Potensi Omicron XBB Menggila Januari, Epidemiolog: Kejar Dosis Vaksin 3 dan 4!

Selasa, 1 November 2022 21:10 WIB

Ilustrasi Omicron. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, mengajak kembali vaksinasi booster. Dia menanggapi prediksi WHO mengenai lonjakan kasus Covid-19 lewat penyebaran varian Omicron XBB pada akhir tahun ini dan memuncak pada Januari nanti.

Lonjakan disebut didorong pula oleh pasokan vaksin yang sempat menipis. Dengan modal imunitas yang ada saat ini, yang perlu dikejar adalah dosis 3, dosis 4,” kata Dicky menyerukan lewat pesan singkat, Senin 31 Oktober 2022.

Baca juga:
Epidemiolog yang Sama Pernah Prediksi Omicron BA.4 dan BA.5 Akan Meledak di Indonesia dalam 2 Minggu

Menurutnya, puncak kasus subvarian XBB sama seperti subvarian Omicron lainnya, bahkan lebih lagi. Dicky merujuk kepada gejala infeksinya yang ringan atau malah tidak bergejala, sehingga sangat mungkin tak terdeteksi. Dia menduga jumlah yang tak bergejala terinfeksi Omicron XBB itu mendekati 90 persen dari kasus yang ada.

Jadi, Dicky menambahkan, “Bicara puncak (pada Januari nanti) ini jangan dibayangkan seperti halnya infeksi Covid-19 varian Alpha, Beta atau Delta yang terdahulu.”

Advertising
Advertising

Sejauh ini, XBB—rekombinan dari Omicron BA.2.10.1 dan Omicron BA.2.75—telah terdeteksi setidaknya di 35 negara dan memiliki prevalensi 1,3 persen dari kasus Covid-19 global saat ini. Masa libur Natal dan Tahun Baru diperkirakan dapat menambah besar prevalensi itu dan menambah luas penularannya, karena banyak orang pergi liburan.

Namun, Dicky tak berharap sampai ada pembatasan kegiatan masyarakat. “Pembatasan tidak diperlukan, tidak seperti sebelumnya. Hanya terus menggencarkan 3T (testing, tracing, treatment), 5 M dan vaksinasi,’’ katanya.

Kemungkinan Omicron XBB Menggila di Akhir Tahun

Sebelumnya, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyampaikan gambaran terkini kasus Covid-19 secara global. “Berbagai ahli di Amerika Serikat maupun WHO menyebutkan bahwa subvarian XBB bisa memicu lonjakan kasus di akhir tahun dan puncaknya Januari,” kata Wiku.

Subvarian XBB telah meningkat jumlahnya secara signifikan di Kanada, Inggris, Amerika Serikat, Australia dan Denmark. Juga di beberapa negara Asia yaitu Singapura, Bangladesh, India dan Jepang.

Update kasus di tingkat global per tanggal 23 Oktober 2022 jumlah penambahan kasus positif di tingkat dunia mencapai 2,98 juta. Di Eropa yaitu di Jerman dan Perancis menjadi negara dengan jumlah kasus mingguan tertinggi yaitu lebih dari 500 ribu dan 300 ribu kasus baru dalam seminggu sebelumnya.

Sedangkan di Asia, tiga negara, yaitu Jepang, Korea Selatan, dan Singapura menjadi negara dengan jumlah kasus baru mingguan tertinggi.


Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

5 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

17 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

2 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya