawesi Selatan, Pertanda Belum Punah

Senin, 24 Oktober 2022 21:29 WIB

Tim identifikasi dari Bidang Pengelolaan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai mendapatkan jejak kaki dan feces (kotoran) anoa pada Jumat, 21 Oktober 2022. (Tahura Abdul Latief Sinjai)

TEMPO.CO, Jakarta - Tim identifikasi dari Bidang Pengelolaan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai mendapatkan jejak kaki dan feses (kotoran) anoa pada Jumat, 21 Oktober 2022. Tim ini memulai aksi identifikasi anoa pada tanggal 25 September 2022.

Nasrul Tanjung, Kepala Bidang Pengelolaan Tahura Abdul Latif Sinjai, mengatakan dugaan jejak kaki dan feses anoa itu didokumentasikan dalam bentuk video.

“Setelah dikonfirmasi ke Bapak Dr. Abdul Haris Mustari, penulis buku dan peneliti anoa dari IPB, beliau confirm bahwa itu adalah jejak dari anoa jantan,” ujar Nasrul lewat pesan singkat, Senin, 24 Oktober 2022.

Ia bercerita, tim identifikasi anoa juga dibantu warga lokal, Puang Sengeng, yang pernah memakan anoa 20 tahun lalu. Anoa disebut memiliki rasa seperti kerbau.

Anoa terakhir yang terlihat oleh warga sekitar 20 tahun lalu, sebelum daerah ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi. “Sejak tahun 2008 atau 14 tahun lalu, daerah ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi yang dijaga dari perburuan satwa maupun perambahan hutan,” jelas Nasrul.

Advertising
Advertising

Rencana Dokumentasi Anoa

Nasrul mengatakan tim selanjutnya akan mengidentifikasi anoa menggunakan teknologi kamera trap sebanyak empat unit, pinjaman dari BBKSDA Sulsel.

Sementara itu, malam ini FFI (Flora dan Fauna Indonesia) sudah berangkat dari Makassar menuju Tahura Sinjai, dengan membawa 20 trap camera tambahan, dan tiga personil yang sudah berpengalaman dalam identifikasi satwa. "Mereka akan berkolaborasi dengan tim identifikasi anoa dari bidang pengelolaan Tahura DLHK Kabupaten Sinjai,” jelasnya.

Menurut kepercayaan warga sekitar, anoa (soko) adalah kerbau yang dikutuk, sehingga ukurannya lebih kecil dan jarang dijumpai. Hewan ini tidak pernah dipakai membajak karena hidup liar di alam.

Data jumlah anoa di Pulau Sulawesi sampai saat ini tidak ada yang pasti. Yang diketahui, populasinya terus menurun dan terancam punah.

Kepastian Jejak Anoa

Berdasarkan dua buah video yang memperlihatkan jejak kaki dan feses, Abdul Haris Mustari meyakini pemiliknya adalah anoa jantan. “Ini kabar baik, karena bisa menunjukkan bahwa masih ada anoa di Kabupaten Sinjai di kawasan Gunung Bawakaraeng,” ujarnya,

Menurutnya, anoa di Sulawesi Selatan sejarahnya memang ada, hanya populasinya menyusut tajam seiring perkembangan peradaban manusia, seperti perkebunan, pertanian, permukiman, pertambangan sehingga luas hutan menyusut drastis yang berakibat langsung pada populasi anoa.

Namun demikian, anoa masih ada di hutan-hutan pegunungan, di antaranya di Pegunungan Bawakaraeng (sebagian wilayah Kabupaten Sinjai termasuk dalam wilayah Pegungungan Bawakaraeng), Pegungungan.Latimojong (Kabupaten Enrekang dan Toraja bagian utara), serta Pegunungan di Kabupaten Luwu Utara (wilayah Seiko dan Rongkong), Luwu Timur di Pegunungan Faruhumpenai.

Menurutnya, di Sulawesi hanya ada empat spesies ungulata (berkuku genap), yaitu anoa (anoa dataran rendah/Bubalus depressicornis dan anoa gunung/Bubalus quarlesi, babi hutan sulawesi/Sus celebensis.babirusa/Babyrousa celebensis), dan satwa introduksi (Rusa timor).

Feses Sebagai Penentu

Dari bentuknya, feses keempat spesies tersebut sangat berbeda. Feses anoa berbentuk tumpukan yang menyatu seperti feses sapi dan kerbau. Feses babi hutan dan babi rusa berbentuk bola-bola kecil agak lonjong membulat seperti buah asam jawa/melinjo, sementara feses rusa seperti feses kambing menyerupai kacang tanah.

“Dari feses yang ada di video/foto, itu berupa tumpukan besar yang menyatu, itu jelas adalah feses anoa,” jelas Haris. Ditambah lagi, lokasi ditemukan lebih dari 1000 mdpl, yang artinya sudah masuk wilayah hutan pegunungan.

“Selain feses, temuan itu juga diperkuat oleh jejak kaki yang sangat jelas bahwa itu jejak kaki anoa, berbeda dengan jejak babi hutan sulawesi,” jelas Haris. Menurutnya, jejak babi hutan lebih kecil ukurannya.

Menurut Haris, berdasarkan pengalaman selama 28 tahun meneliti anoa, feses dan jejak yang ada di video/foto masih baru. Ia menduga anoa berada di situ dan membuang feses kurang dari 6 jam, yang artinya anoa tersebut baru saja meninggalkan tempat itu.

Ia membuka kemungkinan anoa mendeteksi kehadiran manusia sehingga segera berlalu dan menghindar dari keberadaan manusia. Anoa sangat sensitif karena indra penciumannya (olfactory system) sangat tajam dalam mendeteksi kehadiran manusia atau hal yang dirasa membahayakan.

Selain itu, feses anoa jantan dan betina dapat dibedakan dari kondisi feses itu sendiri. Feses anoa jantan cenderung lebih utuh/agak kering dibandingkan feses anoa betina. Hal ini terjadi karena ketika seekor anoa membuang feses/kotoran, maka sekaligus juga membuang air seni/urine.

Urine anoa betina selalu mengenai fesesnya juga, karena tempat keluar urine/vagina, berdekatan dengan tempat keluar feses. Sementara anoa jantan, tempat keluar feses dubur dan penis berjauhan. Karena itu feses anoa jantan biasanya lebih kering karena tidak terkena urine. “Dari video yang ada feses terlihat bersih atau utuh, tanpa terkena urine,” jelasnya.

Ia menambahkan, tekstur feses anoa jantan lebih keras dibandingkan feses anoa betina, dengan catatan jenis makanan sama serta habitat sama, dan musim sama. Feses anoa pada saat musim hujan cenderung lebih lembek/lunak teksturnya karena dedaunan/buah makanan anoa banyak mengandung air dalam musim penghujan.

Baca:
Dua Jenis Anoa Ini Satwa Dilindungi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

2 jam lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

2 hari lalu

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

Selain IPB, ada beberapa kampus favorit di dalam negeri maupun luar negeri tujuan beasiswa LPDP tahun lalu yang bisa dijadikan referensi.

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

4 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

6 hari lalu

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

6 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

7 hari lalu

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.

Baca Selengkapnya

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

8 hari lalu

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

8 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

8 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

10 hari lalu

Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

Menjadi seorang aktuaris memang tidak mudah karena dalam pekerjaannya mengaplikasikan beberapa ilmu sekaligus seperti matematika hingga statistika.

Baca Selengkapnya